BAB I
Meteorologi-Klimatologi (Atmosfer)
o Temperatur, tekanan, kelembaban
o Struktur vertikal atmosfer (troposfer, stratosfer,
dll)
o Terjadinya, arah dan jenis angin
o Jenis dan komposisi massa udara
o Terjadinya dan jenis awan dan hujan
1. Sirus
(Ci).
Sirus adalah awan yang letaknya paling tinggi
diantara letak awan lainnya. Sirus tersusun dari kristal-kristal es. Bentuk
Sirus ada yang seperti garis lurus, ada yang seperti kail atau tanda koma, ada
yang seperti serabut, ada yang seperti benang kusut, dan ada yang berbentuk
tumpukan yang tidak melingkar. Biasanya Sirus tampak pada waktu langit cerah.
Sirus sering berbentuk lembaran seperti cadar yang menutupi matahari. Meskipun jarang terjadinya, matahari di belakangnya dapat terlihat atau tertutup.
Sirus yang berbentuk menara-menara kecil dengan puncaknya melingkar seperti kail biasanya terjadi bila langit cerah. Ada pula yang terlihat tersusun dari pias sejajar yang luas dan berkumpul ke suatu titik di ufuk.
Pada hari siang Sirus yang tidak di dekat ufuk berwarna putih, dan lebih putih dibandingkan dengan awan lain yang ada. Pada saat matahari di dekat ufuk, puncaknya masih kelihatan putih tetapi bagian bawahnya agak kuning atau oranye. Ketika matahari sedikit di bawah meninggalkan ufuk atau pada petang hari, Sirus tinggi mungkin berubah warna dari kuning menjadi pink kemudian menjadi merah dan akhirnya menjadi abu-abu. Perubahan warna tersebut berbalik urutannya ketika matahari di bawah ufuk pada pagi hari dan mulai naik.
Sirus dapat berasal dari virga Kumulonimbus atau Altokumulus, atau dari bagian atas Kumulonimbus setelah bagian bawahnya hilang menjadi hujan. Selain itu Sirus juga dapat terjadi sebagai hasil dari perubahan Sirostratus yang tidak merata oleh adanya penguapan di berbagai lapisan yang lebih tipis.
Berbeda dengan Sirokumulus yang berbentuk bola-bola kecil, Sirus berbentuk serabut dan bila ada bentuk seperti menara-menara, menara-menara tersebut terlihat sangat kecil. Berbeda dengan Sirostratus, lembaran-lembaran Sirus tampak terpisah-pisah; sedangkan lembaran-lembaran Sirostratus lebih merata. Meskipun demikian agak sulit dibedakan apabila awan terletak di dekat ufuk. Sedangkan bedanya dengan Altokumulus, Sirus jauh lebih putih; dan bedanya dengan Altostratus, lembaran Sirus lebih kecil.
2. Sirokumulus (Cc).
Sirokumulus adalah awan yang tinggi letaknya berupa tumpukan, lembaran, atau lapisan tipis berwarna putih yang tidak mempunyai bayangan. Tersusun atas unsur-unsur sangat kecil dalam bentuk butir-butir, riak, dan lain-lain yang menyatu atau terpisah dan secara beraturan. Unsur-unsur tersebut besarnya kurang dari satu derajat.
Sirus sering berbentuk lembaran seperti cadar yang menutupi matahari. Meskipun jarang terjadinya, matahari di belakangnya dapat terlihat atau tertutup.
Sirus yang berbentuk menara-menara kecil dengan puncaknya melingkar seperti kail biasanya terjadi bila langit cerah. Ada pula yang terlihat tersusun dari pias sejajar yang luas dan berkumpul ke suatu titik di ufuk.
Pada hari siang Sirus yang tidak di dekat ufuk berwarna putih, dan lebih putih dibandingkan dengan awan lain yang ada. Pada saat matahari di dekat ufuk, puncaknya masih kelihatan putih tetapi bagian bawahnya agak kuning atau oranye. Ketika matahari sedikit di bawah meninggalkan ufuk atau pada petang hari, Sirus tinggi mungkin berubah warna dari kuning menjadi pink kemudian menjadi merah dan akhirnya menjadi abu-abu. Perubahan warna tersebut berbalik urutannya ketika matahari di bawah ufuk pada pagi hari dan mulai naik.
Sirus dapat berasal dari virga Kumulonimbus atau Altokumulus, atau dari bagian atas Kumulonimbus setelah bagian bawahnya hilang menjadi hujan. Selain itu Sirus juga dapat terjadi sebagai hasil dari perubahan Sirostratus yang tidak merata oleh adanya penguapan di berbagai lapisan yang lebih tipis.
Berbeda dengan Sirokumulus yang berbentuk bola-bola kecil, Sirus berbentuk serabut dan bila ada bentuk seperti menara-menara, menara-menara tersebut terlihat sangat kecil. Berbeda dengan Sirostratus, lembaran-lembaran Sirus tampak terpisah-pisah; sedangkan lembaran-lembaran Sirostratus lebih merata. Meskipun demikian agak sulit dibedakan apabila awan terletak di dekat ufuk. Sedangkan bedanya dengan Altokumulus, Sirus jauh lebih putih; dan bedanya dengan Altostratus, lembaran Sirus lebih kecil.
2. Sirokumulus (Cc).
Sirokumulus adalah awan yang tinggi letaknya berupa tumpukan, lembaran, atau lapisan tipis berwarna putih yang tidak mempunyai bayangan. Tersusun atas unsur-unsur sangat kecil dalam bentuk butir-butir, riak, dan lain-lain yang menyatu atau terpisah dan secara beraturan. Unsur-unsur tersebut besarnya kurang dari satu derajat.
Sirokumulus berupa gumpalan-gumpalan seperti Altokumulus, tetapi letaknya lebih tinggi dan lebih kecil, berwarna putih keperak-perakan merata dan tidak ada bayangan yang berwarna abu-abu. Sering tampak seperti sisik ikan atau garis-garis yang sejajar. Sirokumulus hampir keseluruhannya terdiri atas kristal-kristal es; meskipun sering berisi tetes-tetes air adidingin tetapi cepat berubah menjadi kristal es. Umumnya berbentuk lembaran yang padat dan terdiri atas unsur-unsur berupa butir-butir atau riak. Lembaran-lembaran tersebut sering terlihat menyatu atau berderet menyerupai gelombang; tepinya ada yang berserabut.
Meskipun jarang terlihat, Sirokumulus tampak berupa susunan bulatan-bulatan kecil seperti sarang lebah. Sirokumulus juga ada yang terlihat bertumpuk-tumpuk seperti lensa panjang dan berderet. Sirokumulus tembus cahaya sehingga matahari atau bulan di belakangnya dapat terlihat.
Sirokumulus terbentuk dalam udara cerah. Selain itu dapat terbentuk dari perubahan Sirus atau Sirostratus, atau dari Altokumulus. Sirokumulus yang berbentuk lensa atau seperti buah badam biasanya hasil dari pengangkatan orografik dari lapisan udara yang sangat lembap.
Berbeda dengan Sirus dan Sirostratus, jambul atau menara-menara kecil pada Sirokumulus lebih lebar. Selain itu lembaran-lembaran Sirokumulus beriak atau terbelah-belah menjadi bagian-bagian kecil terkumpul dalam daerah yang tidak luas; dan bedanya dengan Altokumulus, pada Sirokumulus tidak ada bayangan awan.
3. Sirostratus (Cs).
Sirostratus berbentuk lembaran yang sering terbentang luas tetapi lebih tipis dibandingkan dengan Altostratus. Apabila ada matahari atau bulan di belakangnya, di sekeliling matahari atau bulan tampak ada lingkaran cahaya berwarna-warna yang disebut ”halo (halo)”. Halo tersebut timbul karena peristiwa penguraian cahaya oleh butir-butir dan /atau kristal es di dalam awan.
Sirostratus terdiri atas kristal-kristal es. Berbentuk lembaran
seperti cadar berserabut, kadang-kadang seperti cadar remang-remang. Tepi cadar
kadang-kadang tampak jelas dan sering terlihat seperti Sirus. Sirostratus tidak
pernah demikian tebal sehingga membuat gelap bagi benda-benda di bumi kecuali
bila matahari rendah di dekat ufuk. Halo sering terlihat apabila matahari atau
bulan berada di belakang Sirostratus.
Sirostratus mungkin terbentuk karena naiknya lapisan udara dingin yang luas sampai paras tinggi. Sirostratus juga dapat terbentuk dari penggabungan unsur-unsur Sirus, atau unsur-unsur Sirokumulus, atau yang dihasilkan dari kristal-kristal es yang jatuh dari Sirokumulus. Selain itu Sirostratus juga dapat berasal dari penipisan Altostratus, atau dari perluasan landasan tempa puncak Kumulonimbus, atau sebagai sisa karena bagian bawah Kumulonimbus habis menjadi hujan.
Berbeda dengan Sirus, cadar Sirostratus lebih luas. Kadang-kadang agak sulit dibedakan dengan Sirokumulus dan Altostratus; tetapi Sirostratus tidak berbulir, tidak beriak, dan tidak mempunyai bagian yang berbentuk bulatan seperti yang dimiliki Sirokumulus dan Altokumulus. Bedanya dengan Altostratus, Sirostratus lebih tipis dan dapat menimbulkan halo, sedangkan Altostratus dan Stratus tidak menimbulkan halo. Tetapi bila Sirostratus di dekat ufuk sering tidak jelas bedanya dengan Altostratus; namun demikian dapat dibedakan dari berubahnya yang lebih lambat dibandingkan dengan berubahnya Altostratus dan Stratus. Adanya Sirostratus juga sering sulit dibedakan dengan udara kabur, meskipun Sirostratus lebih bening kekuning-kuningan sampai kecoklatan; sedangkan kabur lebih keabu-abuan.
4. Altokumulus (Ac).
Sirostratus mungkin terbentuk karena naiknya lapisan udara dingin yang luas sampai paras tinggi. Sirostratus juga dapat terbentuk dari penggabungan unsur-unsur Sirus, atau unsur-unsur Sirokumulus, atau yang dihasilkan dari kristal-kristal es yang jatuh dari Sirokumulus. Selain itu Sirostratus juga dapat berasal dari penipisan Altostratus, atau dari perluasan landasan tempa puncak Kumulonimbus, atau sebagai sisa karena bagian bawah Kumulonimbus habis menjadi hujan.
Berbeda dengan Sirus, cadar Sirostratus lebih luas. Kadang-kadang agak sulit dibedakan dengan Sirokumulus dan Altostratus; tetapi Sirostratus tidak berbulir, tidak beriak, dan tidak mempunyai bagian yang berbentuk bulatan seperti yang dimiliki Sirokumulus dan Altokumulus. Bedanya dengan Altostratus, Sirostratus lebih tipis dan dapat menimbulkan halo, sedangkan Altostratus dan Stratus tidak menimbulkan halo. Tetapi bila Sirostratus di dekat ufuk sering tidak jelas bedanya dengan Altostratus; namun demikian dapat dibedakan dari berubahnya yang lebih lambat dibandingkan dengan berubahnya Altostratus dan Stratus. Adanya Sirostratus juga sering sulit dibedakan dengan udara kabur, meskipun Sirostratus lebih bening kekuning-kuningan sampai kecoklatan; sedangkan kabur lebih keabu-abuan.
4. Altokumulus (Ac).
Altokumulus letaknya lebih rendah dari awan
jenis Sirus, berbentuk gumpalan-gumpalan yang meluas, bertumpuk, lembaran, atau
lapisan berwarna putih sampai putih keabu-abuan, tetapi tidak ada bayangan di dasar awan. Bagian bawahnya berbentuk gumpalan-gumpalan
seperti bulu domba, dan bagian bola yang menghadap matahari berwarna lebih
putih dibandingkan yang ada dibaliknya. Unsur-unsurnya tersusun teratur,
berbentuk pulatan-bulatan, gulungan,
kadang-kadang bagian bawahnya berserabut atau
baur, terpisah-pisah atau menyatu. Ukuran bentuk bulatannya satu sampai lima
derajat.
Altokumulus terdiri atas butir-butir air, tetapi bila suhunya rendah dapat berisi kristal-kristal es. Altokumulus umumnya berbentuk kumpulan bulatan-bulatan yang meluas dan teratur; kadang-kadang berupa gulungan-gulungan memanjang dan sejajar yang dipisahkan oleh garis-garis tak berawan. Meskipun jarang terjadi, bulatan-bulatan awan dapat berukuran kecil-kecil dan tersusun seperti sarang lebah. Lembran Altokumulus dapat bertumpuk lebih dari dua lapis. Selain itu bentuk unsurnya ada yang seperti lensa atau buah badam lebih dari satu, ada yang berupa bulatan-bulatan yang menonjol seperti menara kecil yang bagian bawahnya seperti robek-robek atau berserabut.
Altokumulus terdiri atas butir-butir air, tetapi bila suhunya rendah dapat berisi kristal-kristal es. Altokumulus umumnya berbentuk kumpulan bulatan-bulatan yang meluas dan teratur; kadang-kadang berupa gulungan-gulungan memanjang dan sejajar yang dipisahkan oleh garis-garis tak berawan. Meskipun jarang terjadi, bulatan-bulatan awan dapat berukuran kecil-kecil dan tersusun seperti sarang lebah. Lembran Altokumulus dapat bertumpuk lebih dari dua lapis. Selain itu bentuk unsurnya ada yang seperti lensa atau buah badam lebih dari satu, ada yang berupa bulatan-bulatan yang menonjol seperti menara kecil yang bagian bawahnya seperti robek-robek atau berserabut.
Altokumulus bersifat tembus cahaya sehingga
bila matahari terletak di belakang Altokumulus yang tipis dapat terlihat,
tetapi bila sangat tebal matahari dapat tertutup. Di bagian bawah awan tampak
seperti ada bayangan. Di kawasan lintang tinggi korona sering terlihat pada
Altokumulus. Kadang-kadang halo dapat terjadi dan terlihat seperti ada dua
matahari (matahari kembar = mock sun), atau berbentuk pilar..
Altokumulus sering terbentuk dari naiknya sejumlah lapisan udara, atau karena golak-galik (turbulence), atau karena golakan di lapisan tengah troposfer. Selain itu Altokumulus juga dapat terjadi dari bertambah tebalnya unsur-unsur Sirokumulus, pemisahan lapisan Stratokumulus, atau perubahan dari Altostratus atau Nimbostratus. Altokumulus yang berbentuk lensa atau buah badam biasanya hasil dari pengangkatan lokal udara lembap karena orografi.
Altokumulus sering sulit dibedakan dengan Sirus, Sirokumulus, Altostratus, Stratokumulus, dan Kumulus. Namun demikian masih ada beberapa bentuk yang dapat digunakan untuk mebedakannya, antara lain Altokumulus seperti Sirus tetapi bagian bawahnya berserabut atau tampak seperti virga. Berbeda dengan Sirokumulus, bagian bawah Altokumulus tidak ada bayangan, dan unsur-unsur bolanya lebih besar (lebih besar dari tigapuluh derajat). Bedanya dengan Altostratus, lembaran Altokumulus lebih tebal dan tidak rata melainkan berbenjol-benjol. Altokumulus yang gelap tampak seperti Stratokumulus tetapi pada Altokumulus bagian –bagian yang berbentuk bola lebih kecil. Altokumulus yang benjolan-benjolannya berbentuk menara kecil hampir serupa dengan Kumulus, tetapi bagian bawahnya berserabut atau virga.
5. Altostratus (As).
Altostratus juga lebih rendah letaknya dibandingkan dengan letak jenis awan sirus; berbentuk lembaran luas, berserabut atau tampak seragam. Bentangan Altostratus dapat sangat luas sehingga menutupi seluruh langit. Altostratus yang tebal dapat menimbulkan hujan lama tetapi tidak deras. Altostratus yang tipis, menampakkan matahari atau bulan di belakangnya seperti piring berwarna pudar dan tidak menyilaukan, tetapi tidak ada halo.
Altostratus dapat terdiri atas butir-butir air, mengandung kristal-kristal es, dan dapat pula berisi tetes-tetes hujan dan salju.
Altokumulus sering terbentuk dari naiknya sejumlah lapisan udara, atau karena golak-galik (turbulence), atau karena golakan di lapisan tengah troposfer. Selain itu Altokumulus juga dapat terjadi dari bertambah tebalnya unsur-unsur Sirokumulus, pemisahan lapisan Stratokumulus, atau perubahan dari Altostratus atau Nimbostratus. Altokumulus yang berbentuk lensa atau buah badam biasanya hasil dari pengangkatan lokal udara lembap karena orografi.
Altokumulus sering sulit dibedakan dengan Sirus, Sirokumulus, Altostratus, Stratokumulus, dan Kumulus. Namun demikian masih ada beberapa bentuk yang dapat digunakan untuk mebedakannya, antara lain Altokumulus seperti Sirus tetapi bagian bawahnya berserabut atau tampak seperti virga. Berbeda dengan Sirokumulus, bagian bawah Altokumulus tidak ada bayangan, dan unsur-unsur bolanya lebih besar (lebih besar dari tigapuluh derajat). Bedanya dengan Altostratus, lembaran Altokumulus lebih tebal dan tidak rata melainkan berbenjol-benjol. Altokumulus yang gelap tampak seperti Stratokumulus tetapi pada Altokumulus bagian –bagian yang berbentuk bola lebih kecil. Altokumulus yang benjolan-benjolannya berbentuk menara kecil hampir serupa dengan Kumulus, tetapi bagian bawahnya berserabut atau virga.
5. Altostratus (As).
Altostratus juga lebih rendah letaknya dibandingkan dengan letak jenis awan sirus; berbentuk lembaran luas, berserabut atau tampak seragam. Bentangan Altostratus dapat sangat luas sehingga menutupi seluruh langit. Altostratus yang tebal dapat menimbulkan hujan lama tetapi tidak deras. Altostratus yang tipis, menampakkan matahari atau bulan di belakangnya seperti piring berwarna pudar dan tidak menyilaukan, tetapi tidak ada halo.
Altostratus dapat terdiri atas butir-butir air, mengandung kristal-kristal es, dan dapat pula berisi tetes-tetes hujan dan salju.
Altostratus hampir selalu meluas sampai ratusan kilometer
peresegi dan tebalnya sampai dalam ribuan meter. Lapisan dapat lebih dari satu
bertumpuk pada paras-paras yang hampir berimpitan. Kadang-kadang terlihat
berbentuk seperti bergelombang atau seperti pias-pias lebar yang sejajar.
Selain itu Altostratus umumnya padat dan diselingi dengan bagian-bagian tipis.
Bagian yang padat dapat menutupi matahari sehingga tidak kelihatan dan yang
tipis dapat menampakkan matahari atau bulan di belakangnya seperti piring
cahaya yang tidak menyilaukan, tetapi tidak ada halo.
Altostratus termasuk awan yang menimbulkan hujan. Hujannya dapat terlihat dalam bentuk virga. Bila hujan dapat sampai di bumi biasanya berlangsung lama dan terus–menerus berupa gerimis sampai hujan lebat; tetapi tidak deras. Hujan dapat berupa air, salju, atau gentel-gentel es. Bila awan terdapat dalam lapisan yang bergolak-galik dan lembap karena penguapan dari curahan yang terjadi, bentuk tambahan yang terkesan sebagai potongan dari awan utama dapat terbentuk di bagian bawah Altostratus. Bentuk tambahan tersebut mula-mulanya kecil dan saling terpisah, kemudian menebal dan menyatu dalam satu lapisan.
Altostratus sangat sering terbentuk karena naiknya lapisan udara yang luas ke paras tinggi. Selain iitu juga dapat berasal dari penebalan Sirostratus. Kadang-kadang Alostratus terbentuk dari penipisan Nimbostratus, atau dari perkembangan lapisan Altokumulus apabila banyak kristal-kristal es di dalam Altokumulus jatuh membentuk virga. Di kawasan tropik Altostratus sangat sering terbentuk sebagai hasil dari perluasan bagian tengah atau bagian atas Kumulonimbus.
Altostratus sering menyerupai Sirus, Sirostratus, Altokumulus, Stratokumulus, Nimbostratus, atau Stratus. Meskipun demikian ada tanda-tanda yang dapat digunakan untuk membedakannya. Bedanya dengan Sirus yang tebal, bentangan Altostrratus masih lebih luas dan warnanya lebih ke abu-abuan. Bedanya dengan Sirostratus, matahari atau bulan di balik Altostratus tidak tampak atau tampak seperti piring bercahaya yang tidak menyilaukan dan tidak ada halo. Bedanya dengan Altokumulus dan Stratokumulus, Altostratus rata dan tidak ada benjolan-benjolan. Altostratus yang tebal hampir serupa dengan Nimbostratus, hanya saja pada Altostratus warnanya lebih terang dibandingkan warna Nimbostratus. Bedanya dengan Stratus, Altostratus terletak pada paras lebih tinggi. Selain itu warna Altostratus tidak pernah putih sedangkan Stratus dapat terlihat berwarna putih bila letaknya searah letak matahari dari tempat pengamat.
6. Stratokumulus (Sc).
Stratokumulus letaknya lebih rendah dibandingkan awan jenis Altokumulus dan Altostartus. Bentuknya bergumpal pendek, bersambungan dalam lembaran atau lapisan; bagian bawahnya rata, berwarna abu-abu keputih-putihan. Tersusun atas bagian-bagian yang berbentuk gumpalan-gumpalan atau gulungan yang terpisah dan tidak berserabut. Stratokumulus dapat dijumpai di banyak tempat, tetapi sering timbul di daerah pantai dan daerah pegunungan.
Altostratus termasuk awan yang menimbulkan hujan. Hujannya dapat terlihat dalam bentuk virga. Bila hujan dapat sampai di bumi biasanya berlangsung lama dan terus–menerus berupa gerimis sampai hujan lebat; tetapi tidak deras. Hujan dapat berupa air, salju, atau gentel-gentel es. Bila awan terdapat dalam lapisan yang bergolak-galik dan lembap karena penguapan dari curahan yang terjadi, bentuk tambahan yang terkesan sebagai potongan dari awan utama dapat terbentuk di bagian bawah Altostratus. Bentuk tambahan tersebut mula-mulanya kecil dan saling terpisah, kemudian menebal dan menyatu dalam satu lapisan.
Altostratus sangat sering terbentuk karena naiknya lapisan udara yang luas ke paras tinggi. Selain iitu juga dapat berasal dari penebalan Sirostratus. Kadang-kadang Alostratus terbentuk dari penipisan Nimbostratus, atau dari perkembangan lapisan Altokumulus apabila banyak kristal-kristal es di dalam Altokumulus jatuh membentuk virga. Di kawasan tropik Altostratus sangat sering terbentuk sebagai hasil dari perluasan bagian tengah atau bagian atas Kumulonimbus.
Altostratus sering menyerupai Sirus, Sirostratus, Altokumulus, Stratokumulus, Nimbostratus, atau Stratus. Meskipun demikian ada tanda-tanda yang dapat digunakan untuk membedakannya. Bedanya dengan Sirus yang tebal, bentangan Altostrratus masih lebih luas dan warnanya lebih ke abu-abuan. Bedanya dengan Sirostratus, matahari atau bulan di balik Altostratus tidak tampak atau tampak seperti piring bercahaya yang tidak menyilaukan dan tidak ada halo. Bedanya dengan Altokumulus dan Stratokumulus, Altostratus rata dan tidak ada benjolan-benjolan. Altostratus yang tebal hampir serupa dengan Nimbostratus, hanya saja pada Altostratus warnanya lebih terang dibandingkan warna Nimbostratus. Bedanya dengan Stratus, Altostratus terletak pada paras lebih tinggi. Selain itu warna Altostratus tidak pernah putih sedangkan Stratus dapat terlihat berwarna putih bila letaknya searah letak matahari dari tempat pengamat.
6. Stratokumulus (Sc).
Stratokumulus letaknya lebih rendah dibandingkan awan jenis Altokumulus dan Altostartus. Bentuknya bergumpal pendek, bersambungan dalam lembaran atau lapisan; bagian bawahnya rata, berwarna abu-abu keputih-putihan. Tersusun atas bagian-bagian yang berbentuk gumpalan-gumpalan atau gulungan yang terpisah dan tidak berserabut. Stratokumulus dapat dijumpai di banyak tempat, tetapi sering timbul di daerah pantai dan daerah pegunungan.
Stratokumulus berisi butir-butir air, kadang-kadang campuran
dari tetes-tetes air dan gentel salju. Meskipun sangat jarang Stratokumulus
dapat berisi campuran dari kristal salju dan serpihan salju. Stratokumulus
sering tampak dalam lembaran atau lapisan kelompok awan-awan kecil.
Kadang-kadang kelompok-kelompok awan tersebut dipisahkan oleh daerah kosong
berbentuk garis; tetapi di kawasan tropik Stratokumulus dapat berupa awan
tunggal berbentuk gulungan.
Kadang-kadang, tetapi sangat jarang, unsur-unsur Stratokumulus terlihat seperti sarang lebah, berbentuk lensa-lensa yang memanjang.
Stratokumulus tembus cahaya sehingga bila matahari di belakangnya bumi tidak gelap; dan di bagian yang tipis matahari dapat terlihat. Tetapi juga dapat sangat tebal sehingga menutupi matahari. Bila Stratokumulus tidak telalu tebal sering terlihat seperti korona (mahkota).
Stratokumulus dapat terbentuk dari membesarnya unsur Altokumulus. Kadang-kadang terjadi dalam udara cerah di bawah Altostratus atau Nimbostratus. Selain itu juga dapat terjadi dari Nimbostratus. Stratokumulus dapat berasal dari Stratus karena adanya golakan atau sundulan udara pada suatu paras. Selain itu Stratokumulus dapat berasal dari pecahan-pecahan bagian atas atau bagian tengah dari Kumulus, bagian tengah Kumulonimbus, atau karena pengecilan dari Kumulus yang biasanya terjadi pada siang atau sore hari.
Stratokumulus sering seperti Altokumulus, Altostratus, Nimbostratus, Stratus, atau seperti Kumulus. Namun demikian ada perbedaannya yang dapat dikenali. Dalam cuaca sangat dingin, Stratokumulus dapat menghasilkan virga dari kristal es dan dapat menimbulkan halo seperti Sirostratus, tetapi Sirokumulus lebih padat dan tidak nerawang. Stratokumulus juga mempunyai bayangan di bagian bawah awan seperti Altokumulus, tetapi unsur-unsur Stratokumulus lebih besar dan kurang teratur. Bedanya dengan Altostratus, Nimbostratus dan Stratus, unsur-unsur Stratokumulus menyatu atau terpisah-pisah dan tidak berserabut kecuali dalam udara yang suhunya sangat rendah. Selain itu hujan dari Stratkumulus intensitasnya lebih kecil dibandingkan dengan intensitas hujan dari Altostratus, Nimbostratus dan Stratus. Berbeda dengan Kumulus, bagian bawah Stratokumulus lebih luas, dan puncaknya lebih rata dibandingkan dengan bagian bawah. Puncak awan Stratokumulus lebih rata dibandingkan dengan puncak awan Kumulonimbus; bentuknya melengkung yang mengesankan seperti bentuk kubah.
7. Stratus (St).
Stratus termasuk awan rendah, berbentuk pipih datar atau terbentang melintang dekat permukaan bumi; warnanya abu-abu sampai kecoklat-coklatan. Apabila ada sinar matahari tepinya terlihat jelas; tidak menimbulkan halo, kecuali bila suhu udara sangat rendah. Stratus dapat menimbulkan hujan gerimis, es prisma atau bulir salju.
Stratus sering terlihat di daerah pegunungan dan di atas laut pada pagi dan sore hari. Kadang-kadang stratus terbentuk dari kabut yang terangkat pada waktu ada sinaran matahari.
Stratus umumnya terdiri atas butir-butir air kecil. Pada suhu udara yang sangat rendah dapat terdiri atas partikel-pertikel es. Stratus tebal dapat menghasilkan hujan gerimis atau hujan berupa es prisma atau bulir-bulir salju. Umumnya Stratus berbentuk lapisan mendatar berwarna abu-abu yang merata, dasarnya dekat ke permukaan bumi. Bila tipis matahari di belakangnya dapat tampak, dan bila suhu udara sangat rendah dapat timbul halo; tetapi bila tebal matahari atau bulan di belakangnya dapat tertutup sehingga tampak gelap. Kadang-kadang Stratus berbentuk pecahan-pecahan yang terpisah dalam berbagai ukuran.
Stratus paling sering terbentuk dari lapisan kabut yang naik secara perlahan-lahan karena pemanasan permukaan bumi atau tertiup angin; pembentukan semacam itu sering terlihat di pegunungan.
Stratus dalam bentuk lapisan biasanya terbentuk dari pendinginan bagian bawah atmosfer.
Srtatus yang terpecah-pecah dengan awan tambahan di bagian bawah dan terkesan sebagai potongan dari awan utama dapat terjadi karena adanya golak-galik ketika udara menjadi lembap oleh uap dari hujan yang berasal dari Altostratus, Nimbostratus, Kumulonimbus, atau dari Kumulus.
Selain itu Stratus dapat terbentuk dari Stratokumulus apabila bagian bawah Stratokumulus yang terpisah-pisah menyatu dan menjadi rata setelah hujan keluar dari permukaan bawah tersebut.
Stratus sering hampir menyerupai Sirus, Sirostratus, Altostratus, Nimbostratus, Stratokumulus, dan Kumulus; namun ada bentuk-bentuk yang berbeda. Bedanya dengan Sirus, Stratus jauh lebih gelap dan tidak baur. Bedanya dengan Sirostratus, Stratus lebih gelap meskipun menghadap ke matahari. Bedanya dengan Altostratus, Stratus tidak membuat kabur ketampakan matahari.
Stratus yang tebal hampir serupa dengan Nimbostratus; untuk membedakan diperlukan pengamatan yang cermat . Perbedaan terdapat pada bagian bawah, yang pada Stratus lebih jelas dan rata serta tampak kering, sedangkan pada Nimbostratus tidak jelas dan tampak basah. Perbedaan lain, bila matahari atau bulan di belakang Stratus yang tipis tidak kabur, sedangkan bila matahari atau bulan ada di belakang Nimbostratus matahari atau bulan tidak kelihatan karena tertutup sama sekali. Selanjutnya bila disertai hujan, Stratus hanya disertai gerimis, es prisma atau bulir salju, sedangkan Nimbostratus dapat disertai hujan lebat berupa air, salju atau lembaran-lembaran es.
Meskipun tidak tepat benar, Stratus umumnya dalam udara dengan angin tenang, sedangkan Nimbostratus disertai angin kencang. Menebalnya Stratus tidak diikuti dengan jenis awan lain yang lebih tinggi, sedangkan Nimbostratus yang menjadi tebal selalu diikuti oleh jenis awan lebih tinggi sampai dari awan tengah.
Bedanya dengan Stratokumulus adalah pada bentuknya, bahwa Stratus terlihat utuh dan tidak berupa gabungan dari banyak unsur.
Selain itu Stratus kadang-kadang mempunyai bagian yang menonjol ke atas seperti Kumulus tetapi kecil dibandingkan dengan tonjolan-tonjolan yang terdapat pada Kumulus.
8. Nimbostratus (Ns).
Nimbostratus adalah awan lapis sangat tebal berwarna abu-abu, gelap, yang tidak jelas bentuknya, tidak tetap, tidak teratur, dan cepat berubah. Nimbostratus dapat menimbulkan hujan yang lebat dan lama; sering disertai angin kencang. Di kawasan luartropik awan Nimbostratus dapat menimbulkan hujan sampai berhari-hari.
Kadang-kadang, tetapi sangat jarang, unsur-unsur Stratokumulus terlihat seperti sarang lebah, berbentuk lensa-lensa yang memanjang.
Stratokumulus tembus cahaya sehingga bila matahari di belakangnya bumi tidak gelap; dan di bagian yang tipis matahari dapat terlihat. Tetapi juga dapat sangat tebal sehingga menutupi matahari. Bila Stratokumulus tidak telalu tebal sering terlihat seperti korona (mahkota).
Stratokumulus dapat terbentuk dari membesarnya unsur Altokumulus. Kadang-kadang terjadi dalam udara cerah di bawah Altostratus atau Nimbostratus. Selain itu juga dapat terjadi dari Nimbostratus. Stratokumulus dapat berasal dari Stratus karena adanya golakan atau sundulan udara pada suatu paras. Selain itu Stratokumulus dapat berasal dari pecahan-pecahan bagian atas atau bagian tengah dari Kumulus, bagian tengah Kumulonimbus, atau karena pengecilan dari Kumulus yang biasanya terjadi pada siang atau sore hari.
Stratokumulus sering seperti Altokumulus, Altostratus, Nimbostratus, Stratus, atau seperti Kumulus. Namun demikian ada perbedaannya yang dapat dikenali. Dalam cuaca sangat dingin, Stratokumulus dapat menghasilkan virga dari kristal es dan dapat menimbulkan halo seperti Sirostratus, tetapi Sirokumulus lebih padat dan tidak nerawang. Stratokumulus juga mempunyai bayangan di bagian bawah awan seperti Altokumulus, tetapi unsur-unsur Stratokumulus lebih besar dan kurang teratur. Bedanya dengan Altostratus, Nimbostratus dan Stratus, unsur-unsur Stratokumulus menyatu atau terpisah-pisah dan tidak berserabut kecuali dalam udara yang suhunya sangat rendah. Selain itu hujan dari Stratkumulus intensitasnya lebih kecil dibandingkan dengan intensitas hujan dari Altostratus, Nimbostratus dan Stratus. Berbeda dengan Kumulus, bagian bawah Stratokumulus lebih luas, dan puncaknya lebih rata dibandingkan dengan bagian bawah. Puncak awan Stratokumulus lebih rata dibandingkan dengan puncak awan Kumulonimbus; bentuknya melengkung yang mengesankan seperti bentuk kubah.
7. Stratus (St).
Stratus termasuk awan rendah, berbentuk pipih datar atau terbentang melintang dekat permukaan bumi; warnanya abu-abu sampai kecoklat-coklatan. Apabila ada sinar matahari tepinya terlihat jelas; tidak menimbulkan halo, kecuali bila suhu udara sangat rendah. Stratus dapat menimbulkan hujan gerimis, es prisma atau bulir salju.
Stratus sering terlihat di daerah pegunungan dan di atas laut pada pagi dan sore hari. Kadang-kadang stratus terbentuk dari kabut yang terangkat pada waktu ada sinaran matahari.
Stratus umumnya terdiri atas butir-butir air kecil. Pada suhu udara yang sangat rendah dapat terdiri atas partikel-pertikel es. Stratus tebal dapat menghasilkan hujan gerimis atau hujan berupa es prisma atau bulir-bulir salju. Umumnya Stratus berbentuk lapisan mendatar berwarna abu-abu yang merata, dasarnya dekat ke permukaan bumi. Bila tipis matahari di belakangnya dapat tampak, dan bila suhu udara sangat rendah dapat timbul halo; tetapi bila tebal matahari atau bulan di belakangnya dapat tertutup sehingga tampak gelap. Kadang-kadang Stratus berbentuk pecahan-pecahan yang terpisah dalam berbagai ukuran.
Stratus paling sering terbentuk dari lapisan kabut yang naik secara perlahan-lahan karena pemanasan permukaan bumi atau tertiup angin; pembentukan semacam itu sering terlihat di pegunungan.
Stratus dalam bentuk lapisan biasanya terbentuk dari pendinginan bagian bawah atmosfer.
Srtatus yang terpecah-pecah dengan awan tambahan di bagian bawah dan terkesan sebagai potongan dari awan utama dapat terjadi karena adanya golak-galik ketika udara menjadi lembap oleh uap dari hujan yang berasal dari Altostratus, Nimbostratus, Kumulonimbus, atau dari Kumulus.
Selain itu Stratus dapat terbentuk dari Stratokumulus apabila bagian bawah Stratokumulus yang terpisah-pisah menyatu dan menjadi rata setelah hujan keluar dari permukaan bawah tersebut.
Stratus sering hampir menyerupai Sirus, Sirostratus, Altostratus, Nimbostratus, Stratokumulus, dan Kumulus; namun ada bentuk-bentuk yang berbeda. Bedanya dengan Sirus, Stratus jauh lebih gelap dan tidak baur. Bedanya dengan Sirostratus, Stratus lebih gelap meskipun menghadap ke matahari. Bedanya dengan Altostratus, Stratus tidak membuat kabur ketampakan matahari.
Stratus yang tebal hampir serupa dengan Nimbostratus; untuk membedakan diperlukan pengamatan yang cermat . Perbedaan terdapat pada bagian bawah, yang pada Stratus lebih jelas dan rata serta tampak kering, sedangkan pada Nimbostratus tidak jelas dan tampak basah. Perbedaan lain, bila matahari atau bulan di belakang Stratus yang tipis tidak kabur, sedangkan bila matahari atau bulan ada di belakang Nimbostratus matahari atau bulan tidak kelihatan karena tertutup sama sekali. Selanjutnya bila disertai hujan, Stratus hanya disertai gerimis, es prisma atau bulir salju, sedangkan Nimbostratus dapat disertai hujan lebat berupa air, salju atau lembaran-lembaran es.
Meskipun tidak tepat benar, Stratus umumnya dalam udara dengan angin tenang, sedangkan Nimbostratus disertai angin kencang. Menebalnya Stratus tidak diikuti dengan jenis awan lain yang lebih tinggi, sedangkan Nimbostratus yang menjadi tebal selalu diikuti oleh jenis awan lebih tinggi sampai dari awan tengah.
Bedanya dengan Stratokumulus adalah pada bentuknya, bahwa Stratus terlihat utuh dan tidak berupa gabungan dari banyak unsur.
Selain itu Stratus kadang-kadang mempunyai bagian yang menonjol ke atas seperti Kumulus tetapi kecil dibandingkan dengan tonjolan-tonjolan yang terdapat pada Kumulus.
8. Nimbostratus (Ns).
Nimbostratus adalah awan lapis sangat tebal berwarna abu-abu, gelap, yang tidak jelas bentuknya, tidak tetap, tidak teratur, dan cepat berubah. Nimbostratus dapat menimbulkan hujan yang lebat dan lama; sering disertai angin kencang. Di kawasan luartropik awan Nimbostratus dapat menimbulkan hujan sampai berhari-hari.
Nimbostratus berisi tetes-tetes air dan tetes hujan dari kristal salju dan serpihan salju, atau campuran air dan partikel-partikel padat dari salju. Nimbostratus umumnya tampak sebagai lapisan padat, rendah, gelap, tidak teratur, dan dapat menimbulkan hujan yang lebat terus-menerus tetapi tidak selalu sampai ke permukaan bumi. Bentuknya tidak tetap dan tidak teratur, dapat terbelah-belah menjadi banyak bagian awan yang berbeda-beda, tetapi cepat menyatu kembali. Bentuk tambahan di bagian bawah yang terkesan sebagai potongan dari awan utama, mula-mula terpisah-pisah, kemudian menyatu menjadi lapisan yang meluas. Bila bentuk tambahan tersebut menutupi bagian besar langit, baur dengan dasar awan Nimbostratus.
Nimbostratus sangat sering ditimbulkan oleh naiknya sejumlah lapisan udara ke paras tinggi. Di kawasan lintang tinggi sering terjadi di atas perenggan sangkaran (occluded front) yaitu daerah percampuran massa udara dingin dan massa udara panas. Nimbostratus juga dapat berasal dari Altostratus, karena menebalnya lapisan Stratokumulus, atau dari dari menebalnya Altokumulus meskipun kejadiannya sangat jarang. Selain itu kadang-kadang Nimbostratus dihasilkan dari meluasnya Kumulonimbus, atau dari bagian awan Kumulus yang menimbulkan hujan.
Nimbostratus sering sulit dibedakan dengan Altostratus, Altokumulus dan Stratokumulus, Stratus, dan Kumulonimbus. Meskipun demikian dari pengamatan yang teliti dapat dilihat perbedaannya, antara lain Nimbostratus lebih gelap dan lebih tebal dibandingkan dengan Altostratus sehingga matahari di belakang Nimbostratus selalu tidak kelihatan.
Bedanya dengan Altokumulus dan Stratokumulus, bagian bawah dari Nimbostratus tidak jelas bentuknya.
Bedanya dengan Stratus, Nimbostratus dapat menimbulkan hujan air atau hujan salju yang lebih lebat dibandingkan dengan hujan yang ditimbulkan oleh Stratus.
Berbeda dengan Kumulonimbus, Nimbostratus tidak disertai kilat, guntur atau hujan batu.
9. Kumulus (Cu).
Kumulus, juga disebut kemawang bentuk fisiknya tampak padat dan garis tepinya terlihat jelas. Pertumbuhannya menjulang ke atas sehingga bentuknya seperti gundukan, menara atau kubah. Puncaknya bergumpal seperti kol bunga . Bagian yang terkenan sinar matahari berwarna putih, sedangkan yang tidak terkena sinar matahari dan awan bagian bawah lebih gelap.
Bagian dasarnya rata dan warnanya agak
kehitaman lebih gelap dibandingkan dengan warna bagian lainnya. Kumulus dapat
terbentuk di mana-mana dan sering terlihat pada waktu udara cerah. Kumulus
dapat menimbulkan hujan.
Kumulus tersusun utamanya dari tetes-tetes air, tetapi mungkin juga mengandung kristal-kristal es bila suhunya lebih rendah dari 0 oC. Kumulus dalam jumlah banyak dan dalam berbagai tingkat dapat terjadi pada waktu yang bersamaan. Bila awan-awan tersebut pertumbuhan vertikalnya lemah puncaknya terlihat rata; bila pertumbuhan vertikalnya agak kuat puncaknya tampak tidak rata serta bergerigi, dan kadang-kadang tampak berderet berbentuk lajur-lajur awan yang hampir sejajar arah angin. Bila petumbuhan vertikalnya kuat puncaknya bergumpal atau banyak tonjolan menyerupai kol bunga, dan mudah menimbulkan hujan. Kadang-kadang Kumulus tampak berupa potongan-potongan awan yang terurai dan cepat berubah.
Di kawasan tropik Kumulus sering menimbulkan hujan curah (shower), yaitu hujan yang timbul secara mendadak, deras, dan hanya dalam waktu singkat.
Kumulus terjadi karena golakan udara yang disertai penurunan suhu ke arah vertikal yang besar. Penurunan suhu vertikal yang besar umumnya dapat terjadi karena (1) pemanasan permukaan bumi oleh sinaran matahari, (2) pemanasan bagian bawah massa udara dingin ketika melalui udara yang lebih panas. Kumulus dapat terbentuk dari Altokumulus atau Stratokumulus. Selain itu dapat pula terbentuk dari Stratokumulus atau Stratus yang biasanya terjadi pada waktu pagi hari di atas daratan.
Kumulus yang menimbulkan cuaca buruk kadang-kadang terbentuk di bawah Altostratus, Nimbostratus, Kumulonimbus, atau karena pembesaran sendiri dari Kumulus yang bersangkutan.
Bedanya dengan Altokumulus dan Stratokumulus, Kumulus mmempunyai puncak yang bentuknya selalu menonjol dan bagian bawahnya tidak menyatu. Adakalanya Kumulus menimbulkan hujan seperti Altostratus dan Nimbustratus, tetapi hujan dari Kumulus lebih bersifat hujan curah (shower).
Bedanya dengan Kumulonimbus, Kumulus mempunyai bagian bawah lebih besar dibandingkan bagian puncak, sedangkan Kumulunimbus bagian paling bawah lebih kecil dibandingkan bagian puncak. Selain itu Kumulus tidak disertai kilat atau badai guntur.
Bedanya dengan Stratus kasar, puncak Kumulus lebih putih dan meskipun dalam keadaan kasar puncaknya masih menunjukkan bentuk gumpalan atau kubah.
10. Kumulonimbus (Cb).
Kumulonimbus berbentuk gundukan besar, lebih besar dibandingkan dengan Kumulus, tetapi bagian bawahnya lebih kecil dibandingkan dengan bagian atasnya. Dasarnya berwarna abu-abu sampai kehitam-hitaman. Puncaknya ada yang berserabut tampak seperti jambul, ada pula yang berbentuk seperti landasan tempa. Dari dasar sampai puncaknya dapat mencapai 20 km.
Kumulus tersusun utamanya dari tetes-tetes air, tetapi mungkin juga mengandung kristal-kristal es bila suhunya lebih rendah dari 0 oC. Kumulus dalam jumlah banyak dan dalam berbagai tingkat dapat terjadi pada waktu yang bersamaan. Bila awan-awan tersebut pertumbuhan vertikalnya lemah puncaknya terlihat rata; bila pertumbuhan vertikalnya agak kuat puncaknya tampak tidak rata serta bergerigi, dan kadang-kadang tampak berderet berbentuk lajur-lajur awan yang hampir sejajar arah angin. Bila petumbuhan vertikalnya kuat puncaknya bergumpal atau banyak tonjolan menyerupai kol bunga, dan mudah menimbulkan hujan. Kadang-kadang Kumulus tampak berupa potongan-potongan awan yang terurai dan cepat berubah.
Di kawasan tropik Kumulus sering menimbulkan hujan curah (shower), yaitu hujan yang timbul secara mendadak, deras, dan hanya dalam waktu singkat.
Kumulus terjadi karena golakan udara yang disertai penurunan suhu ke arah vertikal yang besar. Penurunan suhu vertikal yang besar umumnya dapat terjadi karena (1) pemanasan permukaan bumi oleh sinaran matahari, (2) pemanasan bagian bawah massa udara dingin ketika melalui udara yang lebih panas. Kumulus dapat terbentuk dari Altokumulus atau Stratokumulus. Selain itu dapat pula terbentuk dari Stratokumulus atau Stratus yang biasanya terjadi pada waktu pagi hari di atas daratan.
Kumulus yang menimbulkan cuaca buruk kadang-kadang terbentuk di bawah Altostratus, Nimbostratus, Kumulonimbus, atau karena pembesaran sendiri dari Kumulus yang bersangkutan.
Bedanya dengan Altokumulus dan Stratokumulus, Kumulus mmempunyai puncak yang bentuknya selalu menonjol dan bagian bawahnya tidak menyatu. Adakalanya Kumulus menimbulkan hujan seperti Altostratus dan Nimbustratus, tetapi hujan dari Kumulus lebih bersifat hujan curah (shower).
Bedanya dengan Kumulonimbus, Kumulus mempunyai bagian bawah lebih besar dibandingkan bagian puncak, sedangkan Kumulunimbus bagian paling bawah lebih kecil dibandingkan bagian puncak. Selain itu Kumulus tidak disertai kilat atau badai guntur.
Bedanya dengan Stratus kasar, puncak Kumulus lebih putih dan meskipun dalam keadaan kasar puncaknya masih menunjukkan bentuk gumpalan atau kubah.
10. Kumulonimbus (Cb).
Kumulonimbus berbentuk gundukan besar, lebih besar dibandingkan dengan Kumulus, tetapi bagian bawahnya lebih kecil dibandingkan dengan bagian atasnya. Dasarnya berwarna abu-abu sampai kehitam-hitaman. Puncaknya ada yang berserabut tampak seperti jambul, ada pula yang berbentuk seperti landasan tempa. Dari dasar sampai puncaknya dapat mencapai 20 km.
Dari awan Kumulonimbus dapat terjadi kilat dan guntur; oleh karena itu Kumulonimbus
sering disebut awan guntur.
Kumulonimbus dapat menimbulkan hujan deras dan kadang-kadang disertai angin kencang, tetapi dalam waktu pendek sampai sekitar 30 menit.
Kumulonimbus berisi tetes-tetes air dan kristal-kristal es. Tetes-tetes air terdapat di bagian bawah, campuran tetes air dan kristal es di bagian tengah, dan kristal es di bagian atas. Tetes-tetes air dan kristal es sering berukuran besar dan menimbulkan hujan batu (hujan es). Kumulonimbus berukuran besar sehingga dapat terlihat jelas bentuknya apabila dilihat dari jarak jauh. Dapat terlihat hanya satu seperti terpencil, dan juga dapat terlihat banyak dan berderet. Bagian atasnya sering baur dengan Sirostratus, Altostratus, atau Nimbustratus. Kumulonimbus mengandung muatan listrik dan dapat menimbulkan kilat dan badai guntur.
Kumulonimbus umumnya terbentuk dalam udara yang takmantap yaitu udara yang ke arah vertikal suhunya turun dengan cepat, dan pemanasan udara yang kuat. Selain itu dapat terbentuk dari pengembangan Kumulus, ada kalanya dari pengembangan Altokumulus atau Stratokumulus, dan juga sering dari pengembangan Altostratus atau Nimbustratus.
Berbeda dengan Nimbostratus dan Kumulus yang menimbulkan hujan lebat dan berlangsung lama, Kumulonimbus menimbulkan hujan deras dan berlangsung dalam waktu yang lebih pendek. Bila bagian atas Kumulus berbentuk gumpalan-gumpalan dan bagian bawahnya luas, bagian atas Kumulonimbus tampak halus dan bagian bawah lebih kecil dibandingkan bagian atas. Selain itu kekhususan Kumulonimbus adalah kandungan muatan listrik yang dapat menimbulkan kilat dan badai guntur, yang tidak dimiliki awan lain.
Kumulonimbus dapat menimbulkan hujan deras dan kadang-kadang disertai angin kencang, tetapi dalam waktu pendek sampai sekitar 30 menit.
Kumulonimbus berisi tetes-tetes air dan kristal-kristal es. Tetes-tetes air terdapat di bagian bawah, campuran tetes air dan kristal es di bagian tengah, dan kristal es di bagian atas. Tetes-tetes air dan kristal es sering berukuran besar dan menimbulkan hujan batu (hujan es). Kumulonimbus berukuran besar sehingga dapat terlihat jelas bentuknya apabila dilihat dari jarak jauh. Dapat terlihat hanya satu seperti terpencil, dan juga dapat terlihat banyak dan berderet. Bagian atasnya sering baur dengan Sirostratus, Altostratus, atau Nimbustratus. Kumulonimbus mengandung muatan listrik dan dapat menimbulkan kilat dan badai guntur.
Kumulonimbus umumnya terbentuk dalam udara yang takmantap yaitu udara yang ke arah vertikal suhunya turun dengan cepat, dan pemanasan udara yang kuat. Selain itu dapat terbentuk dari pengembangan Kumulus, ada kalanya dari pengembangan Altokumulus atau Stratokumulus, dan juga sering dari pengembangan Altostratus atau Nimbustratus.
Berbeda dengan Nimbostratus dan Kumulus yang menimbulkan hujan lebat dan berlangsung lama, Kumulonimbus menimbulkan hujan deras dan berlangsung dalam waktu yang lebih pendek. Bila bagian atas Kumulus berbentuk gumpalan-gumpalan dan bagian bawahnya luas, bagian atas Kumulonimbus tampak halus dan bagian bawah lebih kecil dibandingkan bagian atas. Selain itu kekhususan Kumulonimbus adalah kandungan muatan listrik yang dapat menimbulkan kilat dan badai guntur, yang tidak dimiliki awan lain.
o Tephigram
o Pembentukan cuaca dan iklim
o Iklim Bumi dan perubahan iklim global
o Bencana meteorologi/klimatologi seperti, badai
tropis, siklon, el nino, la
nina, kekeringan, dll.
o Observasi dan instrumen meteorologi
BAB 2
BENCANA DAN
MANAJEMEN KEBENCANAAN
Bencana adalah suatu gangguan serius
terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang
meluas pada kehidupan manusia maupun dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan
dan melampaui batas kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi
dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.(United Nations International
Strategy for Disaster Reduction-UN ISDR, 2004)
1. AKTIFITAS PADA SETIAP FASE SIKLUS MANAJEMEN BENCANA (SMB)
Menurut Warfield, manajemen bencana mempunyai tujuan: (1) Mengurangi, atau mencegah, kerugian karena bencana, (2) menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap korban bencana, dan (3) mencapai pemulihan yang cepat dan efektif. Dengan demikian, siklus manajemen bencana memberikan gambaran bagaimana rencana dibuat untuk mengurangi atau mencegah kerugian karena bencana, bagaimana reaksi dilakukan selama dan segera setelah bencana berlangsung dan bagaimana langkah-langkah diambil untuk pemulihan setelah bencana terjadi.
Secara garis besar terdapat empat fase manajemen bencana, yaitu:
1. Fase Mitigasi: upaya memperkecil dampak negative bencana. Contoh: zonasi dan pengaturan bangunan (building codes), analisis kerentanan; pembelajaran public.
2. Fase Preparadness: merencanakan bagaimana menaggapi bencana. Contoh: merencanakan kesiagaan; latihan keadaan darurat, system peringatan.
3. Fase respon: upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh bencana. Contoh: pencarian dan pertolongan; tindakan darurat.
4. Fase Recovery: mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Contoh: perumahan sementara, bantuan keuangan; perawatan kesehatan.
Keempat fase manajemen bencana tersebut tidak harus selalu ada, atau tidak secara terpisah, atau tidak harus dilaksanakan dengan urutan seperrti tersebut diatas. Fase-fase sering saling overlap dan lama berlangsungnya setiap fase tergantung pada kehebatan atau besarnya kerusakan yang disebabkan oleh bencana itu. Dengan demikian, berkaitan dengan penetuan tindakan di dalam setiap fase itu, kita perlu memahami karakteristik dari setiap bencana yang mungkin terjadi.
a. Fase Mitigasi
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.
b. Preparedness
Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan pemahamannya sangat penting pada tahapan ini untuk dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Selain itu jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana (mitigasi non struktur), serta usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang aman terhadap bencana dan melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur).
c. Response
Jenis aktivitas respon emergensi
1. Evakuasi dan pengungsi (Evacuation and migration)
Melakukan evakuasi dan pengungsi ketempat evakuasi yang aman.
2. Pencarian dan Penyelamatan (Search and rescue – SAR)
Malakukan pencaharian baik korban yang meninggal dan korban yang hilang.
3. Penilaian paska bencana (Post-disaster assessment)
Melakukan penilaian terhadap bencana yang terjadi
4. Respon dan Pemulihan (Response and relief)
Memberikan respond an pemulihan terhadap korban bencana
5. Logistik dan suplai (Logistics and supply)
Manyalurkan bantuan logistik kepada korban bencana
6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and information management)
Memberikan informasi dan komunikasi kepada media massa mengenai jumlah kerugian korban bencana
7. Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik. Ibu Hamil, anak-anak dan orang Manula
8. Keamanan (Security)
Mamberikan pelayanan keamanan terhadap korban jiwa, baik itu harta benda dan yang lain.
9. Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations management)
Melakukan manajemen pengoperasian emergenci pada saat terjadinya bencana
d. Recovery
Secara garis-besar, kegiatan-kegiatan utama pada tahap ini antara lain, mencakup:
1. Pembangunan kembali perumahan dan lingkungan pemukiman penduduk berbasis kebutuhan dan kemampuan mereka sendiri dengan penekanan pada aspek sistem sanitasi lingkungan organik daur-ulang.
2. Penataan kembali prasarana utama daerah yang tertimpa bencana, khususnya yang berkaitan dengan sistem produksi pertanian.
3. Pembangunan basis-basis perekonomian desa dengan pendekatan penghidupan berkelanjutan, terutama pada kedaulatan dan keamanan pangan dan ketersediaan energi yang dapat diperbaharui (renewable energy); serta perintisan model sistem kesehatan yang terjangkau dan efektif.
2. Lembaga/Institusi (Pemerintah dan non-pemerintah, NGO) yang aktif dalam PB dan pada Fase mana perannya yang paling menonjol.
1. AKTIFITAS PADA SETIAP FASE SIKLUS MANAJEMEN BENCANA (SMB)
Menurut Warfield, manajemen bencana mempunyai tujuan: (1) Mengurangi, atau mencegah, kerugian karena bencana, (2) menjamin terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap korban bencana, dan (3) mencapai pemulihan yang cepat dan efektif. Dengan demikian, siklus manajemen bencana memberikan gambaran bagaimana rencana dibuat untuk mengurangi atau mencegah kerugian karena bencana, bagaimana reaksi dilakukan selama dan segera setelah bencana berlangsung dan bagaimana langkah-langkah diambil untuk pemulihan setelah bencana terjadi.
Secara garis besar terdapat empat fase manajemen bencana, yaitu:
1. Fase Mitigasi: upaya memperkecil dampak negative bencana. Contoh: zonasi dan pengaturan bangunan (building codes), analisis kerentanan; pembelajaran public.
2. Fase Preparadness: merencanakan bagaimana menaggapi bencana. Contoh: merencanakan kesiagaan; latihan keadaan darurat, system peringatan.
3. Fase respon: upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh bencana. Contoh: pencarian dan pertolongan; tindakan darurat.
4. Fase Recovery: mengembalikan masyarakat ke kondisi normal. Contoh: perumahan sementara, bantuan keuangan; perawatan kesehatan.
Keempat fase manajemen bencana tersebut tidak harus selalu ada, atau tidak secara terpisah, atau tidak harus dilaksanakan dengan urutan seperrti tersebut diatas. Fase-fase sering saling overlap dan lama berlangsungnya setiap fase tergantung pada kehebatan atau besarnya kerusakan yang disebabkan oleh bencana itu. Dengan demikian, berkaitan dengan penetuan tindakan di dalam setiap fase itu, kita perlu memahami karakteristik dari setiap bencana yang mungkin terjadi.
a. Fase Mitigasi
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.
b. Preparedness
Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan pemahamannya sangat penting pada tahapan ini untuk dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Selain itu jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya bencana (mitigasi non struktur), serta usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang aman terhadap bencana dan melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur).
c. Response
Jenis aktivitas respon emergensi
1. Evakuasi dan pengungsi (Evacuation and migration)
Melakukan evakuasi dan pengungsi ketempat evakuasi yang aman.
2. Pencarian dan Penyelamatan (Search and rescue – SAR)
Malakukan pencaharian baik korban yang meninggal dan korban yang hilang.
3. Penilaian paska bencana (Post-disaster assessment)
Melakukan penilaian terhadap bencana yang terjadi
4. Respon dan Pemulihan (Response and relief)
Memberikan respond an pemulihan terhadap korban bencana
5. Logistik dan suplai (Logistics and supply)
Manyalurkan bantuan logistik kepada korban bencana
6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and information management)
Memberikan informasi dan komunikasi kepada media massa mengenai jumlah kerugian korban bencana
7. Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik. Ibu Hamil, anak-anak dan orang Manula
8. Keamanan (Security)
Mamberikan pelayanan keamanan terhadap korban jiwa, baik itu harta benda dan yang lain.
9. Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations management)
Melakukan manajemen pengoperasian emergenci pada saat terjadinya bencana
d. Recovery
Secara garis-besar, kegiatan-kegiatan utama pada tahap ini antara lain, mencakup:
1. Pembangunan kembali perumahan dan lingkungan pemukiman penduduk berbasis kebutuhan dan kemampuan mereka sendiri dengan penekanan pada aspek sistem sanitasi lingkungan organik daur-ulang.
2. Penataan kembali prasarana utama daerah yang tertimpa bencana, khususnya yang berkaitan dengan sistem produksi pertanian.
3. Pembangunan basis-basis perekonomian desa dengan pendekatan penghidupan berkelanjutan, terutama pada kedaulatan dan keamanan pangan dan ketersediaan energi yang dapat diperbaharui (renewable energy); serta perintisan model sistem kesehatan yang terjangkau dan efektif.
2. Lembaga/Institusi (Pemerintah dan non-pemerintah, NGO) yang aktif dalam PB dan pada Fase mana perannya yang paling menonjol.
Hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan dilakukan
bersama-sama oleh pemerintahan, swasta maupun masyarakat dalam mitigasi
bencana, antara lain:
1. Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau mendukung usaha preventif kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak membangun di lokasi yang rawan bencana;
2. Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, yang kegiatannya mulai dari identifikasi daerah rawan bencana, penghitungan perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh bencana, perencanaan penanggulangan bencana, hingga penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya preventif kebencanaan;
3. Indentifikasi lembaga-lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat yang sifatnya menangani kebencanaan, agar dapat terwujud koordinasi kerja yang baik;
4. Pelaksanaan program atau tindakan ril dari pemerintah yang merupakan pelaksanaan dari kebijakan yang ada, yang bersifat preventif kebencanaan;
5. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang ciri-ciri alam setempat yang memberikan indikasi akan adanya ancaman bencana.
Sementara itu upaya untuk memperkuat pemerintah daerah dalam kegiatan sebelum/pra bencana dapat dilakukan melalui perkuatan unit/lembaga yang telah ada dan pelatihan kepada aparatnya serta melakukan koordinasi dengan lembaga antar daerah maupun dengan tingkat nasional, mengingat bencana tidak mengenal wilayah administrasi, sehingga setiap daerah memiliki rencana penanggulangan bencana yang potensial di wilayahnya.
1. Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau mendukung usaha preventif kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak membangun di lokasi yang rawan bencana;
2. Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, yang kegiatannya mulai dari identifikasi daerah rawan bencana, penghitungan perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh bencana, perencanaan penanggulangan bencana, hingga penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya preventif kebencanaan;
3. Indentifikasi lembaga-lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat yang sifatnya menangani kebencanaan, agar dapat terwujud koordinasi kerja yang baik;
4. Pelaksanaan program atau tindakan ril dari pemerintah yang merupakan pelaksanaan dari kebijakan yang ada, yang bersifat preventif kebencanaan;
5. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang ciri-ciri alam setempat yang memberikan indikasi akan adanya ancaman bencana.
Sementara itu upaya untuk memperkuat pemerintah daerah dalam kegiatan sebelum/pra bencana dapat dilakukan melalui perkuatan unit/lembaga yang telah ada dan pelatihan kepada aparatnya serta melakukan koordinasi dengan lembaga antar daerah maupun dengan tingkat nasional, mengingat bencana tidak mengenal wilayah administrasi, sehingga setiap daerah memiliki rencana penanggulangan bencana yang potensial di wilayahnya.
Contoh lembaga/Institusi (Pemerintah dan non-pemerintah,
NGO) yang aktif dalam PB antara lain adalah :
a. Dinas Sosial
Dinas Sosial terlibat di semua fase. Namun pada saat ini sendiri sangat menonjol dalam fase response. Pada saat fase response yang dilakukan oleh Dinas Sosial adalah :
1. Mengerahkan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) untuk sesegera mungkin mencari informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk tahap penyaluran bantuan.
2. Dari data dan informasi yang diterima, Dinas Sosial mengeluarkan bantuan sesuai dengan bencana yang terjadi. Diutamakan prinsip tepat waktu, tepat sasaran dan tepat jumlah.
3. Bantuan kemudian disaluran sesegera mungkin dengan kerjasama bersama Dinas Sosial Kab./Kota dan Tagana setempat.
4. Untuk pengungsi, segera diarahkan menuju titik-titik pengungsian dan segera dibangun tenda-tenda atau shelter.
b. T N I
Keterlibatan TNI sesuai Pasal 25 ayat 1 “Pada saat keadaan darurat bencana, kepala BNPB dan kepala BPBD berwenang mengerahkan sumber daya manusia, peralatan dan logistik dan instansi lembaga dan masyarakat untuk melakukan tanggap darurat”
Keterlibatan TNI lebih menonjol pada fase respon dan recovery. Seperti melakukan evakuasi, pencarian mayat, pendirian shelter-shelter, jembatan bailey, menembus daerah isolasi, manajemen logistik pada saat tanggap darurat.
a. Dinas Sosial
Dinas Sosial terlibat di semua fase. Namun pada saat ini sendiri sangat menonjol dalam fase response. Pada saat fase response yang dilakukan oleh Dinas Sosial adalah :
1. Mengerahkan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) untuk sesegera mungkin mencari informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk tahap penyaluran bantuan.
2. Dari data dan informasi yang diterima, Dinas Sosial mengeluarkan bantuan sesuai dengan bencana yang terjadi. Diutamakan prinsip tepat waktu, tepat sasaran dan tepat jumlah.
3. Bantuan kemudian disaluran sesegera mungkin dengan kerjasama bersama Dinas Sosial Kab./Kota dan Tagana setempat.
4. Untuk pengungsi, segera diarahkan menuju titik-titik pengungsian dan segera dibangun tenda-tenda atau shelter.
b. T N I
Keterlibatan TNI sesuai Pasal 25 ayat 1 “Pada saat keadaan darurat bencana, kepala BNPB dan kepala BPBD berwenang mengerahkan sumber daya manusia, peralatan dan logistik dan instansi lembaga dan masyarakat untuk melakukan tanggap darurat”
Keterlibatan TNI lebih menonjol pada fase respon dan recovery. Seperti melakukan evakuasi, pencarian mayat, pendirian shelter-shelter, jembatan bailey, menembus daerah isolasi, manajemen logistik pada saat tanggap darurat.
3. PERAN MASYARAKAT (INDIVIDU/LEMBAGA) PADA SETIAP FASE SMB
Untuk mengurangi, mencegah dan menanggulangi bencana yang mungkin terjadi atau berulang, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana perlu melakukan pengurangan resiko bencana atau manajemen resiko. Pengurangan Resiko Bencana dimaknai sebagai sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Tujuan agar komunitas mampu mengelola resiko, mengurangi, maupun memulihkan diri dari dampak bencana tampa ketergantungan dari pihak luar.
a. Mitigasi
- Masyarakat berperan aktif menciptakan lingkungan yang aman dari bencana. Contohnya ;
o Membangun rumah yang sesuai standar ketahan gempa;
o Adanya kesadaran masyarakat untuk tidak tinggal di daerah yang rawan bencana.
o Masyarakat memahami dengan baik safety rule yang sudah diprogram oleh pemerintah
b. Preparedness
- Mengikuti kegiatan drill dan pelatihan-pelatihan penguatan kapasitas kebencanaan.
- Terlibat aktif dalam pembuatan jalur evakuasi.
c. Response
- Masyarakat sebagai relawan donatur, penyumbang tenaga dan keahlian serta penyedia fasilitas yang diperlukan dalam penanggulangan bencana.
- Sebagai pemimpin dalam penanganan bencana.
- Sebagai manajer logistik.
- Menggerakkan elemen lokal dalam penanggulangan bencana.
d. Recovery
- Terlibat langsung dalam rehab rekon.
- Mendukung program pemerintah dalam rehab rekon.
Untuk mengurangi, mencegah dan menanggulangi bencana yang mungkin terjadi atau berulang, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana perlu melakukan pengurangan resiko bencana atau manajemen resiko. Pengurangan Resiko Bencana dimaknai sebagai sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Tujuan agar komunitas mampu mengelola resiko, mengurangi, maupun memulihkan diri dari dampak bencana tampa ketergantungan dari pihak luar.
a. Mitigasi
- Masyarakat berperan aktif menciptakan lingkungan yang aman dari bencana. Contohnya ;
o Membangun rumah yang sesuai standar ketahan gempa;
o Adanya kesadaran masyarakat untuk tidak tinggal di daerah yang rawan bencana.
o Masyarakat memahami dengan baik safety rule yang sudah diprogram oleh pemerintah
b. Preparedness
- Mengikuti kegiatan drill dan pelatihan-pelatihan penguatan kapasitas kebencanaan.
- Terlibat aktif dalam pembuatan jalur evakuasi.
c. Response
- Masyarakat sebagai relawan donatur, penyumbang tenaga dan keahlian serta penyedia fasilitas yang diperlukan dalam penanggulangan bencana.
- Sebagai pemimpin dalam penanganan bencana.
- Sebagai manajer logistik.
- Menggerakkan elemen lokal dalam penanggulangan bencana.
d. Recovery
- Terlibat langsung dalam rehab rekon.
- Mendukung program pemerintah dalam rehab rekon.
4. PERAN PROGRAM S2 KEBENCANAAN DALAM SETIAP FASE SMB
a. Mitigasi
- Ikut memberi sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat mengenai pengurangan resiko bencana.
- Melakukan penelitian dan riset terkait kebencanaan dan karakteristiknya di daerah yang berbeda.
- Membuat pemetaan untuk daerah-daerah rawan bencana.
- Mengidentifikasi kelompok-kelompok rentan di daerah rawan bencana.
- Belajar yang rajin.
b. Preparedness
- Sebagai fasilitator dalam pelatihan penanggulangan bencana berbasis masyarakat, berbasis sekolah, dan lain-lain, contohnya;
o Gempa dan Tsunami drill
- Melakukan kerjasama dengan pemerintah ataupun dengan lembaga-lembaga lainnya.
- Terlibat aktif dalam pembuatan jalur evakuasi.
c. Response
- Terjun langsung sebagai relawan, baik sebagai pelaksana, pimpinan, maupun pembuat kebijakan.
- Menjadi penghubung antara instansi atau lembaga pemerintahan dengan masyarakat.
d. Recovery
- Berperan sebagai fasilitator
- Melakukan kegiatan-kegiatan psikososial.
a. Mitigasi
- Ikut memberi sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat mengenai pengurangan resiko bencana.
- Melakukan penelitian dan riset terkait kebencanaan dan karakteristiknya di daerah yang berbeda.
- Membuat pemetaan untuk daerah-daerah rawan bencana.
- Mengidentifikasi kelompok-kelompok rentan di daerah rawan bencana.
- Belajar yang rajin.
b. Preparedness
- Sebagai fasilitator dalam pelatihan penanggulangan bencana berbasis masyarakat, berbasis sekolah, dan lain-lain, contohnya;
o Gempa dan Tsunami drill
- Melakukan kerjasama dengan pemerintah ataupun dengan lembaga-lembaga lainnya.
- Terlibat aktif dalam pembuatan jalur evakuasi.
c. Response
- Terjun langsung sebagai relawan, baik sebagai pelaksana, pimpinan, maupun pembuat kebijakan.
- Menjadi penghubung antara instansi atau lembaga pemerintahan dengan masyarakat.
d. Recovery
- Berperan sebagai fasilitator
- Melakukan kegiatan-kegiatan psikososial.
Bencana
Geologi
Bencana alam
geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor yang bersumber dari
bumi. beberapa jenis bencana alam geologi yang sangat umum terjadi di tanah air
kita, yaitu :
Gempabumi dan tsunami; Teori Tektonik lempeng telah mengajarkan bahwa bagian luar bumi kita terdiri dari berbagai lempeng kerak benua dan samudera, yang saling bergerak satu terhadap lainnya, dengan kecepatan hingga bisa mencapai 20 cm/tahun. Gerakan lempeng tersebut dapat saling mendekat, saling menjauh, saling berpapasan dan menunjam satu terhadap yang lannya. Proses pergerakan inilah yang lebih lanjut dapat mengakibatkan terbentuknya akumulasi energy dan tegangan yang cukup tinggi pada kerak bumi, yang kemudian suatu saat dapat terlepaskan secara tiba-tiba berupa kejutan gempabumi (earthquake) yang dahsyat. Gempabumi jenis ini secara khusus dikenal gempabumi tektonik, merupakan gempabumi yang paling berbahaya dibandingkan jenis gempabumi lainnya (gempabumi vulkanik dan gempabumi indus). Selain mengakibatkan goncangan yang dahsyat pada kulit bumi (ground-shaking) dan terjadinya pergeseran pada kulit bumi (ground-faulting), gempabumi dapat pula mengakibatkan adanya gelombang tsunami.
Letusan Gunungapi; Gunungapi (volcano) adalah suatu bentuk timbulan di permukaan bumi, yang dapat berbentuk kerucut besar, kerucut terpancung, kubah atau bukit, akibat oleh adanya penerobosan magma ke permukaan bumi. Di Indonesia kurang lebih terdapat 80 buah dari 129 buah gunung aktif yang diamati dan dipantau secara terus-menerus, termasuk tiga diantaranya terletak di Nusa Tenggara Barat. Bahaya letusan gunungapi antara lain berupa aliran lava, lontaran batuan pijar, hembusan awan panas, aliran lahar dan lumpur, hujan abu, hujan pasir serta semburan gas beracun.
Tanah Longsor; Tanah longsor (landslide) merupakan pergerakan masa batuan dan/atau tanah secara gravitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Dimensi tanah longsor sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa meter saja hingga ribuan (kilo) meter. Tanah longsor dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis bencana alam karena distribusinya yang merata hamper di seluruh wilayah tanah air, dan atas dasar catatan kejadiannya, tanah longsor secara umum selalu menempati intensitas kejadian yang paling banyak, serta dapat terjadi secara bersamaan dengan bencana alam geologi lainnya, seperti gempabumi dan letusan gunungapi.
Penurunan Tanah; Ada beberapa faktor geologi yang menyebabkan terjadinya penurunan tanah (land subsidence), antara lain yaitu pengambilan air tanah secara berlebihan, kompresibilitas tanah/batuan yang sangat tinggi, konsolidasi alamiah pada material lepas (tanah), rongga-rongga bawah permukaan akibat proses pelarutan batuan, dan pergerakan struktur geologi sesar. Seperti halnya tanah longsor, bencana alam akibat penurunan tanah secara umum lebih banyak dipicu oleh aktivitas manusia, dapat berlangsung sangat lambat hingga cepat, dengan dimensi yang sangat bervariasi. Bencana alam jenis ini akhir-akhir ini menjadi sangat kritis karena banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia, tetapi dapat juga terjadi di daerah lain akibat proses alam yang dipicu kegiatan manusia.
Gempabumi dan tsunami; Teori Tektonik lempeng telah mengajarkan bahwa bagian luar bumi kita terdiri dari berbagai lempeng kerak benua dan samudera, yang saling bergerak satu terhadap lainnya, dengan kecepatan hingga bisa mencapai 20 cm/tahun. Gerakan lempeng tersebut dapat saling mendekat, saling menjauh, saling berpapasan dan menunjam satu terhadap yang lannya. Proses pergerakan inilah yang lebih lanjut dapat mengakibatkan terbentuknya akumulasi energy dan tegangan yang cukup tinggi pada kerak bumi, yang kemudian suatu saat dapat terlepaskan secara tiba-tiba berupa kejutan gempabumi (earthquake) yang dahsyat. Gempabumi jenis ini secara khusus dikenal gempabumi tektonik, merupakan gempabumi yang paling berbahaya dibandingkan jenis gempabumi lainnya (gempabumi vulkanik dan gempabumi indus). Selain mengakibatkan goncangan yang dahsyat pada kulit bumi (ground-shaking) dan terjadinya pergeseran pada kulit bumi (ground-faulting), gempabumi dapat pula mengakibatkan adanya gelombang tsunami.
Letusan Gunungapi; Gunungapi (volcano) adalah suatu bentuk timbulan di permukaan bumi, yang dapat berbentuk kerucut besar, kerucut terpancung, kubah atau bukit, akibat oleh adanya penerobosan magma ke permukaan bumi. Di Indonesia kurang lebih terdapat 80 buah dari 129 buah gunung aktif yang diamati dan dipantau secara terus-menerus, termasuk tiga diantaranya terletak di Nusa Tenggara Barat. Bahaya letusan gunungapi antara lain berupa aliran lava, lontaran batuan pijar, hembusan awan panas, aliran lahar dan lumpur, hujan abu, hujan pasir serta semburan gas beracun.
Tanah Longsor; Tanah longsor (landslide) merupakan pergerakan masa batuan dan/atau tanah secara gravitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Dimensi tanah longsor sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa meter saja hingga ribuan (kilo) meter. Tanah longsor dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis bencana alam karena distribusinya yang merata hamper di seluruh wilayah tanah air, dan atas dasar catatan kejadiannya, tanah longsor secara umum selalu menempati intensitas kejadian yang paling banyak, serta dapat terjadi secara bersamaan dengan bencana alam geologi lainnya, seperti gempabumi dan letusan gunungapi.
Penurunan Tanah; Ada beberapa faktor geologi yang menyebabkan terjadinya penurunan tanah (land subsidence), antara lain yaitu pengambilan air tanah secara berlebihan, kompresibilitas tanah/batuan yang sangat tinggi, konsolidasi alamiah pada material lepas (tanah), rongga-rongga bawah permukaan akibat proses pelarutan batuan, dan pergerakan struktur geologi sesar. Seperti halnya tanah longsor, bencana alam akibat penurunan tanah secara umum lebih banyak dipicu oleh aktivitas manusia, dapat berlangsung sangat lambat hingga cepat, dengan dimensi yang sangat bervariasi. Bencana alam jenis ini akhir-akhir ini menjadi sangat kritis karena banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia, tetapi dapat juga terjadi di daerah lain akibat proses alam yang dipicu kegiatan manusia.
Geologi Bencana meliputi kegiatan sebagai berikut :
- Studi bahaya gerakan tanah.
- Studi bahaya neo-tektonik.
- Studi bahaya gunung api.
- Studi bahaya gerakan tanah.
- Studi bahaya neo-tektonik.
- Studi bahaya gunung api.
Bencana
Meteorologi
Bencana
meteorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter (curah
hujan,kelembaban,temperatur,angin) meteorologi. Contoh bencana meteorologi
adalah:
- Kekeringan
- Banjir
- Badai :Badai angin,badai petir,badai es,badai salju
- Kebakaran hutan
- El Nino
- La Nina
- Longsor
- Tornado
- Angin puyuh,topan,angin puting beliung
- Gelombang dingin
- Gelombang panas
- Angin fohn :Angin gending,angin brubu,angin
bohorok,angin kumbang
Bencana
tersebut dimasukan kedalam bencana meteorologi karena bencana diatas disebabkan
atau dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi. Yang menjadi kontraversi
adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang terjadi umumnya disebabkan oleh
aktivitas manusia yang sengaja membakar hutan untuk pembukaan lahan.
Dalam kajian
ini, kebakaran hutan yang dimasukan ke dalam bencana meteorologi adalah kebakaran
hutan yang disebabkan oleh faktor alam. Kebakaran hutan ini dapat terjadi
ketika kekeringan yang sangat kuat, angin yang bertiup kencang, kelembaban
rendah dan dengan adanya gesekan antara dedaunan dan semak belukar yang sangat
kuat menyebabkan terjadilah kebakaran hutan.
Bencana
meteorologi diatas dapat menyebabkan kerugian berupa harta,benda dan jiwa
manusia. Hal yang dapat kita lakukan adalah memprediksi peristiwa bencana
meteorologi tersebut dan berusaha untuk mengurangi potensi terjadinya bencana tersebut
sebatas yang bisa dilakukan. Mengurangi potensi bencana meteorologi, contohnya
dapat dilakukan terhadap bencana banjir, misalnya membuat sistem drainase yang
baik dan pengelolaan tata lingkungan yang baik. Prediksi bencana meteorologi
dilakukan untuk mempersiapkan kondisi manusia dalam menghadapinya, sehingga
ketika terjadi bencana telah siap untuk menghadapinya.
Gelombang panas
merupakan salah satu bencana meteorologi yang sering terjadi di daerah lintang
tinggi. Bencana ini berupa hembusan angin dengan temperatur yang sangat tinggi,
hal yang berkebalikan terjadi saat terjadi gelombang dingin. Dua kondisi
tersebut dapat menimbulkan korban jiwa dan menimbulkan kerugian material
lainnya.
BAB 3
SUMBERDAYA
DAN MANAJEMEN SUMBER DAYA
1.
Definis Sumber Daya
Definisi dan pengertian
dari Sumber Daya dapat dijelaskan sebagai berikut : Sumber Daya merupakan unsur
lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam
hayati, sumber daya alam nonhayati, dan sumber daya buatan (Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1982). Dengan demikian, semua sumber baik manusia,
materi maupun energi yang secara nyata dan potensial dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia disebut sumber daya (Manan, 1978). Menurut
Soerianegara (1977) bahwa hutan, tanah, air, tanaman pertanian, padang rumput,
dan populasi ikan merupakan beberapa contoh sumber daya alam yang dapat
dipulihkan (renewable resources).
Hutan disebut sebagai sumber daya alam yang dapat dipulihkan karena proses regenerasi tegakan hutan, baik secara alamiah maupun secara buatan dapat terjadi dalam periode waktu yang tidak sangat lama (10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun, 70 tahun, atau 100 tahun) sehingga manusia yang melakukan proses pemulihan hutan memungkinkan dapat melihat kembali wujud hutan yang dibangun, bahkan memungkinkan memanfaatkan hasilnya. Berbeda dengan bahan-bahan tambang, misalnya minyak bumi dan batu bara, dikatagorikan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat dipulihkan (nonrenewable resources). Mengingat terbentuknya bahan tersebut hanya terjadi secara alamiah dan memerlukan waktu yang sangat lama (ratusan bahkan ribuan tahun), sehingga pemanfaatannya harus sehemat mungkin.
Oleh karena itu, kelestariaan sumber daya alam tersebut bergantung pada tingkat eksploitasi yang dilakukan manusia. Untuk sumber daya hutan dan sumber daya pertanian, kelestariannya sangat bergantung kepada tingkat eksploitasi dan upaya rehabilitasi yang seimbang dengan eksploitasinya. Melalui upaya rehabilitasi lahan hutan dan pertanian diharapkan keseimbangan ekologi tetap terjaga artinya keseimbangan dinamis antara manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan hidup akan lestari.
Hutan disebut sebagai sumber daya alam yang dapat dipulihkan karena proses regenerasi tegakan hutan, baik secara alamiah maupun secara buatan dapat terjadi dalam periode waktu yang tidak sangat lama (10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun, 70 tahun, atau 100 tahun) sehingga manusia yang melakukan proses pemulihan hutan memungkinkan dapat melihat kembali wujud hutan yang dibangun, bahkan memungkinkan memanfaatkan hasilnya. Berbeda dengan bahan-bahan tambang, misalnya minyak bumi dan batu bara, dikatagorikan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat dipulihkan (nonrenewable resources). Mengingat terbentuknya bahan tersebut hanya terjadi secara alamiah dan memerlukan waktu yang sangat lama (ratusan bahkan ribuan tahun), sehingga pemanfaatannya harus sehemat mungkin.
Oleh karena itu, kelestariaan sumber daya alam tersebut bergantung pada tingkat eksploitasi yang dilakukan manusia. Untuk sumber daya hutan dan sumber daya pertanian, kelestariannya sangat bergantung kepada tingkat eksploitasi dan upaya rehabilitasi yang seimbang dengan eksploitasinya. Melalui upaya rehabilitasi lahan hutan dan pertanian diharapkan keseimbangan ekologi tetap terjaga artinya keseimbangan dinamis antara manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan hidup akan lestari.
2.
Klasifikasi Sumber daya
Sumber daya alam (SDA) adalah semua
kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam
diklasifikasikan berdasarkan pembentukannya terdiri atas 3, yaitu:
1.
Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (Renewable Resource)
Dikatakan demikian karena alam dapat
mengadakan pembentukan kembali dalam jangka waktu yang relatif singkat. sumber
daya alam ini terbentuk dengan 2 cara, yaitu
a)
Pembaharuan dengan reproduksi
Terjadi pada sumber daya alam
hayati. Akan tetapi walaupun dapat terus bertambah denganm cepat, jika
pengelolaannya kurang tepat, sumber daya alam ini juga dapat punah dan sekali
sumber daya alam ini punah maka alam tidak dapat membentuknya lagi.
b)
Pembaharuan dengan adanya siklus
Beberapa sumber daya alam seperti
air dan udara terjadi dalam proses berputar atau siklus, dengan adanya siklus
ini pula sumber daya alam ini terbaharui.
Beberapa hal dapat menurunkan
kualitas maupun kuantitas sumber daya alam yang terbaharui ini:
a.
Pencemaran udara (penurunan kualitas atmosfer)
b.
Penebangan hutan (penurunan kualitas dan kuantitas air tanah)
2.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (Unrenewable Resource)
Sumber daya alam ini mempunyai
jumlah yang relatif tetap atau mungkin bisa dikatakan semakin sedikit jumlahnya.
Ini dikarenakan pembentukan sumber daya alam ini memerlukan rentang waktu yang
sangat lama sehingga sumber daya alam ini dapat habis. Contohnya antara lain :
bahan mineral, minyak bumi, gas alam dan SDA fosil lainnya. Sumber daya alam
ini dibedakan Menurut daya pakai dan nilai konsumtifnya yaitu :
a.
Sumber daya alam yang tidak cepat habis
Tidak cepat habis karena nilai
konsumtif manusia terhadap SDA ini relatif dalam jumlah sedikit. Contoh :
intan, dan batu permata.
b.
Sumber daya alam yang cepat habis
Cepat habis karena nilai konsumtif
manusia terhadap SDA ini relatif dalam jumlah yang banyak. Contoh : gas alam
dan minyak bumi.
Dalam UU No. 11 tahun 1967 tentang
pertambangan, barang-barang tambang dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1)
Golongan A yaitu golongan bahan galian strategis (penting untuk pertahanan dan
keamanan negara atau menjamin perekonomian negara). Contoh : minyak bumi,
batubara, bahan radioaktif, tembaga,
besi, alumunium, timah, dan mineral logam lainnya.
2) Golongan
B yaitu bahan galian vital (penting untuk hajat hidup orang banyak). Contoh :
emas, perak, magnesium, batu permata, asbes dan lain-lain.
3)
Golongan c yaitu golongan bahan galian selain Golongan A dan Golongan B di
atas. Contoh: bahan industri (batu kapur)
3. Sumber daya alam yang tidak habis/kekal
Sumber daya alam ini merupakan
sumber daya yang banyak terdapat di alam dan tidak dapat habis. Contoh : udara,
cahaya matahari, dan air laut.
3.
Pendekatan terhadap kajian sumber daya
A. Pendekatan ekonomi
Secara
umum sumberdaya diartikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi
atau kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu. Sumberdaya alam adalah
faktor produksi dari alam yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi (Fauzi, 2004). Soerjani at al. (1982)
mendefinisikan sumberdaya alam sebagai suatu sumberdaya yang terbentuk karena
kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan perairan, biotis, udara dan ruang,
mineral, bentang alam, panas bumi dan gas bumi, angin, pasang/surut arus
laut. Menurut Yakin (2004) sumberdaya alam adalah sumbangan bumi berupa
benda hidup maupun benda mati yang bisa di eksploitasi oleh manusia sebagai
sumber makanan, bahan mentah dan energi. Ilmu ekonomi sumberdaya alam
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengalokasian sumberdaya alam
seperti air, lahan, ikan, hutan (Fauzi, 2004).
B. Pendekatan lingkungan
SUMBERDAYA BAHAN GALIAN DAN ENERGI
A. SUMBER DAYA MINERAL (MINERAL
RESOURCES)
Sumber Daya Mineral (Bahan Galian)
adalah bahan alam berupa batuan/mineral yang mengandung cukup unsur yang
bernilai ekonomis sehingga memungkinkan adanya pertambangan/penggalian.
Menurut
cara terbentuknya bahan galian dibagi menjadi;
o bahan galian magmatik
o bahan galian pegmatit
o bahan galian hasil pengendapan
o bahan galian hasil pengayaan sekunder
o bahan galian hasil metamorfosis kontak
o bahan galian termal
Sedangkan kategori bahan galian menurut kepentingan bagi negara:
o Golongan A, golongan bahan galian strategis
o Golongan B, golongan bahan galian vital
o Golongan C, bahan galian yang tidak termasuk ke dalam golongan A atau B
o bahan galian magmatik
o bahan galian pegmatit
o bahan galian hasil pengendapan
o bahan galian hasil pengayaan sekunder
o bahan galian hasil metamorfosis kontak
o bahan galian termal
Sedangkan kategori bahan galian menurut kepentingan bagi negara:
o Golongan A, golongan bahan galian strategis
o Golongan B, golongan bahan galian vital
o Golongan C, bahan galian yang tidak termasuk ke dalam golongan A atau B
Bahan Galian Logam (Metallic
Minerals)
Bahan galian yang kandungan unsur
utamanya adalah logam seperti bijih emas, perak, tembaga, timah, dll.
Bahan Galian Industri (Industrial
Minerals)
Bahan galian yang kandungan unsur
utamanya adalah bukan logam dan sering dijadikan bahan baku dalam industri
seperti kaolin untuk industri keramik, kuarsa untuk industri kaca, barit dan
belerang untuk industri farmasi, gipsum dan fosfat untuk industri pupuk,
yarosit dan barit untuk industri cat, dll.
B. SUMBER DAYA ENERGI (ENERGY
RESOURCES)
Sumber Daya Energi (Bahan Bakar)
adalah bahan alam berupa bahan padat, cair maupun gas yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi panas melalui proses pembakaran.
Batubara (Coals)
Bahan bakar organik berbentuk padat
yang mudah terbakar dengan kadar bahan karbon menurut berat lebih dari 50%,
sedangkan menurut volume lebih dari 70%, sisanya adalah hidrogen, oksigen,
nitrogen dan sulfur. Batubara terbentuk dari proses sedimentasi dan karbonisasi
sisa-sisa tumbuhan air dan darat yang terkubur dalam lapisan tanah selama
jutaan tahun.
Minyak bumi (Petroleum)
Bahan bakar organik berbentuk cair
yang merupakan senyawa antara karbon dan hidrogen (hidrokarbon) dengan kadar
hidrokarbon 50 – 98%, sisanya berupa oksigen, nitrogen dan sulfur. Minyakbumi
berasal dari sisa-sisa organisme laut yang mengendap dan tertimbun oleh lumpur
di dasar laut.
Gas bumi/Gas alam (Natural Gas)
Bahan bakar gas yang mudah terbakar
dengan komposisi utama methane. Untuk memudahkan transportasi, gas bumi diubah
menjadi bentuk cair dengan sebutan Liquified Natural Gas (LNG). Gas bumi atau
gas alam ini ada dua jenis yaitu gas yang terdapat bersama-sama dengan
minyakbumi dan gas yang berasal dari sumber gas semata-mata.
Panas bumi (Geothermal)
Panas yang berasal dari sumber di
kedalaman perut bumi akibat proses hidrotermal yang temperaturnya lebih tinggi
daripada di permukaan, jenis depositnya dapat berupa air panas (wet-steam) atau
uap panas (dry-steam), di permukaan bumi kenampakannya berupa mata air panas
(geyser) dan aktivitas fumarola/solfatara di sekitar tubuh gunungapi.
Persebaran
Hasil Tambang
a. Minyak bumi
Minyak bumi berasal dari mikroplankton yang terdapat di danau-danau, teluk-teluk, rawa-rawa dan laut-laut dangkal. Sesudah mati mikroplankton berjatuhan dan mengendap di dasar laut kemudian bercampur dengan sedimen. Akibat tekanan lapisan-lapisan atas dan pengaruh panas magma, dan terjadilah proses destilasi hingga terjadi minyak bumi kasar. Daerah-daerah penghasil minyak bumi di Indonesia adalah sebagai berikut :
• Pulau Jawa : Cepu, Cirebon dan Wonokromo.
• Pulau Sumatera : Palembang dan Jambi.
• Pulau Kalimantan : Pulau Tarakan, Pulau Bunyu dan Kutai.
• Pulau Irian : Sorong.
b. Gas alam
Gas alam merupakan campuran beberapa hidrokarbon dengan kadar karbon kecil yang digunakan sebagai bahan baker. Ada dua macam gas alam cair yang diperdagangkan, yaitu LNG ( liquefied natural gas ) dan LPG ( liquefied petroleum gas).
c. Batu bara
Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang tertimbun hingga berada dalam lapisan batu-batuan sediment yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut juga inkolent yang terbagi menjadi dua, yaitu prose biokimia dan proses metamorfosis. Daerah tambang batu bara di Indonesia adalah sebgai berikut :
• Ombilin dekat Sawahlunto ( Sumatera Barat )
• Bukit Asam dekat Tanjung Enin ( Palembang )
• Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan ( Pulau Laut / Sebuku )
• Jambi, Riau, Aceh dan Papua.
d. Tanah liat
Merupakan tanah yang mengandung lempung, banyak terdapat di dataran rendah di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
e. Kaolin
Terbentuk dari pelapukan batu-batuan granit. Banyak terdapat di daerah sekitar pegunungan di Pulau Sumatera
f. Gamping
Batu kapur terbentuk dari pelapukan sarang binatang karang. Banyak terdapat di Pegunungan Seribu dan Pegunungan Kendeng.
g. Pasir kuarsa
Merupakan pelapukan batu-batuan yang hanyut lalu mengendap di daerah sekitar sungai, pantai dan danau. Banyak terdapat di Banda Aceh, Bangka, Belitung dan Bengkulu.
h. Pasir besi
Merupakan batuan pasir yang banyak mengandung zat besinya. Terdapat di Pantai Cilacap, Jawa Tengah.
i. Marmer atau batu pualam
Merupakan batu kapur yang telah berubah bentuk dan rupanya. Banyak terdapat di Trenggalek, Jawa Timur, dan daerah Bayat ( Jawa Tengah )
j. Batu akik
Merupakan batuan atau mineral yang cukup keras dan berwarna. Terdapat di daerah pegunungan dan sekitar aliran sungai.
k. Bauksit
Banyak terdapat di Pulau Bintan dan Riau.
l. Timah
Daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka, Belitung dan Singkep.
m. Nikel
Terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti dan di Kolaka.
n. Tembaga
Terdapat di Tirtomoyo, Wonogiri ( Jawa Tengah ), Muara Simpeng ( Sulawesi ) dan Tembagapura ( Papua ).
o. Emas dan perak
Merupakan logam mulia. Terdapat di Tembagapura, Batu hijau, Tasikmalaya, Simau, Logos, Meulaboh.
p. Belerang
Terdapat di kawasan Gunung Telaga Bodas ( Garut ) dan di kawah gunung berapi, seperti di Dieng ( Jawa Tengah ).
q. Mangan
Terdapat di Kliripan ( Yogyakarta ), Pulau Doi ( Halmahera ) dan Karang nunggal.
r. Fosfat
Terdapat di Cirebon, Gunung Ijen, dan Banyumas.
s. Besi
Besi baja adalah besi yang kandungannya atau campuran karbonnya rendah.
t. Mika
Terdapat di Pulau Peleng, Kepulauan Banggay di Maluku.
u. Tras
Terdapat di Pegunungan Muria ( Jawa Tengah ).
v. Intan
Terdapat di Martapura ( Kalimantan Selatan ).
a. Minyak bumi
Minyak bumi berasal dari mikroplankton yang terdapat di danau-danau, teluk-teluk, rawa-rawa dan laut-laut dangkal. Sesudah mati mikroplankton berjatuhan dan mengendap di dasar laut kemudian bercampur dengan sedimen. Akibat tekanan lapisan-lapisan atas dan pengaruh panas magma, dan terjadilah proses destilasi hingga terjadi minyak bumi kasar. Daerah-daerah penghasil minyak bumi di Indonesia adalah sebagai berikut :
• Pulau Jawa : Cepu, Cirebon dan Wonokromo.
• Pulau Sumatera : Palembang dan Jambi.
• Pulau Kalimantan : Pulau Tarakan, Pulau Bunyu dan Kutai.
• Pulau Irian : Sorong.
b. Gas alam
Gas alam merupakan campuran beberapa hidrokarbon dengan kadar karbon kecil yang digunakan sebagai bahan baker. Ada dua macam gas alam cair yang diperdagangkan, yaitu LNG ( liquefied natural gas ) dan LPG ( liquefied petroleum gas).
c. Batu bara
Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang tertimbun hingga berada dalam lapisan batu-batuan sediment yang lain. Proses pembentukan batu bara disebut juga inkolent yang terbagi menjadi dua, yaitu prose biokimia dan proses metamorfosis. Daerah tambang batu bara di Indonesia adalah sebgai berikut :
• Ombilin dekat Sawahlunto ( Sumatera Barat )
• Bukit Asam dekat Tanjung Enin ( Palembang )
• Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan ( Pulau Laut / Sebuku )
• Jambi, Riau, Aceh dan Papua.
d. Tanah liat
Merupakan tanah yang mengandung lempung, banyak terdapat di dataran rendah di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
e. Kaolin
Terbentuk dari pelapukan batu-batuan granit. Banyak terdapat di daerah sekitar pegunungan di Pulau Sumatera
f. Gamping
Batu kapur terbentuk dari pelapukan sarang binatang karang. Banyak terdapat di Pegunungan Seribu dan Pegunungan Kendeng.
g. Pasir kuarsa
Merupakan pelapukan batu-batuan yang hanyut lalu mengendap di daerah sekitar sungai, pantai dan danau. Banyak terdapat di Banda Aceh, Bangka, Belitung dan Bengkulu.
h. Pasir besi
Merupakan batuan pasir yang banyak mengandung zat besinya. Terdapat di Pantai Cilacap, Jawa Tengah.
i. Marmer atau batu pualam
Merupakan batu kapur yang telah berubah bentuk dan rupanya. Banyak terdapat di Trenggalek, Jawa Timur, dan daerah Bayat ( Jawa Tengah )
j. Batu akik
Merupakan batuan atau mineral yang cukup keras dan berwarna. Terdapat di daerah pegunungan dan sekitar aliran sungai.
k. Bauksit
Banyak terdapat di Pulau Bintan dan Riau.
l. Timah
Daerah penghasil timah di Indonesia adalah Pulau Bangka, Belitung dan Singkep.
m. Nikel
Terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti dan di Kolaka.
n. Tembaga
Terdapat di Tirtomoyo, Wonogiri ( Jawa Tengah ), Muara Simpeng ( Sulawesi ) dan Tembagapura ( Papua ).
o. Emas dan perak
Merupakan logam mulia. Terdapat di Tembagapura, Batu hijau, Tasikmalaya, Simau, Logos, Meulaboh.
p. Belerang
Terdapat di kawasan Gunung Telaga Bodas ( Garut ) dan di kawah gunung berapi, seperti di Dieng ( Jawa Tengah ).
q. Mangan
Terdapat di Kliripan ( Yogyakarta ), Pulau Doi ( Halmahera ) dan Karang nunggal.
r. Fosfat
Terdapat di Cirebon, Gunung Ijen, dan Banyumas.
s. Besi
Besi baja adalah besi yang kandungannya atau campuran karbonnya rendah.
t. Mika
Terdapat di Pulau Peleng, Kepulauan Banggay di Maluku.
u. Tras
Terdapat di Pegunungan Muria ( Jawa Tengah ).
v. Intan
Terdapat di Martapura ( Kalimantan Selatan ).
C. SUMBER DAYA AIR (WATER
RESOURCES)
Sumber Daya Air
adalah bahan alam berbentuk cair yang merupakan senyawa hidrogen-oksigen dan
paling banyak terdapat di bumi. Potensinya dapat berupa air bawah tanah, air
permukaan dan air laut/samudera yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
GENESA
BAHAN GALIAN DAN ENERGI
Seperti yang telah kita ketahui,
bahan galian merupakan material yang tersusun atas unsur-unsur kimia, mineral,
dan bijih. Bahan galian atau material-material ini terbentuk melalu proses yang
panjang dan rumit. Tapi semua itu terjadi secara alami. Berikut ini ada enam
cara terbentuknya bahan-bahan galian :
1. Bahan Galian Magmatik, yaitu bahan galian yang terjadi
dari magma dan bertempat didalam atau berhubungan dan dekat dengan magma.
2. Bahan Galian Pematit, yaitu bahan galian yang terbentuk didalam diatrema dan dalam pembentukan instrusi (gang dan apofisa)
3. Bahan Galian hasil pengendapan didasar sungai atau genangan air melalui proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan.
4. Bahan Galian hasil pengayaan sekunder, yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan.
5. Bahan galian hasil metamorfosis kontak, yaitu batuan sekitar magma berubah menjadi mineral ekonomik.
6. Bahan Galian Hidrotermal, yaitu resapan magma cair yang membeku dicelah-celah struktur lapisan bumi atau pada lapisan yang bersuhu relatif.
2. Bahan Galian Pematit, yaitu bahan galian yang terbentuk didalam diatrema dan dalam pembentukan instrusi (gang dan apofisa)
3. Bahan Galian hasil pengendapan didasar sungai atau genangan air melalui proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan.
4. Bahan Galian hasil pengayaan sekunder, yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan.
5. Bahan galian hasil metamorfosis kontak, yaitu batuan sekitar magma berubah menjadi mineral ekonomik.
6. Bahan Galian Hidrotermal, yaitu resapan magma cair yang membeku dicelah-celah struktur lapisan bumi atau pada lapisan yang bersuhu relatif.
PENGGOLONGAN BAHAN GALIAN
Sebelum membahas tentang penggolongan bahan galian, kita
perlu mengetahui apa itu bahan galian. Bahan galian adalah semua produk dari
pertambangan (unsur-unsur kimia, mineral, bijih, termasuk batu-batu mulia yang
merupakan endapan) yang diperoleh dengan cara pelepasan dari batuan induknya di
dalam kerak bumi. Selain itu kita juga harus mengetahui sifat-sifat dari bahan galian
itu sendiri.
Dalam penggolongan bahan galian berdasarkan pemanfaatan ada
3 jenis yaitu:
- Bahan galian logam atau bijih contoh dari bahan galian ini
timah, besi, tembaga, emas dan perak
- Bahan galian energi contoh dari bahan galian ini adalah
batubara dan minyak bumi
- Bahan galian industri contohnya diatome, gipsum, talk,
kaolin, zeolit dan tras
Sementara berdasarkan PP no 27 tahun 1980 Bahan galian
digolongkan menjadi 3 golongan yaitu:
- Golongan A atau bahan galian strategis yaitu bahan galian
yang penting untuk pertahanan, keamanan, bahkan menjamin perekonomian negara.
Contoh:
- Minyak Bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;
- Bitumen padat, aspal;
- Antrasit, batubara, batubara muda;
- Uranium, radium, thorium, dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya.
- Bitumen padat, aspal;
- Antrasit, batubara, batubara muda;
- Uranium, radium, thorium, dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya.
- Golongan B atau bahan galian vital yaitu golongan bahan
galian yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Contoh:
- Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
- Bauksit, tembaga, timbal, seng;
- Emas, platina, perak, air raksa, intan;
- Arsin, antimon, bismut;
- Yttrium, rthutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;
- Berillum, krudium, zirkon, Kristal kwarsa;
- Kriolit, fluorspar, barit;
- Yodium, brom, khior, belerang;
- Bauksit, tembaga, timbal, seng;
- Emas, platina, perak, air raksa, intan;
- Arsin, antimon, bismut;
- Yttrium, rthutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;
- Berillum, krudium, zirkon, Kristal kwarsa;
- Kriolit, fluorspar, barit;
- Yodium, brom, khior, belerang;
- Golongan C atau bahan galian yang bukan termasuk golongan
A maupun golongan B yaitu bahan galian sifatnya tidak langsung memerlukan
pasaran yang bersifat internasional.
Contoh:
- Nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite);
- Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
- Yarosit, leusit, twas (alum), oker;
- Batu permata, batu setengah permata;
- Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit;
- Batu apung, tras, obsidian, perilit, tanah datome, tanah serap (fullers earth);
- Marmer, batu tulis;
- Batu kapur, dolomit, kalsit;
- Grant, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsus-unsur mineral golongan A maupun B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
- Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
- Yarosit, leusit, twas (alum), oker;
- Batu permata, batu setengah permata;
- Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit;
- Batu apung, tras, obsidian, perilit, tanah datome, tanah serap (fullers earth);
- Marmer, batu tulis;
- Batu kapur, dolomit, kalsit;
- Grant, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsus-unsur mineral golongan A maupun B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
NO
|
GOLONGAN
|
DESKRIPSI
|
CONTOH
|
1
|
A
|
bahan galian strategis yaitu bahan galian yang penting
untuk pertahanan, keamanan, bahkan menjamin perekonomian negara
|
Minyak Bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam; Bitumen
padat, aspal; Antrasit, batubara, batubara muda; Uranium, radium, thorium,
dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya.
|
2
|
B
|
bahan galian vital yaitu golongan bahan galian yang
menyangkut hajat hidup orang banyak.
|
Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
Bauksit, tembaga, timbal, seng; Emas, platina, perak, air raksa, intan;
Arsin, antimon, bismut; Yttrium, rthutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;
Berillum, krudium, zirkon, Kristal kwarsa; Kriolit, fluorspar, barit; Yodium,
brom, khior, belerang;
|
3
|
C
|
bahan galian yang bukan termasuk golongan A maupun
golongan B yaitu bahan galian sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang
bersifat internasional.
|
Nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite); -
Asbes, talk, mika, grafit, magnesit; Yarosit, leusit, twas (alum), oker; Batu
permata, batu setengah permata; Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips,
bentonit; Batu apung, tras, obsidian, perilit, tanah datome, tanah serap
(fullers earth); Marmer, batu tulis;
Batu kapur, dolomit, kalsit; Grant, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsus-unsur mineral golongan A maupun B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. |
SUMBER
DAYA AIR DAN LAUTAN
Penggunaan sumber daya air dan prasarananya dilakukan
berdasarkan prinsip:
a.penghematan penggunaan;
b.ketertiban dan keadilan;
c.ketepatan penggunaan;
d.keberlanjutan penggunaan; dan
a.penghematan penggunaan;
b.ketertiban dan keadilan;
c.ketepatan penggunaan;
d.keberlanjutan penggunaan; dan
e.penggunaan yang saling menunjang antara air permukaan dan
air tanah dengan memprioritaskan penggunaan air permukaan.
Peningkatan efisiensi operasional oleh pengguna sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c.2. diwujudkan dengan cara:
a.pemanfaatan air hujan secara efisien dan efektif;
a.pemanfaatan air hujan secara efisien dan efektif;
b.peminimalan kehilangan air di saluran transmisi air baku
dan di jaringan distribusinya;
c.peminimalan kehilangan air di jaringan irigasi dan
jaringan reklamasi rawa, lebak, dan rawa pasang surut;
d.penggunaan peralatan yang efisien;
e.penggunaan ukuran bak mandi sesuai dengan kebutuhan minimal;
f.pemantauan dan evaluasi kehilangan air; dan
e.penggunaan ukuran bak mandi sesuai dengan kebutuhan minimal;
f.pemantauan dan evaluasi kehilangan air; dan
g.pengguna air dalam jumlah besar dapat berhimpun dalam
suatu kelembagaan, dapat berupa kelembagaan pembudidaya ikan atau kelembagaan
petani untuk melaksanakan pengelolaan jaringan irigasi dan jaringan reklamasi
rawa lebak di daerah layanan/petak tersier.
IRIGASI
Diperkirakan 69% penggunaan air di seluruh dunia
untuk irigasi. Di beberapa wilayah irigasi dilakukan terhadap semua tanaman pertanian,
sedangkan di wilayah lainnya irigasi hanya dilakukan untuk tanaman pertanian
yang menguntungkan, atau untuk meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi
melibatkan perhitungan antara hasil pertanian, konsumsi air, biaya produksi,
penggunaan peralatan dan bangunan. Metode irigasi seperti irigasi beralur (furrow)
dan sprinkler umumnya tidak terlalu
mahal namun kurang efisien karena banyak air yang mengalami evaporasi, mengalir
atau terserap ke area di bawah atau di luar wilayah akar. Metode irigasi
lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir, dan irigasi sistem
sprinkler di mana sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan lebih
efisien dan meminimalisasikan aliran air dan penguapan meski lebih mahal.
Setiap sistem yang tidak diatur dengan benar dapat menyia-nyiakan sumber daya
air, sedangkan setiap metode memiliki potensi untuk efisiensi yang lebih tinggi
pada kondisi tertentu di bawah pengaturan waktu dan manajemen yang tepat.
Saat populasi
dunia meningkat, dan permintaan terhadap bahan
pangan juga meningkat dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan untuk
mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan dengan sedikit air, melalui
peningkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air pertanian, tipe tanaman
pertanian, dan pemantauan air.
AIR TANAH
Kerusakan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari
kerusakan di sekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal tersebut saling
berkaitan dalam memengaruhi ketersediaan sumber air. Kondisi tersebut diatas
tentu saja perlu dicermati secara dini, agar tidak menimbulkan kerusakan air
tanah di kawasan sekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
permasalahan adalah:
·
Pertumbuhan industri yang pesat di
suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan pemukiman penduduk akan menimbulkan
kecenderungan kenaikan permintaan air tanah.
·
Pemakaian air beragam sehingga
berbeda dalam kepentingan, maksud serta cara memperoleh sumber air.
·
Perlu perubahan sikap sebagian besar
masyarakat yang cenderung boros dalam pengggunaan air serta melalaikan unsur konservasi.
air tanah juga dapat di artikan semua air yang berapa di
bawah permukaan tanah merupakan air tanah.
Adanya krisis air akibat kerusakan lingkungan, perlu suatu upaya untuk menjaga
keberadaan/ketersediaan sumber daya air
tanah salah satunya dengan memiliki suatu sistem monitoring penggunaan air
tanah yang dapat divisualisasikan dalam data spasial dan atributnya. Dalam
Undang-undang Sumber Daya Air, daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air
Tanah (CAT) yang didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbunan, pengaliran dan pelepasan air tanah
berlangsung.
Menurut Danaryanto, dkk. (2004), CAT di Indonesia secara umum dibedakan menjadi dua
buah yaitu CAT bebas (unconfined aquifer) dan CAT tertekan (confined aquifer).
CAT ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan total besarnya potensi
masing-masing CAT adalah :
·
CAT Bebas : Potensi 1.165.971
juta m³/tahun
·
CAT Tertekan : Potensi 35.325 juta
m³/tahun
Elemen CAT adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan
tanah, jadi seakan-akan merupakan kebalikan dari air permukaan.
Sirkulasi
Lapisan di dalam bumi yang dengan mudah
dapat membawa atau menghantar air disebut lapisan pembawa air, pengantar air
atau akufir,
yang biasanya dapat merupakan penghantar yang baik yaitu lapisan pasir
dan kerikil, atau di daerah tertentu, lava dan batu
gampil.
Penyembuhan atau pengisian kembali air yang ada dalam tanah
itu berlangsung akibat curah hujan, yang sebagian
meresap kedalam tanah, bergantung pada jenis tanah dan batuan yang mengalasi suatu daerah curah hujan meresap
kedalam bumi dalam jumlah besar atau kecil, ada tanah
yang jarang dan ada tanah yang kedap. Kesarangan (porositip) tidak lain ialah
jumlah ruang kosong dalam bahan tanah atau batuan, biasanya dinyatakannya dalam
persen. bahan yang dengan mudah dapat dilalaui air disebut lulus. Kelulusan
tanah atau batuan merupakan ukuran mudah atau tidaknya bahan itu dilalui air.
Pasir misalnya, adalah bahan yang lulus air melewati pasir kasar dengan
kecepatan antara 10 dan 100 sihosinya. Dalam lempeng,
angka ini lebih kecil, tetapi dalam kerikil lebih besar.
1. Melestarikan dan melindungi
Pemanfaatan sumber daya alam harus
diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian karena sumber daya alam bersifat
terbatas. Alam pada dasarnya mempunyai sifat yang beraneka ragam, namun
serasi dan seimbang. Oleh karena itu, perlindungan dan pengawetan alam harus
terus dilakukan untuk mempertahankan keserasian dan keseimbangan itu. Jadi,
agar sumber daya air tetap dapat bisa dimanfaatkan untuk masa yang akan datang,
kita harus menjaga dan melestarikannya supaya tidak rusak.
2. Efisiensi Penggunaan Sumber daya
air
Pertambahan penduduk berdampak
sangat signifikan terhadap tingkat penggunaan air, yaitu 6 kali lipat dari
sebelumnya, lebih dari satu per enam orang di dunia tidak memiliki akses
terhadap air minum, lebih dari dua per enam orang kekurangan sanitasi yang
memadai, dan 3900 anak-anak mati karena penyakit bawaan air [water borne
disease]. Di Indonesia, menurut WALHI, 125 juta [65%] penduduk Indonesia
tinggal di Pulau Jawa yang kapasitas kandungan airnya hanya 4,5% saja.
Sedangkan 60 dari 470 DAS dalam kondisi krisis.
Air saat ini lebih banyak digunakan
untuk pertanian dibandingkan lainnya. Air untuk pertanian mencapai 66% dari
total penggunaan air manusia, sisanya 10% untuk keperluan domestik, 20% industri,
dan 4% evaporasi. Kelangkaan air mempengaruhi keamanan dan ketahanan pangan
serta angka harapan hidup manusia. Untuk mengurangi konsumsi air yang
berlebihan, dapat diusahakan penghematan penggunaan air agar tidak terbuang
percuma. Efisiensi Penggunaan Sumber daya air dapat dibagi menjadi berikut :
1. Efisiensi
Penampungan: Bentuk dari efisiensi penampungan adalah adanya upaya untuk
menampung air hujan yang datang baik secara alami maupun buatan melalui panen
hujan dan aliran permukaan.
2. Efisiensi
Penyimpanan: Efisiensi penyimpanan dapat berupa mengisi lekukan-lekukan pada
permukaan tanah (depression storage) misalnya dalam waduk untuk aliran
permukaan dan mengisi celah-celah dalam tanah untuk air tanah.
3. Efisiensi
Penyaluran: Efisiensi penyaluran berupa efisiensi dalam hal untuk
mengantisipasi adanya kebocoran pada pasokan air.
4. Efisiensi
Pemanfaatan: Efisiensi pemanfaatan berupa penggunaan sumber daya air yang tepat
guna dan dilakukan secara optimal.
Konservasi air tanah berarti upaya
melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi dan lingkungan air tanah guna
mempertahankan kelestarian dan atau kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas
dan kualitas yang memadai demi kelangsungan fungsi dan pemanfaatannya untuk
memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun pada generasi yang
akan datang.
3. Pengelolaan Sumber daya air yang
baik
Pengelolaan sumber daya air yang
kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan
bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur
sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004
tentang Sumber Daya Airh
4. Perlindungan Jangka Panjang
Sumber daya air
5. Memelihara dan Meningkatkan
kualitas sumber daya air
Selain hal diatas, masih banyak hal
yang bisa dilakukan untuk merawat SDA sedini mungkin, berikut adalah beberapa
inisiatif dari para ahli untuk menyelamatkan air dan sumber daya air,
- Prof. Dr. Sari Bahagiarti
Kusumayudha dalam Workshop Bincang Air,
“Bersama-sama menyosialisasikan air
adalah vital, meskipun jumlahnya tetap, tetapi perebutan semakin banyak. Maka
perlu adanya konservasi, dari yang sederhana mulai dari kita sendiri”
- LSM Kehati,
1. Selektif
dalam memilih produk yang menggunakan air secara tinggi.
2. Memperlambat
laju run-off air.
- Prof. Dr. Ir. Robert M. Delinom
M.Sc.,
1. Peningkatan
upaya pelestarian dan perlindungan sumber daya air
2. Perencanaan
dan pelaksanaan program hemat air
3. Pembuatan
peraturan dan ketentuan hak guna air
4. Pengendalian
alih fungsi lahan pertanian beririgasi
5. Pembentukan
suatu lembaga tingkat nasional untuk mengatur dan mengurus sumber daya air
6. Penyesuaian
kebijaksanaan sumber daya air.
Sedangkan untuk memperbaiki kondisi
dan lingkungan air tanah yang telah mengalami kerusakan, perlu dilakukan upaya
pemulihan yang dapat dilakukan dengan cara:
1. Menghentikan
atau mengurangi pengambilan air tanah, penentuan ulang prioritas peruntukan
pemanfaatan air tanah, dan mengusahakan pasokan air bersih yang berasal dari
sumber air lain di daerah yang tingkat kerusakan air tanahnya termasuk dalam
kategori rawan, kritis, atau rusak, dan mengurangi izin pembangunan industri
yang memerlukan air sangat banyak.
2. Membuat
imbuhan air tanah buatan, yaitu membuat sumur-sumur imbuhan buatan, baik di
daerah imbuhan maupun di daerah lepasan air tanah, pelestarian hutan, danau dan
situ; serta penataan ladang/kebun dan kavling perumahan.
3. Menetralisasi
pencemaran air tanah, yakni dengan membuat sumur injeksi di lokasi yang air
tanahnya tercemar.
4. Merehabilitasi
daerah imbuhan air tanah dengan melakukan reboisasi hutan jika kepadatan pohon
kurang atau mengalami degradasi.
5. Mengenakan
tarif pajak pemanfaatan air tanah sesuai dengan tingkat kerusakan kondisi dan
lingkungan air tanahnya.
BAB 4
GEOGRAFI LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
DEFINISI
LINGKUNGAN
Pengertian lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan
kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa
dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah,
lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan,
dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di
kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik
berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda
mati yang ada di sekitar.
KONSEP
DAN DEFINISI EKOSISTEM
Ekosistem terbentuk oleh komponen
hidup dan tak hidup di suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu
kesatuan yang teratur. Keteraturan itu terjadi oleh adanya asrus materi dan
energi yang terkendalikan oleh arus informasi antara komponen dalam
ekosistem itu. Masing-masing komponen itu mempunyai fungsi atau relung. Selama
masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan baik,
keteraturan ekosistem itu pun terjaga. Keteraturan ekosistem menunjukkan,
ekosistem tersebut ada dalam suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu
tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis. Artinya, ia selalu berubah-ubah
dan perubahan itu bisa terjadi secara alamiah ataupun karena perbuatan manusia.
Arti Ekosistem
Istilah ekosistem pertama kali
diusulkan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A. G. Tansley
pada tahun 1935. Beberapa penulis lain telah menggunakan istilah berbeda,
tetapi maksudnya sama dengan ekosistem, misalnya:
- Tahun
1877 seorang ahli ekologi bangsa Jerman bernama Karl Mobius telah menulis
tentang komunitas organisme dalam batu karang, dan menggunakan istilah
yang mempunyai makna yang sama dengan ekosistem yaitu biocoenosis (biokoenosis).
- Tahun
1887 seorang ahli ekologi berkebangsaan Amerika bernama S. A. Forbes telah
menulis karangan kuno tentang danau, dan menggunakan istilah yang
mempunyai makna sama dengan ekosistem, yaitu microcosm (mikrokosm).
- Tahun
1930, Friederichs menggunakan istilah holocoen (holokoen).
- Tahun
1939, Thienemann menggunakan istilah biosystem (biosistem).
- Tahun
1944, Vernadsky menggunakan istilah bioenert/ body.
Berikut ini beberapa defenisi
mengenai ekosistem:
- Menurut
Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) ekosistem adalah tatanan kesatuan
secara utuh meneluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi. Unsur-Unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun
abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai
satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri
sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling
mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
- Ekosistem,
yaitu suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
- ekosistem,
yaitu unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup
organisme dan lingkungannya (abiotik dan biotik) dan di antara keduanya
saling mempengaruhi.
- Ekosistem,
yaitu tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat,
tumbuhan, dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara
utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan
aliran energi.
Komponen Ekosistem
Semua ekosistem, baik ekosistem
terestrial (daratan) maupun akuatik (perairan) terdiri atas komponen-komponen
yang dapat dikelompokkan berdasarkan segi tropik atau nutrisi dan segi struktur
dasar ekosistem.
Berdasarkan atas segi struktur dasar
ekosistem maka komponen ekosistem terdiri atas dua jenis sebagai berikut:
- Komponen
biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuhan, dan mikroba.
- Komponen
abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara dan tanah.
Berdasarkan segi trofik atau nutrisi
maka komponen biotik dalam ekosistem terdiri atas dua jenis sebagai berikut.
- Komponen
autotrofik , yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis
makanannya sendiri berupa bahan organik berasal dari bahan-bahan anorganik
dengan bantuan klorofil dan energi utama berupa radiasi matahari.
Organisme yang termasuk dalam komponen ini adalah golongan tumbuhan.
- Komponen
heterotrofik, yaitu organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan
organik sebagai bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang
dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain. Jadi, komponen
heterotrofik memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik, kemudian
sebagian anggota komponen ini akan menguraikan bahan organik kompleks ke
dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana. Dengan demikian, binatang,
jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik.
Berdasarkan dari segi penyusunnya,
omponen ekosistem terdiri atas:
- Komponen
abiotik (benda mati), yaitu komponen fisik dan kimia ang terdiri atas
tanah, udara, air, sinar matahari dan lain sebagainya.
- Komponen
produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya berupa tumbuhan
hijau. Produsen menggunakan energi radiasi matahari dalam proses
fotosintesis, sehingga mampu mengasimilasi CO2 dan H2O menghasilkan energi
kimia yang tersimpan dalam karbohidrat. Komponen konsumen, yaitu organisme
heterotrofik misalnya bianatang dan manusia yang makan organisme lainnya.
Konsumen dapat digolongkan menjadi:
- konsumen pertama, yaitu
binatang yang makan tetumbuhan hijau
- konsumen kedua adalah golongan
karnivora kecil dan omnivora.
- konsumen ketiga, golongan
karnivora besar
- mikrokonsumen adalah tumbuhan
atau binatang yang hidupnya sebagai parasit maupun saproba.
- Komponen
pengurai, yaitu mikroorganisme yang hidupnya bergantung kepada bahan
organik dari organisme mati. Berdasarkan atas tahap dalam proses
penguraian bahan organik dari organisme mati maka organisme pengurai
terbagi atas dekomposer dan transformer. Dekomposer, yaitu
mikroorganisme yang menyerang bangkai hewan dan sisa tumbuhan mati,
kemudian memecah bahan organik kompleks ke dalam ikatan yang lebih
sederhana, dan proses dekomposisi itu disebut humifikasi yang menghasilkan
humus.Transformer, yaitu mikroorganisme yang meneruskan proses dekomposisi
dengan mengubah ikatan organik sederhana ke dalam bentuk bahan anorganik
yang siap dimanfaatkan lagi oleh produsen dan proses dekomposisi itu
disebut minerealisasi yang menghasilkan zat hara.
Keseimbangan dalam Ekosistem
Ekosistem mempunyai keteraturan,
berwujud sebagai kemampuan untuk memilhara diri-sendiri, mengatur sendiri,
serta mengadakan keseimbangan kembali. Oleh karena itu dalam sistem kehidupan
ada kecenderungan untuk melawan perubahan atau usaha agar berada dalam suatu
keseimbangan (homeostatis). Homeostatis ini merupakan kemampuan ekosistem untuk
menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Kondisi ekosistem dalam keseimbangan
(homeostatis) mempunyai arti bahwa ekosistem itu telah mantap atau telah
mencapai klimaks, sehingga ekosistem mempunyai daya tahan yang besar untuk
menghadapi berbagai gangguan yang menimpanya.
Berkaitan dengan daya tahan
ekosistem seperti tersebut, di dalam ekologi terdapat istilah yang dikenal
dengan daya lenting. Daya lenting merupakan sifat suatu ekosistem yang
memberikan kemungkinan ekosistem tersebut pulih kembali ke keseimbangan semula
setelah mengalami gangguan. Kendatipun suatu ekosistem memiliki daya lenting
yang besar, akan tetapi pada umumnya batas mekanisme keseimbangan dinamis masih
dapat ditembus oleh kegiatan manusia.
Habitat dan Relung
Habitat adalah tempat hidup makhluk
hidup. Misalnya ikan mas habitatnya di air tawar, pohon bakau mempunyai habitat
di pantai yang berlumpur dan tanah salinitas dan membutuhkan arus yang tenang. Setiap
makhluk hidup mempunyai habitat yang sesuai dengan kebutuhannya. Apabila
terjadi gangguan atau perubahan yang cepat makhluk tersebut mungkin akan mati
atau pergi mencari habitat lain yang cocok. Misalnya, jika terjadi arus
terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut akan
mati. tetapi jika terjadi perubahan secara perlahan, lama kelamaan makhluk
hidup tersebut akan berusaha melakukan penyesuaian diri (adaptasi) yang
memungkinkan terjadinya jenis baru dari makhluk tersebut. Habitat dapat disebut
alamat makhluk hidup dan setiap makhluk hidup dapat mempunyai lebih dari satu
habitat.
Relung atau niche merupakan cara
hidup makhluk hidup dalam habitatnya. Seperti burung ada yang memakan serangga,
buah maupun biji. Relung suatu organisme ditentukan oleh tempat hidupnya dan
oleh berbagai fungsi yang dikerjakannya sehingga dikatakan sebagai profesi
organisme dalam habitatnya. Berbagai organisme dapat hidup bersama dalam satu
habitat. akan tetapi, jika dua atau lebih organisme mempunyai relung yang sama
dalam satu habitat maka akan terjadi persaingan. Makin besar kesamaan relung
dari organisme-organisme yang hidup bersama dalam satu habitat maka akan
intensif persaingannya.
Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
a. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
1. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput.
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput.
Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah
(25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan
juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C).
Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang
terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan
menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki
akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di
gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
2. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
3. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
4. Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
5. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
6. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang
datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan
insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
b. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan
habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi
dan kebiasaan hidup.
1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof
(tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora
predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat
sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai
berikut.
a. Plankton;
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton;
biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton;
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston;
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.
a. Plankton;
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton;
biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton;
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston;
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas,
misalnya cacing dan remis. Lihat Gambar.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air
mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem
air mengalir adalah sungai.
1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. |
Gbr. Berbagai Organisme Air Tawar
Berdasarkan Cara Hidupnya |
Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi
cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi
fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya
matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan
temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang
hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan
kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi
4 daerah sebagai berikut.
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis
ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga,
krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular,
itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
b. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk
Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-
ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian
ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati.
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati.
Gbr. Empat Daerah Utama Pada Danau
Air Tawar
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi
organik-nya, yaitu sebagai berikut :
a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme,
dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan
kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya
adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan
oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik
akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga
dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan
pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang
akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi".
Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai
keindahan danau.
2. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air
sungai yang mengalir deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk
berdiam diri, karena akan terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis
dari ganggang yang melekat dan tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai
makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak
sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir
sering dijumpai ikan kucing dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh
berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya
dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena
mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat
melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir
menghuni habitat kecil yang bebas dari pusaran air.
c. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari,
dan terumbu karang.
1. Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat
bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta
ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke
bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan
wilayah permukaannya secara horizontal.
1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai
berikut.
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari
pantai (1.500-10.000 m).
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari
pantai (1.500-10.000 m).
2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal,
berturut-turut dari
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai
4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan
osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat
tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.
2. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.
Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga
dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik
tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang
menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang
rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan
kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan
ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun
surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut
ke arah darat dibedakan sebagai berikut.
1. Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
2. Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan
ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi
tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk
mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang
surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa,
Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang
sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
3. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air
tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang
surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput
rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan
ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk
menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi
vertebrata semi air, yaitu unggas air.
4. Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan
kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium
karbonat ini bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang
lain dan ganggang.
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme
mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan
ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak
laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
KONSEP
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pembangunan berwawasan
lingkungan adalah usaha
meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor
lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan
Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT
Bumi di Rio de
Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:
Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah
datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara.Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.
Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara.Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.
Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.
MANAJEMEN LINGKUNGAN GLOBAL DAN PERMASALAHANNYA
LINGKUNGAN
SOSIOBUDAYA
definisi kerja lingkungan sosial budaya, yaitu lingkungan antar manusia
yang meliputi: pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku
dalam suatu lingkungan spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh
keberlakuan pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di
dalamnya); dan oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya.
Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi
antara budaya, teknologi dan organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah
penduduk dan perilakunya yang terdapat dalam lingkungan spasial tertentu.
Lingkungan sosial budaya terbentuk mengikuti keberadaan manusia di muka
bumi. Ini berarti bahwa lingkungan sosial budaya sudah ada sejak makhluk
manusia atau homo sapiens ini ada atau diciptakan. Lingkungan sosial budaya
mengalami perubahan sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural
manusia terhadap lingkungannya.
Manusia lebih mengandalkan kemampuan adaptasi kulturalnya dibandingkan
dengan kemampuan adaptasi biologis (fisiologis maupun morfologis) yang
dimilikinya seperti organisme lain dalam melakukan interaksi dengan lingkungan
hidup. Karena Lingkungan hidup yang dimaksud tersebut tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia, maka yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah lingkungan
hidup manusia.
Struktur Ekosistem
Manusia sebagai mahluk sosial, tidak dapat
hidup secara individu, selalu berkeinginan untuk tinggal bersama dengan
individu-individu lainnya. Keinginan hidup bersama ini terutama berhubungan
dalam aktivitas hidup pada lingkungannya. Manusia mempunyai kedudukan khusus
terhadap lingkungannya dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya, yaitu sebagai
khalifah atau pengelola di atas bumi.
Manusia dalam hidup berkelompok ada yang
membentuk masyarakat, dan tidak setiap kelompok dapat disebut masyarakat,
karena masyarakat mempunyai syarat-syarat tertentu sebagai ikatan kelompok.
Masyarakat dapat diartikan sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat
oleh suatu rasa identitas bersama.
Dinamika masyarakat memberikan kesempatan
kebudayaan untuk berkembang, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
kebudayaan tanpa masyarakat, dan tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan sebagai
wadah pendukungnya.
Azas-azas dan ciri-ciri kehidupan berkelompok
pada mahluk hidup, juga dijalani oleh manusia dalam bermasyarakat.
MASALAH LINGKUNGAN SECARA GLOBAL
Adapun masalah lingkungan secacra
global adalah masalah lingkungan yang telah mendunia.masalah lingkungan secara
global dibagi atas:
a. Perubahan iklim dunia.
b. Penipisan ozon
c. deforestation dan desertification
d. Keanekaragaman Biologi
e. Laut dan Sumber Daya Air
f. Pertumbuhan Penduduk
g. Penyalahgunaan Narkotika dan
Bahan Adiktif.
a. Perubahan iklim dunia
Iklim adalah kondisi penting yang
menyebabkan perubahan di bumi. Menurut PBB perubahan iklim itu merupakan jenis
perbuatan manusia yang memberikan dampak bagi lingkungan.
b. Penipisan ozon
Awalnya jumlah emisi dari industri
kimia dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon, bahwa lubang ozon yang paling
luas ditemukan pada lapisan ozon di atas antartika.
Selain itu, penipisan lapisan ozon
juga disebabkan oleh penggunaan bahan yang mengandung gas CFC, penggunaan AC
dan alat industri lainnya.
Kesimpulannya adalah bahwa penipisan
lapisan ozon disebabkan meningkatnya gas rumah kaca seperti CFC, CO2, metan,
dll.dalam prosesnya terjadilah dampak rumah kaca.
c. Deforestation
dan desertification
Kehilangan hutan terjadi di seluruh
dunia.Hal itu ditandai dengan pengurangan lahan hutan menjadi semacam gurun
(penggurunan).
d. Keanekaragaman
Biologi
Hutan belantara dipermasalahkan
keberadaanya dari daerah pemukiman dan pengembangan pertanian atau perkebunan.
Hutan pertahunnya hilang 15% akibat
erosi keanekaragaman jenis dan perubahan fungsi lahan.
e. Laut dan Sumber
daya Air
Masalah pencemaran di Laut merupakan
masalah global, sebab melampaui batas suatu Negara. Pada daerah laut masalah
ditimbulkan oleh pencemaran bahan kimia berbahaya.Sedangkan air tawar, air
mengalami fluktuasi musiman dan tahunan sedangkan kualitas fisiknya berkurang.
f. Pertumbuhan
penduduk
Pertumbuhan penduduk dunia dan
keadaan ekonomi di Negara berkembang dan aktivitas merupakan penyebab penting
pada perubahan lingkungan.
Perusakan lingkungan terjadi akibat
pengurasan SDA sebagai sumber energi bagi manusia.
g. Penyalahgunaan
Narkotika dan Bahan Adiktif
Masalah lingkungan lainnya adalah
penyalahgunaan Narkotika.
Penyalahgunaan bahan itu telah
sangat mengkhawatirkan di kalangan remaja.
2. MASALAH LINGKUNGAN SECARA
NASIONAL
Masalah lingkungan secara nasional
adalah kerusakan lingkungan sebagai akibat dari human error dan pertumbuhan
penduduk yang begitu pesat dan tidak sesuai dengan daya dukung sumber daya
alam.
Yang termasuk human error adalah
bencana banjir, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, limbah kimiawi
dan zat beracun lainnya. Selain itu juga ada bencana alam yang yang belum
terjangkau.
3, MASALAH LINGKUNGAN SECARA LOKAL
Untuk pencemaran lingkungan masalah
lingkungan secara Lokal adalah:
a. pembuangan sampah rumah tangga ke
sungai
b. pembuangan limbah industri ke
sungai
c. pengaruh buangan air dari daerah
pertanian
d. hilangnya pelindung daerah berupa
penyangga air
e. pemantauan debit air sungai
f. pendangkalan dan erosi tanah
g. pengembangan yang kurang cocok
pada sepanjang tebing sungai.
Limbah perkotaan merupakan kotoran
manusia dan limbah padat yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan limbah
komersil dari perhotelan dan kantor. Adanya pertumbuhan penduduk yang pesat
dengan perubahan gaya gaya hidup membuat pemborosan dan asal main buang
menambahkan jumlah masalah lingkungan di Negara negara industri.
Kajian mengenai pencemaran
lingkungan di daerah Sumatra Utara, khususnya kota medan adalah memperkirakan
penyebab pencemaran berasal dari pencemaran udara.
Pencemaran udara itu berasal dari :
1. cerobong asap kendaraan bermotor
2. pembakaran sampah rumah tangga
3. asap pembangkit tenaga listrik.
Selain masalah pencemaran udara,
masalah pokok lainnya adalah masalah tata guna tanah. tata guna tanah perlu
kesesuaian, pengelolaan yang baik seperti penyiapan lahan bagi lereng yang
berbukit, dampak penggunaan pupuk dan pengolahan hasil industri pertanian.
BAB
V
GEOMORFOLOGI
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang roman permukaan dan bentang alam muka bumi, termasuk di dalamnya
mempelajari tentang proses pembentukannya. Geomorfologi, dari bahasa Yunani
dari kata Ge =
bumi, morfe =
bentuk dan logos = mempelajari. Geomorfologi erat kaitannya dengan struktur
geologi, tipe batuan, dan iklim regional/lokal.
Proses Geomorfik
Proses geomorfik merupakan segala perubahan
fisika dan kimia yang berakibat pada bervariasinya roman permukaan bumi.
1.Proses eksogenik; proses geomorfik yang
disebabkan tenaga dari luar kulit bumi (air, angin, es).
-
Gradasi; proses pembentukan bentang alam secara positif (sedimentasi).
-
Degradasi; proses eksogenik secara negatif (pelapukan, erosi).
2.Proses endogenik; proses geomorfik yang
diakibatkan oleh tenaga dari dalam bumi.
-
Diastropisme; proses deformasi yang besar dari dalam bumi.
-
Vulkanisme; proses keluarnya magma dari dalam bumi.
3.Proses ekstraterestrial; proses geomorfik dari
angkasa luar.
TIPE BENTANG ALAM
Bentang alam (landform) permukaan bumi menurut
Van Zuldam (1979), diklasifikasikan berdasarkan asal terbentuknya atau
genesisnya dibagi menjadi :
1. BENTANG ALAM VOLKANIK
Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang
terbentuk sebagai akibat dari proses atau kegiatan vulkanisme/gunung berapi.
Vulkanisme dibagi dalam menjadi tiga macam :
-
Vulkanisme letusan; vulkanisme pada magma yang bersifat basa dan kental.
Memiliki karakteristik letusan yang kuat dan umumnya menghasilkan material
piroklastik serta membentuk gunung api terjal.
-
Vulkanisme lelehan; vulkanisme pada magma asam dan bersifat encer, dimana
vulkanisme ini memiliki letusan yang lemah. Vulkanisme jenis ini akan membentuk
gunung api jenis perisai.
-
Vulkanisme campuran; vulkanisme pada magma intermediate, umumnya membentuk
gunung api strato.
Gunung api dapat dibedakan berdasarkan tipe
erupsinya menjadi :
-
Tipe Hawaii (perisai); tipe gunung ini memiliki tipe vulkanisme lelehan dengan
bentuk kubah yang relatif landai, umumnya tedapat kaldera.
-
Tipe Krakatau; memiliki tipe vulkanisme lelehan dan letusan.
-
Tipe Pelee; memiliki tipe vulkanisme letusan dengan bentuk bentang gunung
kerucut.
Berdasarkan penampakan morfologi, bentang alam
gunung api diklasifikasikan menjadi :
-
Depresi vulkanik; umumnya berupa bentang alam cekungan. Depresi vulkanik dapat
berupa danau vulkanik, kawah, dan kaldera.
-
Kubah vulkanik; bentang alam yang memiliki bentuk cembung ke atas, berupa
Parasite cone, Cinder cone.
-
Vulkanik semu; bentang alam yang mirip gunung api, bahkan dapat terbentuk
karena proses vulkanisme yang berdekatan.
-
Dataran vulkanik; dicirikan dengan puncak vulkanik yang datar dan memiliki
perbedaan/variasi perbedaan ketinggian yang tidak terlalu mencolok. Dataran
vulkanik berupa dataran rendah basal, plato basal, dan dataran plato basal.
2. BENTANG ALAM STRUKTURAL
Bentang alam struktural adalah bentang alam
yang pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Struktur
geologi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur
geologi sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada.
Struktur sekunder biasanya terbentuk
oleh adanya proses endogen yang bekerja adalah proses tektonik. Proses ini
mengakibatkan adanya pengangkatan, pengkekaran, patahan dan lipatan yang
tercermin dalam bentuk topografi dan relief yang khas. Bentuk relief ini akan
berubah akibat proses eksternal yang berlangsung kemudian. Macam-macam proses
eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan disintergrasi), erosi
(air, angin atau glasial) serta gerakan massa (longsoran, rayapan, aliran,
rebahan atau jatuhan).
Beberapa kenampakan pada peta
topografi yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam struktural adalah
:
1. Pola pengaliran. Variasi
pola pengaliran biasanya dipengaruhi oleh variasi struktur geologi dan litologi
pada daerah tersebut.
2. Kelurusan-kelurusan
(lineament) dari punggungan (ridge), puncak bukit, lembah, lereng dan
lain-lain.
3. Bentuk-bentuk bukit, lembah
dll.
4. Perubahan aliran sungai,
misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh struktur kekar, sesar
atau lipatan.
Macam-macam Bentang Alam Struktural
(Srijono 1984, dikutip Widagdo, 1984)
Pada dasarnya struktur geologi yang
ada dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola ataupun sifat dari garis
kontur pada peta topografi.
A. Bentang alam dengan struktur
Horisontal
1. Struktur Dataran
Menurut letaknya (elevasinya)dataran
dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Dataran rendah
Dataran yang memiliki elevasi antara
0-500 kaki dari muka air laut.
b. Dataran tinggi(plateau/high
plain)
Dataran yang menempati elevasi lebih
dari 500 kaki diatas muka air laut.
Kenampakan-kenampakan bentang alam
pada kedua dataran tersebut hampir sama, hanya dibedakan pada reliefnya saja.
Pada daerah berstadia muda terlihat datar dan dalam peta tampak pola kontur
yang sangat jarang. Pada daerah yang berstadia tua, sering dijumpai dataran
yang luas dan bukit-bukit sisa(monadnock), yang sering dijumpai mesa dan
butte.
Mesa dan butte
Butte (perancis : bukit kecil)
memiliki sisi terjal dan terlihat mencolok akibat terpencilnya tempat dia
berada, biasanya ada dalam udara yang kering. Butte merupakan hasil
sedimentasi, memiliki jenis batuan yang resisten sehingga bute tahan terhadap
erosi, dan memiliki lereng curam.
Pada badan butte ditemukan hasil
dari sayatan-sayatan hasil erosi. Butte memiliki suatu karakter yang sama
dengan messa karena memiliki proses pembentukan yang sama, namun memiliki suatu
ciri yang membedakan, perbedaan itu antara lain adalah sebagai berikut.
2. Struktur Miring
Hampir semua lapisan diendapkan
dalam posisi yang mendatar. Sedimen yang mempunyai kemiringan asal diendapkan
pada dasar pengendapan yang sudah miring, seperti pada lereng gunung api dan
disekitar terumbu karang. Kemiringan lapisan sedimen yang demikian disebut
kemiringan asal dengan sudut maksimum 350(Tjia, 1987).
Kebanyakan sedimen yang
memperlihatkan kemiringan, disebabkan karena adanya proses geologi yang bekerja
pada suatu daerah tersebut. Morfologi yang dihasilkan oleh proses tersebut akan
memperlihatkan pola yang memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan.
Berdasarkan besarnya sudut kemiringan dari kedua lerengnya, terutama yang
searah dengan kemiringan lapisan batuannya, bentang alam ini dapat dibagi
menjadi 2, yaitu :
a. Cuesta
Pada cuesta sudut kemiringan antara
kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut lereng yang searah perlapisan
batuan. Sudut kelerengan kurang dari 20 derajat (Stokes & Varnes, 1955).
Cuesta memiliki kelerengan fore slope yang lebih curam sedangkan back slopenya
relatif landai pada arah sebaliknya sehingga terlihat tidak simetri.
b. Hogback
Pada hogback, sudut antara kedua
sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah perlapisan batuan sekitar
20 derajat(Stokes & Varnes, 1955). Hogback memiliki kelerengan fore slope
dan back slope yang hampir sama sehingga terlihat simetri.
B. Bentang Alam dengan Stuktur
Lipatan
Lipatan terjadi karena adanya
lapisan kulit bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya tekan).
1. Antiklin dan Sinklin
a. Antiklin
Antiklin merupakan punggung lipatan
yang kemiringan kedua sayapnya ke arah saling berlawanan dan saling menjauh
(bentuk concav dengan cembung ke atas). Bagian tengah dari antiklin disebut
inti antiklin.
b. Sinklin
Sinklin merupakan lembah lipatan
yang kemiringan kedua sayapnya menuju ke suatu arah dan saling mendekat (bentuk
concav dengan cekungnya mengarah ke atas. Bagian tengah dari sinklin disebut
inti sinklin.
Unsur-unsur yang terdapat pada
struktur ini dapat diketahui dengan menafsirkan kedudukan lapisan batuannya.
Kedudukan lapisan batuan(dalam hal ini arah kemiringan lapisan batuan) pada
peta topografi, akan berlawanan arah dengan bagian garis kontur.
2. Lipatan Tertutup
a. Kubah (Dome)
Merupakan bentuk lipatan kulit bumi
naik (antiklinal) yang melingkar menyerupai kubah atau berupa gundukan.
Bentang alam ini mempunyai ciri-ciri
kenampakan sebagai berikut :
1) Kedudukan lapisan miring ke
arah luar (fore slope ke arah dalam)
2) Mempunyai pola kontur
tertutup
3) Pola penyaluran radier dan
berupa bukit cembung pada stadia muda
4) Pada stadia dewasa berbentuk
lembah kubah dengan pola penyaluran annular
b. Cekungan (Basin)
Bentuk lipatan kulit berbentuk
cekungan (sinklinal) melingkar.
Bentang alam ini mempunyai
kenampakan sebagai berikut :
1) Kedudukan lapisan miring ke
dalam (back slope ke arah dalam)
2) Mempunyai pola kontur
tertutup
3) Pada stadia muda pola
penyalurannya annular
C. Bentang Alam dengan Struktur
Patahan
Patahan (sesar) terjadi akibat
adanya gaya yang bekerja pada kulit bumi, sehingga mengakibatkan adanya
pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Berdasarkan gaya penyebabnya, sesar
dapat dibagi menjadi 4 :
1. Thrust fault, yaitu sesar dimana
hanging wall pada sesar bergerak relatif naik terhadap footwall.
2. Normal fault, yaitu sesar dimana
hanging wall pada sesar relatif turun terhadap foot wall.
3. Strike slip fault, yaitu sesar
dengan arah gerakan relatif mendatar satu sama lainnya. Sesar ini terbagi menjadi
2 :
a. Right lateral, yaitu gerak sesar
mendatar yang searah dengan jarum jam.
b. Left lateral, yaitu gerak sesar
mendatar yang berlawanan dengan arah jarum jam.
4. Oblique fault, yaitu gerakan
kombinasi antara sesar mendatar dengan sesar naik atau turun.
Gerakan bidang sesar dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
1. Dip slip, yaitu pergerakan sesar
terjadi dalam arah sejajar dengan sudut kemiringan sesar.
2. Strike slip, yaitu pergerakan
sesar terjadi dalam sejajar dengan sudut strike.
3. Kombinasi clip dan strike slip
(diagonal), yaitu sesar yang bergerak secara diagonal.
Secara umum bentang alam yang
dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk menentukan jenis patahannya secara
langsung. Untuk itu, dalam hal ini hanya akan diberikan ciri umum dari
kenampakan morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :
1. Beda tinggi yang menyolok pada
daerah yang sempit.
Mempunyai resistensi terhadap erosi
yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang hampir sama.
2. Adanya kenampakan dataran/depresi
yang sempit memanjang.
Dijumpai sistem gawir yang
lurus(pola kontur yang lurus dan rapat).
Adanya batas yang curam antara
perbukitan/ pegunungan dengan dataran yang rendah.
3. Adanya kelurusan sungai melalui
zona patahan, dan membelok tiba-tiba dan menyimpang dari arah umum.
4. Sering dijumpai(kelurusan) mata
air pada bagian yang naik/terangkat
Pola penyaluran yang umum dijumpai
berupa rectangular, trellis, concorted serta modifikasi ketiganya.
5. Adanya penjajaran triangular
facet pada gawir yang lurus.
Adapun bagian-bagian sesar yaitu :
1. Graben, yaitu patahan yang
bergerak turun, atau bagian patahan yang lebih rendah dari bagian patahan lainnya
2.
Horst, yaitu patahan yang bergerak naik,atau bagian patahan yang lebih
tinggi dari bagian patahan lainnya
3.
BENTANG ALAM FLUVIAL
Bentang alam alluvial adalah bentang alam yang
terbentuk dari proses yang berkaitan dengan air permukaan/aliran sungai (proses
fluvial). Sungai itu sendiri dapat dibedakan berdasar keberadaan saluran yang
tetap menjadi :
-
Stream; aliran sungai belum memiliki saluran yang tetap (masih dapat
berpindah).
-
River; aliran sungai telah memiliki saluran yang permanen.
Sungai dapat diklasifikasikan kembali
berdasarkan stadium erosinya menjadi :
-
Sungai muda; bercirikan erosi vertical efektif, relative lurus dan mengalir di
atas batuan induk, tidak terjadi sedimentasi, dan penampang berbentuk V.
-
Sungai dewasa; bercirikan erosi lateral efektif dan relatif kecil, terdapatnya
cabang-cabang sungai dan penampang berbentuk U.
-
Sungai tua; bercirikan erosi lateral sangat efektif dengan aliran berliku-liku
(meander), anak sungai relatif lebih banyak dibandingka dengan sungai dewasa.
Proses Fluvial
Proses fluvial adalah suatu proses baik kimia
maupun fisika yang menyebabkan perubahan bentang alam/bentuk permukaan bumi
karena pengaruh air permukaan. Proses fluvial dapat diklasifikasikan menjadi :
-
Erosi; proses terkikisnya batuan (abrasi, korosi, coring, scouring)
-
Transportasi; proses terangkutnya material-material hasil erosi.
-
Sedimentasi; proses terendapnya material hasil erosi yang telah mengalami
proses transportasi.
Proses transportasi dan sedimentasi sangat
dipengaruhi oleh faktor kekentalan, kepekatan dan kecepatan aliran sungai.
4.
BENTANG ALAM KARST
Pengertian tentang topografi kars
yaitu suatu topografi yang terbentuk
pada daerah dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief
yang khas, penyaluran tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk ke
dalam tanah dan meninggalkan lembah kering dan muncul kembali di tempat lain
sebagai mata air yang besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Bentang Alam Karst :
1. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi
karst meliputi :
a.Ketebalan batugamping, yang baik untuk
perkembangan karst adalah batu
gamping yang tebal, dapat masif atau yang terdiri dari
beberapa lapisan dan membentuk unit batuan yang tebal, sehingga mampu
menampilkan topografi karst sebelum habis terlarutkan.Namun yang paling baik adalah
batuan yang masif, karena pada batugamping berlapis biasanya terdapat lempung
yang terkonsentrasi pada bidang perlapisan, sehingga mengurangi kebebasan
sirkulasi air untuk menembus seluruh lapisan.
b.Porositas dan permeabilitas,
berpengaruh dalam sirkulari air dalam batuan. Semakin besar porositas sirkulasi
air akan semakin lancar sehingga proses karstifikasi akan semakin intensif.
c.Intensitas struktur (kekar),zona
kekar adlah zona lemah yang mudah mengalami pelarutan dan erosi sehingga dengan
adanya kekar dalam batuan, proses pelarutan berlangsung intensif. Kekar yang
baik untuk proses karstifikasi adalah kekar berpasangan (kekar gerus), karena
kekar tsb berpasangan sehingga mempertinggi porositas dan permeabilitas.Namun
apabila intensitas kekar sangat tinggi batuan akan mudah tererosi atau hancur
sehingga proses karstifikasi terhambat.
2. Faktor Kimiawi
a.Kondisi kimia batuan, dalam
pembentukan topografi kars diperlukan sedikitnya 60% kalsit dalam batuan dan
yang paling baik diperlukan 90% kalsit.
b.Kondisi kimia media pelarut,
dalam proses karstifikasi media pelarutnya adalah air, kondisi kimia air ini
sangat berpengaruh terhadap proses karstifikasi. Kalsit sulit larut dalam air
murni, tetapi mudah larut dalam air yang mengandung asam. Air hujan mengikat
CO2di udara dan dari tanah membentuk larutan yang bersifat asam yaitu asam
karbonat (H2CO3). Larutan inilah yang sangat baik untuk melarutkan batugamping.
3. Faktor Biologi
Kalsit sulit larut dalam air murni, tetapi mudah larut dalam
air yang mengandung asam. Air hujan mengikat CO2di udara dan dari tanah
membentuk larutan yang bersifat asam yaitu asam karbonat (H2CO3).Larutan inilah
yang sangat baik untuk melarutkan batugamping.
4. Faktor Iklim dan Lingkungan
Kondisi lingkungan yang mendukung adalah adanya lembah besar
yang mengelilingi tempat yang tinggi yang terdiri dari batuan yang mudah larut
(batugamping) yang terkekarkan intensif. Kondisi lingkungan di sekitar
batugamping harus lebih rendah sehingga sirkulasi air berjalan dengan baik, sehingga
proses karstifikasi berjalan dengan intensif.
Proses Pembentukan Topografi Karst
Kondisi batuan yang menunjang terbentuknya topografi karst
ada 4, yaitu:
a.Mudah larut dan berada di atau
dekat permukaan.
b.Masif, tebal dan terkekarkan.
c.Berada pada daerah dengan curah
hujan yang tinggi.
d.Dikelilingi lembah
Proses pelarutan pada batugamping, meninggalkan morfologi
sisa pelarutan, perkembangan morfologi sisa ini dapat dibagi menjadi 4 fase,
yaitu :
a. Terjadi pelarutan pada batuan
terkekarkan sehingga membentuk lembah yang kemudian merupakan zona yang lebih
cepat mengalami pelarutan (zona A) dibandingkan dengan zona B yang tidak
mengalami pengkekara.
b. Karena zona A lebih cepat mengalami
pelarutan, maka zona ini segera terbentuk lembah yang dalam, sementara pada
zona B masih berupa dataran tinggi dengan gejala pelarutan di beberapa tempat.
c. Pelarutan pada kedua zona terus
berjalan sehingga pada fase ini mulai terbentuk kerucut-kerucut karst pada zona
B. Pada kerucut karst ini tingkat pelarutan/erosi vertikalnya lebih kecil
dibandingkan lembah di sekitarnya.
d. Karena adanya erosi lateral oleh
sungai maka zone A berada pada batas permukaan erosi dan pada zona B erosi
vertikal telah berjalan lebih lanjut sehingga hanya tinggal beberapa morfologi
sisa saja, morfologi sisa ini disebut menara karst.
Bentuk-bentuk Konstruksional
Bentuk konstruksional adalah bentuk topogrfi yang dibentuk
oleh proses pelarutan batugamping atau pengendapan material karbonat yang
dibawa oleh air. Berdasarkan ukurannya, topografi konstruksional dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu bentuk-bentuk minor dan bentuk-bentuk
mayor. Menurut Bloom (1979), yang dimaksud dengan bentang alam kars minor
adalah bentang alam yang tak dapat diamati pada foto udara atau peta topografi,
sedang bentang alam kars mayo adalah bentang alam yang dapat diamati baik
didalam foto udara atau peta topografi.
Bentuk-bentuk topografi kars minor adalah :
a. Lapies
Merupakan bentuk tak rata pada permukaan batugamping akibat
adanya proses pelarutan, penggerusan atau karena proses lain. Lapies (bahasa
Prancis) sering disebut Karren (bahasa Jerman) atau Clints (bahasa Inggris)
(Thornbury, 1964). Ritter (1978) mengklasifikasikan Karren berdasar bentuknya
menjadi dua kelompok, yaitu yang mempunyai bentuk lurus dan bentuk melingkar
seperti bulan sabit (lihat tabel 5.1)
Tabel 5.1. klasifikasi Karren (lapies) (Ritter, 1979) Bentuk Nama Keterangan
Linier/kurva linier Solution Flutes Berupa lekukan halus, lurus, kedalaman 1-2 cm, lebar kira-kira 2 cm, seragam, panjang 10 cm – beberapa meter, antar celah dibatasi oleh pematang yang tajam, terorientasi searah dengan slope.
Solution Runnels Berupa aluran terbatas, dalamnya kira-kira 40 cm, lebar 40 – 50 cm, panjang lebih dari 2 cm, bila terjadi pada bidang kekar atau bidang perlapisan disebut grikes Solution Ripple (Gelombang Pelarutan) Berupa gelembur gelombang yangtegak lurus terhadap slope, tingginya 10 – 50 cm, terbentuk pada permukaan miring yang curam Melingkar (bulan sabit) Lubang pelarutan air hujan (rain pits) Berupa lubang kecil pada permukaan yang datar, diameternya 3 cm, dalamnya 2 cm, terbentuk oleh tetesan air hujan Solution Pans Berupa cekungan dengan lantai yang datar, diameternya 1 – 50 cm, lebar 3 cm – 3 m, terbentuk pada batuan dasar yang tertutup vegetasi Lereng Pelarutan (Solution Bevels) Berupa jejak (treads) dan lereng (scraps) yang datar dan licin, panjang treads 20 cm – 1 m, tinggi scraps 3 – 5 cm, terbentuk oleh gerakanair diatas batuan dasar yang miring rendah
Berdasarkan letak pembentukannya (origin), lapies dapat dibedakan menjadi dua macam (Herak dan Stringfiels, 1972), yaitu lapies yang originnya tersingkap dipermukaan dan lapies yang originya tidak tersingkap dipermukaan / berada dibawah tanah dan lapies yang originnya tersingkap dipermukaan.
Tabel 5.1. klasifikasi Karren (lapies) (Ritter, 1979) Bentuk Nama Keterangan
Linier/kurva linier Solution Flutes Berupa lekukan halus, lurus, kedalaman 1-2 cm, lebar kira-kira 2 cm, seragam, panjang 10 cm – beberapa meter, antar celah dibatasi oleh pematang yang tajam, terorientasi searah dengan slope.
Solution Runnels Berupa aluran terbatas, dalamnya kira-kira 40 cm, lebar 40 – 50 cm, panjang lebih dari 2 cm, bila terjadi pada bidang kekar atau bidang perlapisan disebut grikes Solution Ripple (Gelombang Pelarutan) Berupa gelembur gelombang yangtegak lurus terhadap slope, tingginya 10 – 50 cm, terbentuk pada permukaan miring yang curam Melingkar (bulan sabit) Lubang pelarutan air hujan (rain pits) Berupa lubang kecil pada permukaan yang datar, diameternya 3 cm, dalamnya 2 cm, terbentuk oleh tetesan air hujan Solution Pans Berupa cekungan dengan lantai yang datar, diameternya 1 – 50 cm, lebar 3 cm – 3 m, terbentuk pada batuan dasar yang tertutup vegetasi Lereng Pelarutan (Solution Bevels) Berupa jejak (treads) dan lereng (scraps) yang datar dan licin, panjang treads 20 cm – 1 m, tinggi scraps 3 – 5 cm, terbentuk oleh gerakanair diatas batuan dasar yang miring rendah
Berdasarkan letak pembentukannya (origin), lapies dapat dibedakan menjadi dua macam (Herak dan Stringfiels, 1972), yaitu lapies yang originnya tersingkap dipermukaan dan lapies yang originya tidak tersingkap dipermukaan / berada dibawah tanah dan lapies yang originnya tersingkap dipermukaan.
Gambar V.7. Kenampakan Karren/ Lapies pada batugamping
b. Kars Split
b. Kars Split
Adalah celah pelarutan yang terbentuk dipermukaan. Kars
split sebenarnya merupakan perkembangan dari kars-runnel (solution runnel).
Bila jumlah kars runnel banyak dan saling berpotongan maka akan membentuk kars
split (Srijono, 1984 dalam Widagdo, 1984).
c. Parit Kars
Adalah alur pada permukaan yang memanjang membentuk parit.
Srijono (1984), mengemukakan bahwa parit kars ini merupakan kars split yang
memajang sehingga membentuk parit kars.
d. Palung Kars
Adalah alur pada permukaan batuan yang besar dan lebar,
dibentuk oleh proses pelarutan. Kedalamannya dapat mencapai lebih dari 50 cm.
biasanya terbentuk pada permukaan batuan yang datar atau miring rendah dan dikontrol
oleh struktur yang memanjang.
e. Speleothem
Adalah hiasan yang terdapat didalam gua yang dihasilkan oleh
endapan berwarna putih, bentuknya seperti tetesan air, mengkilat dan menonjol.
Hiasan ini merupakan endapan CaCO3 yang mengalami presipitasi pada saat air
tanah yang membawanya masuk kedalam gua (Sanders, J.E., 1981). Macam-macam
speleothems yang sering dijumpai adalah Stalagtit, yaitu hiasan yang
menggantung dilangit-langit dan Stalagmit, yaitu hiasan yang berada didasar
atau dilantai gua serta Tiang Masif (Massife Column), yaitu hiasan yang
terbentuk bila stalagtit dan stalagmite bertemu. (lihat gambar V.8).
f. Fitokars
Adalah permukaan yang berlekuk-lekuk, dengan lubang-lubang
yang saling berhubungan. Antara lubang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
tepi-tepi yang tajam, sehingga memberikan bentuk seperti bunga karang pada
menara (pinnacles) kars. Morfologi ini terbentuk karena adanya pengaruh
aktifitas biologis, yaitu adanya algae yang yang tumbuh didalam batugamping.
Algae menutup permukaan dan masuk kebawah permukaan sedalam 0,1 – 0,2 mm,
tampaknya algae tersebut tumbuh didalam batugamping dan menghasilkan larutan
asam yang dapat melarutkan batugampingnya sehingga membentuk lubang-lubang
(Bloom, 1979
Bentuk-bentuk topografi kars mayor adalah :
a.
Surupan
Yaitu depresi tertutup hasil
pelarutan denagn diameter mulai dari beberapa meter sampai beberapa kilometer,
kedalamannya mencapai ratusan meter dan bentuknya dapat bundar atau lonjong
(oval), (Twidale, 1967). Surupan (dolines) ini di Amerika Serikat disebut
sebagai sink atau sink-holey (Ritter, 1978).
Jenning (1971) dan Bloom (1979), mengemukakan bahwa ada lima macam surupan yang dikenal yaitu surupan runtuhan (collapse dolines), surupan pelarutan (solution dolines), subsidence dolines, subjacent kars collapse dolines dan star-shape doline
Jenning (1971) dan Bloom (1979), mengemukakan bahwa ada lima macam surupan yang dikenal yaitu surupan runtuhan (collapse dolines), surupan pelarutan (solution dolines), subsidence dolines, subjacent kars collapse dolines dan star-shape doline
b.
Uvala
Adalah
depresi tertutup yang besar, terdiri dari gabungan beberapa doline, lantai
dasarnya tidak rata. Jenning (1967) dalam Ritter (1978), mengemukakan bahwa
sebuah uvala terdiri dari 14 buah doline dengan ukuran dan bentuk yang
bervariasi. Ukuran diameternya berkisar antara 5 – 1000 meter dan kedalamannya
berkisar antara 1- 200 meter, dindingnya curam (Lihat gambar V.11)
c.
Polje
Depresi
tertutup yang besar dengan lantai dasar dan dinding yang curam, bentuknya tidak
teratur dan biasanya memanjang searah jurus perlapisan atau zona lemah
structural. Pembentukannya dikontrol oleh litologi dan struktur dan mengalami
pelebaran oleh proses korosi lateral pada saat ia terisi air (Riiter, 1979).
Polje mempunyai ukuran yang sangat besar minimal dalam satuan kilometer
persegi.
d. Jendela Kars
Adalah
lubang pada atap gua yang menghubungkan antara ruang dalam gua dengan udara
diluar yang terbentuk karena atap gua tersebut runtuh, (Twidale, 1976). Disamping
itu jendela kars dapat pula terbentuk pada atap sungai bawah tanah.
e. Lembah Kars (Kars Valley)
e. Lembah Kars (Kars Valley)
Adalah
lembah atau alur yang besar yang terdapat pada lahan kars. Lembah ini terbentuk
oleh aliran air permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya. Secara umum,
lembah kars dapat dibedakan menjadi beberapa macam dengan sifat pembaeda yang
jelas (Ritter, 1978). Dalam hal ini disebutkan ada empat macam lembah kars,
yaitu :
-
Allogenic Valley, yaitu lembah yang bagian hulunya berada pada batuan yang kedap
air kemudian masuk kedalam daerah kars. Panjang pendeknya lembah allogenik ini
tergantung pada besar kecilnya aliran yang membentuk, semakin besar alirannya
maka semakin panjag lembah yang terbentuk.
- Lembah Buta (Blind Valley), yaitu lembah atau sungai pada lahan kars yang secara tiba-tiba berakhir pada suatu tempat dan biasanya pada akhir lembah ini air permukaan tanah akan masuk kedalam tanah. Bila suatu saat aliran dapat melampaui lembah tersebut (misal, saat hujan lebat atau terjadi pencairan es), maka lembah ini disebut sebagai semiblind valley, - Pocket Valley, yaitu lembah yang dimulai dari tempat keluarnya air yang masuk melalui surupan. Pada umumnya pocket valley berasosiasi dengan mata air yang besar yang keluar diatas batuan kedap air yang terletak dibawah lapisan batugamping yang tebal. Lembah in umumnya berbentuk huruf U dan memiliki tebing yang curam, ukurannya tergantung besar kecilnya debit mata air yang keluar. Sweeting (1973) dalam Ritter (1978) menyebutkan bahwa panjang lembah ini dapat mencapai 8 km, lebar 1 km dan dalamnya berkisar antara 300 - 400 meter.
- Lembah Kering (Dry Valleys), yaitu lembah pada lahan kars yang mirip dengan lembah fluviatil, hanya saja (sesuai dengan namanya) lembah ini tidak berfungsi sebagai penyaluran air permukaan (kering), karena air hujan yang jatuh dan masuk kedalam lebah ini dengan segera akan meresap kedalam retakan batuan dasarnya.
f. Gua (Cave), yaitu serambi tau ruangan bawah tanah yang dapat dicapai dari permukaan dan cukup besar bila dimasuki oleh manusia (Sanders, 1981). Gua seringkali teridir dari rangkaian ruangan sehingga kedalamannya dapat mencapai ratusan meter
g. Terowongan dan Jembatan Alam, yaitu lorong bawah tanah yang terbentuk oleh pelarutan dan penggerusan air tanah atau oleh aliran bawah tanah (Von Engeln, 1942). Terowongan alam memiliki ukuran yang bervariasi artinya dapat berukuran besar atau kecil. Sebagai contoh, terowongan di Virginia dapat berukuran mencapai 275 meter, tingginya 23 meter dan lebarnya 40 meter.
Suatu ketika atap terowongan alam tersebut runtuh, sehingga panjang terowongan tersebut semakin berkurang, akibatnya suatu saat morofologi yang terbentuk lebih tepat disebut dengan Jembatan Alam (Von Engeln, 1942).
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa jembatan alam juga dapat terbentuk oleh proses pelautan saja. Apabila jembatan alam tersebut terbentuk oleh proses pelarutan batuan oleh air tanah maka disebut sebagai Jembatan Kars (Kars Briges).
V. 4.2. Bentuk-bentuk Sisa Pelarutan
Yang dimaksud dengan bentuk morfologi sisa pelarutan adalah morfologi yang terbentuk karena pelarutan dan erosi sudah berjalan sangatlanjut sehingga meninggalkan sisa yang khas untuk lahan kars. Morfologi sisa dapat berkembang baik terutama pada daerah yang beriklim tropis basah (Bloom, 1979). Macam-macam bentuk morfologi sisa yaitu :
a. Kerucut Kars, yaitu bukit kars yang berbentuk kerucut, berlereng terjal dan dikelilingi oleh depresi yang biasanya disebut sebagai bintang (Ritter, 1978).
Kerucut kars sering disebut sebagai kegelkars (bahasa Jerman). Pada kenyataannya kerucut kars sering kali lebih mirip setengah bola dibanding dengan bentuk kerucut (Lehman, 1963, dalam Bloom, 1979) (gambar V.14). Depresi tertutup yang mengelilingi bukit sisa biasanya terbentuk bintang dan tidak teratur sering disebut sebagai cockpits dan terbentuk oleh proses pelarutan sepanjang zona kekar atau patahan (Sweeting, 1958 dalam Ritter, 1978).
Gambar IV.14. Bukit-bukit batugamping berbentuk kerucut membulat penyusun kars Gunung Sewu (Samodra, 1996).
b. Menara Kars, adalah bukit sisa pelarutan dan erosi berbentuk menara dengan lereng yang terjal, tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yng lain dan dikelilingi oleh dataran alluvial (Ritter, 1978). Menurut Jenning (1971) dalam Ritter (1978) menara kars dan kerucut kars dibedakan dalam hal keterjalan lereng dan adanya rawa / dataran alluvial yang mengelilinginya. Menara kars disebut juga pepino hill atau haystack atau turmkarst. Contoh menara kars yang baik adalah menara kars yang terdapat di Kweilin, Propinsi Kwangsi, China (Gambar V.15).
Gambar V.15. Menara Kars di Halong Bay, Vietnam.
c. Mogote, adalah bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi, umumnya dikelilingi oleh dataran alluvial yang hampir rata (flat). Bentuknya kadang-kadang tidak simetri antara sisi yang mengarah kearah datangnya angin dengan sisi sebaliknya (Ritter, 1978) (Gambar 18). Mogote dan menara kars dibedakan dari bentuk dan keterjalan lereng sisi-sisinya.
- Lembah Buta (Blind Valley), yaitu lembah atau sungai pada lahan kars yang secara tiba-tiba berakhir pada suatu tempat dan biasanya pada akhir lembah ini air permukaan tanah akan masuk kedalam tanah. Bila suatu saat aliran dapat melampaui lembah tersebut (misal, saat hujan lebat atau terjadi pencairan es), maka lembah ini disebut sebagai semiblind valley, - Pocket Valley, yaitu lembah yang dimulai dari tempat keluarnya air yang masuk melalui surupan. Pada umumnya pocket valley berasosiasi dengan mata air yang besar yang keluar diatas batuan kedap air yang terletak dibawah lapisan batugamping yang tebal. Lembah in umumnya berbentuk huruf U dan memiliki tebing yang curam, ukurannya tergantung besar kecilnya debit mata air yang keluar. Sweeting (1973) dalam Ritter (1978) menyebutkan bahwa panjang lembah ini dapat mencapai 8 km, lebar 1 km dan dalamnya berkisar antara 300 - 400 meter.
- Lembah Kering (Dry Valleys), yaitu lembah pada lahan kars yang mirip dengan lembah fluviatil, hanya saja (sesuai dengan namanya) lembah ini tidak berfungsi sebagai penyaluran air permukaan (kering), karena air hujan yang jatuh dan masuk kedalam lebah ini dengan segera akan meresap kedalam retakan batuan dasarnya.
f. Gua (Cave), yaitu serambi tau ruangan bawah tanah yang dapat dicapai dari permukaan dan cukup besar bila dimasuki oleh manusia (Sanders, 1981). Gua seringkali teridir dari rangkaian ruangan sehingga kedalamannya dapat mencapai ratusan meter
g. Terowongan dan Jembatan Alam, yaitu lorong bawah tanah yang terbentuk oleh pelarutan dan penggerusan air tanah atau oleh aliran bawah tanah (Von Engeln, 1942). Terowongan alam memiliki ukuran yang bervariasi artinya dapat berukuran besar atau kecil. Sebagai contoh, terowongan di Virginia dapat berukuran mencapai 275 meter, tingginya 23 meter dan lebarnya 40 meter.
Suatu ketika atap terowongan alam tersebut runtuh, sehingga panjang terowongan tersebut semakin berkurang, akibatnya suatu saat morofologi yang terbentuk lebih tepat disebut dengan Jembatan Alam (Von Engeln, 1942).
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa jembatan alam juga dapat terbentuk oleh proses pelautan saja. Apabila jembatan alam tersebut terbentuk oleh proses pelarutan batuan oleh air tanah maka disebut sebagai Jembatan Kars (Kars Briges).
V. 4.2. Bentuk-bentuk Sisa Pelarutan
Yang dimaksud dengan bentuk morfologi sisa pelarutan adalah morfologi yang terbentuk karena pelarutan dan erosi sudah berjalan sangatlanjut sehingga meninggalkan sisa yang khas untuk lahan kars. Morfologi sisa dapat berkembang baik terutama pada daerah yang beriklim tropis basah (Bloom, 1979). Macam-macam bentuk morfologi sisa yaitu :
a. Kerucut Kars, yaitu bukit kars yang berbentuk kerucut, berlereng terjal dan dikelilingi oleh depresi yang biasanya disebut sebagai bintang (Ritter, 1978).
Kerucut kars sering disebut sebagai kegelkars (bahasa Jerman). Pada kenyataannya kerucut kars sering kali lebih mirip setengah bola dibanding dengan bentuk kerucut (Lehman, 1963, dalam Bloom, 1979) (gambar V.14). Depresi tertutup yang mengelilingi bukit sisa biasanya terbentuk bintang dan tidak teratur sering disebut sebagai cockpits dan terbentuk oleh proses pelarutan sepanjang zona kekar atau patahan (Sweeting, 1958 dalam Ritter, 1978).
Gambar IV.14. Bukit-bukit batugamping berbentuk kerucut membulat penyusun kars Gunung Sewu (Samodra, 1996).
b. Menara Kars, adalah bukit sisa pelarutan dan erosi berbentuk menara dengan lereng yang terjal, tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yng lain dan dikelilingi oleh dataran alluvial (Ritter, 1978). Menurut Jenning (1971) dalam Ritter (1978) menara kars dan kerucut kars dibedakan dalam hal keterjalan lereng dan adanya rawa / dataran alluvial yang mengelilinginya. Menara kars disebut juga pepino hill atau haystack atau turmkarst. Contoh menara kars yang baik adalah menara kars yang terdapat di Kweilin, Propinsi Kwangsi, China (Gambar V.15).
Gambar V.15. Menara Kars di Halong Bay, Vietnam.
c. Mogote, adalah bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi, umumnya dikelilingi oleh dataran alluvial yang hampir rata (flat). Bentuknya kadang-kadang tidak simetri antara sisi yang mengarah kearah datangnya angin dengan sisi sebaliknya (Ritter, 1978) (Gambar 18). Mogote dan menara kars dibedakan dari bentuk dan keterjalan lereng sisi-sisinya.
5.
BENTANG ALAM EOLIAN
Bentang alam eolian adalah bentang alam yang
terbentuk sebagai pengaruh dari angin. Dalam hal ini, bentang alam eolian akan
lebih terlihat di daerah gurun (gurun pasir) karena sedikitnya faktor
penghalang dan ketiadaan faktor pengikat oleh material-material bebas.
Di daerah ini, proses pembentukan yang terjadi
pada umumnya meliputi proses pengikisan oleh angin dan proses sedimentasi.
Proses sedimentasi (pengendapan) oleh angin ini dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Dune; merupakan bukit yang terbentuk sebagai
hasil dari timbunan pasir oleh hembusan angin. Dune akan sangat dipengaruhi
oleh kuatnya hembusan dan kecepatan angin, bentuk dari permukaan dan adanya
rintangan.
Dune memiliki berbagai macam tipe, yaitu :
-
Star dune; dune dengan banyak punggung bukit pasir ridge yang bertemu pada satu
titik.
-
Transverse dune; dune yang terbentuk di sepanjang jejak angin.
-
Barchan; bukit pasir lengkung bertanduk.
2. Loess; merupakan daerah yang luas yang
tertutup oleh material-material halus.
6. BENTANG ALAM PANTAI DAN DELTA
Delta merupakan daerah yang penting
untuk penduduk yang berfungsi untuk tempat tinggal, daerah pertanian dan
perikanan. Istilah delta pertama kali digunakan oleh Herodotus (sejarawan
Yunani) pada 490 SM yang melihat bahwa bentuk endapan Sungai Nil di Mesir
menyerupai huruf D (atau Delta dalam bahasa Yunani). Delta berkaitan sekali
dengan bencana banjir di pesisir, gelombang air laut, erosi gelombang air laut
dan badai angin menuju ke laut. Selain itu ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terbentuknya delta yaitu : iklim, debit air, produk sedimen,
energi gelombang, proses pasang surut, arus pantai, kelerengan paparan dan
bentuk cekunan penerima dan proses tektonik.
1. Proses yang Mempengaruhi Pembentukan Delta
1. Proses yang Mempengaruhi Pembentukan Delta
A. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia dan biologi dalam semua komponen dari system sungai. Pada daerah
tropis, penyediaan volume air permukaan besar. Pelapukan fisika dan kimia
berpengaruh terhadap tingkat sedimentasi. Pada lingkungan pengendapan beriklim
tropis juga dijumpai pengawetan material organic seperti gambut yang terdapat
didaerah delta.
B. Debit
Air
Debit sungai tergantung dari faktor
iklim yang dapat mempengaruhi bentuk geometri dari delta. Kecenderungan air
sangat penting terhadap kecepatan dan pola pertumbuhan suatu delta. Delta
dengan debit air dan sedimennya tinggi serta konstan tiap tahunnya (Delta
Missisipi), menghasilkan suatu tubuh pasir yang panjang dan lurus serta umumnya
membentuk sudut yang besar terhadap garis pantai. Sebaliknya bila produk
sediment serta variasi debit air tiap tahunnya berbeda, maka terjadinya
perombakan tubuh-tubuh pasir yang tadinya diendapkan, oleh proses-proses laut
dan cenderung membentuk tubuh delta yang sejajar dengan garis pantai.
Produk Sedimen
Pengaruh produk sediment dalam
pembentukan suatu delta sangatlah besar artinya. Delta tidak akan terbentuk
jika produk sedimennya terlalu kecil.
C. Energi
Gelombang
Perkembangan suatu garis pantai pada
muara sungai sangat dipengaruhi oleh energi gelombang sepanjang pantai
tersebut. Energi gelombang merupakan mekanisme penting dalam merubah dan
mencetak sediment delta yang berada dilaut menjadi suatu bentuk tubuh pasir
didaerah pantai.
D. Proses
Pasang Surut
Beberapa delta mayor didunia
didominasi oleh aktifitas pasang yang kuat. Diantaranya adalah delta
Gangga-Brahmanaputra di Bangladesh dan delta Ord di Australia.
E. Arus
Pantai
Arus pantai mengorientasikan
tubuh-tubuh pasir hingga berbentuk sejajar atau hamper sejajar dengan arah
aliran sungai.
F. Kelerengan
Paparan
Kelerengan paparan benua sangat
berperan dalam menentukan pola perpindahan delta, yang terjadi dalam waktu yang
cukup lama.
G. Bentuk Cekungan Penerima dan Proses Tektonik
Bentuk cekungan penerima merupakan
pengontrol terhadap konfigurasi delta serta pola perubahannya. Daerah dengan
tektonik yang aktif dengan akumulasi sediment yang sedikit, sulit terbentuk
delta. Sebaliknya untuk daerah dengan tektonik pasif dan akumulasi sediment
yang banyak akan terbentuk delta yang baik pula.
2. Syarat-syarat Terbentuknya
Delta
o
Arus sungai pada bagian muara
mempunyai kecepatan yang minimum
o
Jumlah bahan yang dibawa sungai
sebagai hasil erosi cukup banyak
o
Laut pada daerah muara sungai cukup
tenang
o
Pantainya relative landai
o
Bahan-bahan hasil sedimentasi tidak
terganggu oleh aktifitas air laut
o
Tidak ada gangguan tektonik (kecuali
penurunan dasar laut seimbang dengan pengendapan sungai, misal Delta Missisipi)
3.
Unsur-unsur Dasar Delta
·
Sungai : sebagai sarana pengangkut
material
·
Distributary Plain : bagian delta
yang berada didaratan, umumnya merupakan rawa-rawa
·
Delta Front / Delta Slope : bagian
delta yang berada didepan delta plain, dan merupakan laut dangkal
·
Pro Delta : bagian terdepan dari
delta yang menuju laut lepas
4.
Klasifikasi Delta
Menurut Fisher, dkk (1969)
Dasar klasifikasinya adalah :
a.
proses fluvial dan influks sediment
b.
Proses laut (gelombang dan arus bawah permukaan)
Fisher membagi delta menjadi 3
(tiga) kelas, yaitu :
-
Cuspate Delta
-
Lobate Delta
-
Elongate Delta/Bird Food Delta
Menurut Galloway (1975)
Galloway membagi delta berdasarkan dominasi proses fluvial,
gelombang dan pasang surut, yaitu :
a.
Bird Food Delta : jika pengaruh fluvial paling dominan
b.
Cuspate Delta : jika pegaruh gelombang paling dominant
c.
Estuarine Delta : jika pengaruh pasang surut paling dominant
2.2. Bentang Alam Pantai
Pantai adalah jalur atau bidang yang
memanjang, tinggi serta lebarnya dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut,
yang terletak antara daratan dan lautan (Thornbury, 1969). Faktor-faktor yang
mempengaruhi bentuk morfologi pantai tersebut antara lain adalah pengaruh
diatropisme, tipe batuan, stuktur geologi, pengaruh perubahan naik turunnya
muka air laut, serta pengendapan sediment asal daratan / sungai, erosi daratan
dan angin.
Pada daerah pantai yang masih mendapat
pengaruh air laut dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a.
Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air laut
dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
b.
Shore Line (garis pantai), yaitu jalur pemisah yang relative berbentuk baris
dan relative merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak
bisa.
c.
Coast (pantai), yaitu daerah yang berdekatan dengan laut dan masih mendapat
pengaruh air laut.
Ada beberapa klasifikasi pantai
dengan dasar yang bermacam-macam pula dari berbagai penyusun yang berbeda.
Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi pantai dari yang sifatnya klasik (1919)
sampai sifanya modern (1980), berikut pembagiannya :
A. Klasifikasi
Pantai Secara Klasik
Klasifikasi ini dikemukakan oleh
Johnson (1919) yang didasarkan pada karakteristk geomorfik yang disebabkan oleh
ayunan muka laut. Keuntungan klasifikasi pantai ini adalah pembagiannya yang
sederhana sedangkan kelemahannya yaitu sulit dalam penerapannya, karena kebanyakan
pantai telah dipengaruhi oleh penenggelaman selama transgresi laut kala
Pleistosen. Johnson (1919) mengelompokkan pantai menjadi :
1.
Pantai Tenggelam (Submergence Coast)
Pantai yang dibentuk karena
penenggelaman daratan atau naiknya muka laut. Dicirikan oleh garis garis pantai
yang tidak teratur, adanya pulau-pulau didepan pantai, teluk yang dalam, dan
lembah-lembah yang turun. Contoh pantai ini adalah :
a.
Pantai Ria : pantai yang sebelum tenggelam telah mengalami erosi darat terutama
proses fluviatil
b.
Pantai Fyord : pantai yang sebelum tenggelam mengalami proses glasiasi
Kenampakan pada peta topografi :
garis pantai tidak teratur
garis kontur berkelok-kelok tidak teratur
pantainya relative curam, ditandai dengan adanya garis kontur yang relative
rapat
perkampungan disekitar pantai umumnya tidak sejajar dengan garis pantai
2.
Pantai Naik (Emergence Coast)
Pantai yang dibentuk oleh majunya
garis pantai atau pun turunnya muka laut. Pantai ini dicirikan oleh garis
pantai yang relative lurus, relief-relief rendah, terbentuknya undak-undakan
pantai dan gosong pantai atau tanggul-tanggul dimuka pantai.
Kenampakan pada peta topografi :
garis pantai yang relative lurus, ditandai dengan kontur yang lurus
pantai yang relative landai, ditunjukkan oleh garis kontur yang renggang
jika dijumpai perkampungan umumnya relative sejajar dengan garis pantai
3.
Pantai Netral
Pantai yang tidak mengalami
penenggelaman ataupun penaikan dan biasanya dicirikan oleh adanya garis pantai
yang relative lurus-lurus, pantainya landai dan ombak tidak besar. Beberapa
contoh pantai ini antara lain :
a.
Pantai Delta
b.
Pantai dataran fluviatil
c.
Pantai gunung api
d.
Pantai terumbu karang
e.
Pantai sesar
Kenampakan pada peta topografi :
adanya delta plain, alluvial plain, dll
biasanya garis kontur renggang
bentuk garis pantainya relative lurus melengkung
sungai dimuara mempunyai banyak cabang, yang seolah-olah mempunyai pola sungai
berbentuk pohon (dendritik).
4.
Pantai Campuran
Pantai yang mempunyai kenampakan
lebih dahulu terbentuk daripada yang lain. Seperti kenampakan undak pantai,
lembah yang tenggelam, yang merupakan hasil dari naik turunnya permukaan air
laut.
Kenampakan pada peta topografi :
adanya dataran pantai, teras-teras (emergence)
adanya teluk-teluk dengan kontur yang relative rapat (submergence)
perkampungan tidak teratur
B.
Klasifikasi Pantai Secara Genetik dan Deskriptif
Klasifikasi ini disusun oleh
Valentine (1952). Ia mengemukakan bahwa kestabilan muka laut dipengaruhi oleh
fluktuasi iklim dan ketidakstabilan diastropik selama masa Kuarter. Valentine
menggabungkan pengaruh muka laut dan dinamika pantai dalam pemikirannya untuk
klasifikasi pantai yang sebagian secara genetic dan sebagian secara deskriptif
(Sharma, 1986).
C.
Klasifikasi Pantai Secara Tenaga Geomorfik
Shepard (1963) dikutip Sunarto
(1991) mengelompokkan pantai menjadi pantai primer (muda) dan pantai sekunder
(dewasa). Pantai primer terbentuk oleh tenaga-tenaga dari darat (erosi,
deposisi darat, gunungapi, sesar dan lipatan). Pantai sekunder terjadi dari
hasil proses laut, meliputi : erosi laut, deposisi laut dan bentukan oganik.
Kelebihan klasifikasi ini adalah pembagiannya yang lengkap, tetapi klemahannya
sulit ditrapkan unuk menentukan pantai primer yang telah berubah karena
proses-proses laut, sehingga pantai ini tidak jelas termasuk pantai primer atau
sekunder (Sharma, 1986).
1.
Macam-macam Pantai Primer
a.
Pantai karena erosi dari daratan. Erosi baik oleh sungai maupun glacial sebelum
mengalami pengangkatan.
pantai erosi fluvial yang tenggelam, misalnya Pantai Ria
tenggelamnya lembah-lembah glacial, misalnya Pantai Fyord
b.
Pantai yang dibentuk oleh pengendapan asal darat
-
pantai hasil pengendapan fluvial, misalnya pantai delta, pantai darata alluvial
yang turun (Pantai Semarang)
-
pantai pengendapan glacial, misalnya sebagai morena yang tenggelam atau sebagai
drumline yang tenggelam
-
pantai yang karena pengendapan pasir oleh angin (prograding sand dune)
-
meluasnya tumbuh-tumbuhan pada pantai atau rawa bakau yang luas (contohnya
pantai didekat Townsvill, timur laut Queensland, Australia)
c.
Bentuk pantai akibat aktifitas vulkanisme
-
pantai yang dipengaruhi oleh aliran lava masa kini. Cirinya jika lavanya basa
bentuk pantai tidak teratur, kalau asam bentuk pantai lebih teratur
-
pantai amblesan volkanik dan pantai kaldera
d.
Pantai yang terbentuk akibat adanya pengaruh diatrophism atau tektonik
-
pantai yang terbentuk karena patahan
-
pantai yang terbentuk karena lipatan
2.
Macam-macam Pantai Sekunder
a.
Bentuk pantai karena erosi laut
-
pantai yang berliku-liku karena erosi gelombang
-
pantai terjal yang lurus karena erosi gelombang
b.
Bentuk pantai karena pengendapan laut
-
pantai yang lurus karena pengendapan gosong pasir (bars) yang memotong teluk
-
pantai yang maju karena pengendapan laut
-
pantai dengan gosong pasir lepas pantai (offshore bars and longshore spit).
D. Klasifikasi
Pantai Secara Klimato-Genetik
Davies (1980) dikutip Sunarto (1991)
mengklasifikasikan pantai secara klimato-genetik. Klasifikasi ini didasarkan
pada hubungan antara energi gelombang dengan morfologi pantai, serta
memperhatikan signifikansi peninggalan sejarah dan aspek-aspek geologis dalam
evolusi pantai. Berdasarkan aspek klimato-genetik, pantai dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Pantai Lintang Rendah
Pantai ini dicirikan oleh energi
gelombang rendah dan lingkungan angin pasat. Sediment pantai banyak, sehingga
banyak pantai berbatu didaerah tropis. Ada beberapa pantai yang terjadi dari
kkarang dan ganggang. Terdapat hubungan antara variasi morfologi pantai dengan
wilayah hujan. Mangrove tumbuh didaerah beriklim tropik panas-basah,
sedangkan gemuk pantai terdapat dilingkungan yang briklim tropik panas-kering.
2.
Pantai Lintang Tengah
Pantai ini terdapat dilingkungan
gelombang berenergi tinggi, karena aktifitas gelombang dan abrasi bertenaga
tinggi itu maka cliff dan bentukan yang berasosiasi dapat berkembang dengan
baik.
3.
Pantai Lintang Tinggi
Pantai ini dicirikan dengan
gelombang berenergi rendah. Kebanyakan merupakan sisa-sisa pembentukan. Gisik
terbentuk dengan dominasi kerikil dan kerakal. Perkembngan morfologi cliff
dipengaruhi kuat oleh gerakan massa batuan dalam skala besar.
7. BENTANG ALAM GLASIAL
Bentang alam glasial adalah bentang alam yang proses
pembentukannya di control oleh proses gletser. Gletser merupakan massa es yang
mampu bertahan lama dan mampu bergerak karena pengaruh gaya gravitasi. Gletser
terbentuk karena salju yang mengalami kompaksi dan rekristalisasi.Gletser dapat
berkembang di suatu tempat setelah melewati beberapa periode tahun dimana es
terakumulasi dan tidak melebur atau hilang.
Tipe bentang alam glasial di bagi
menjadi dua macam yaitu alpine glaciation dan continental glaciation.Alpine
glaciation terbentuk pada daerah pegunungan sedangkan continental glaciation
terdapat pada suatu wilayah yang luas tertutup gletser.
Gletser terbentuk di daerah kutub
yang tingkat peleburannya pada musim panas sangat kecil. Gletser terbentuk oleh
akumulasi es dengan factor-faktor pendukung yaitu :
- Tingginya tingkat presipitasion
- Suhu lingkungan yang sangat rendah
- Pada musim dingin es terakumulasi
dalam jumlah besar
- Pada musim panas tingkat
peleburannya rendah
Tipe-tipe gletser :
1. Valley Glacier
Merupakan gletser pada suatu lembah
dan dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.Pada valley
glacier juga terdapat anak-anak sungai.Valley Glacier terdapat pada alpine
glaciation.
2. Ice Sheet
Merupakan massa es yang tidak
mengalir pada valley glacier tetapi menutup dataran yang luas biasanya >
50.000 kilometer persegi. Ice sheet terdapat pada continental glaciation yaitu
pada Greenland dan Antartika
3. Ice cap
Merupakan ice sheet yang lebih
kecil, terdapat pada daerah pegunungan seperti valley glacier contohnya di Laut
Arktik, Canada, Rusia dan Siberia.Ice sheet dan ice cap mengalir ke bawah dan
keluar dari pusat (titik tertinggi).
4. Ice berg
Ice shet yang bergerak kebawah
karena pengaruh gravitasi dan akhirnya hilang / terbuang dalam jumlah besar,
bila mengenai tubuh air maka balok-balok es tersebut akan pecah dan mengapung
bebas di permukaan air, hal ini disebut ice berg.
Proses Pembentukan Gletser
Snowfall terbentuk darri bubuk salju
yang warnanya terang, dengan udara yang terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes
). Snowflakes akan mengendap pada suatu tempat dan mengalami kompaki karena
berat jenisnya dan udara keluar. Sisi-sisi snowflakes yang jumlahnya enam akan
hancur dan berkonsolidasi menjadi salju yang berbentuk granular (granular
snow) lalu mengalami sementasi membentuk es gletser (glacier ice). Transisi
dari bentuk salju menjadi gletser dinamakan firn.
Glacial budget :
- Positif budget → bila dalam
periode waktu tertentu, jumlah gletser > es yang meleleh/hilang
- Negative budget → bila terjadi
penurunan volume gletser (menyusut).
Gletser dengan positive budget yang
tertekan keluar dan ke bawah pada tepinya disebut advancing budget, sedangkan
gletser dengan negative budget yang makin kecil volumenya dan tepinya meleleh
disebut receding budget. Bila jumlah es yang yang bertambah sama dengan volume
penyusutan es maka nilai advancing budget seimbang dengan receding budget, hal
ini disebut balance budget.
Bagian atas glacier disebut zone of
accumulation → tertutup oleh es abadi.Bagian bawah glacier disebut zone of
wastage → es hilang (mencair atau terevaporasi).
Batas antara kedua zona disebut firn
limit yang pergerakannya tergantung apakah es terakumulasi atau terbuang. Bila
firn limit bergerak ke bawah dari tahun ke tahun, maka disebut positive budget,
bila firn limit bergerak ke atas, disebut negative budget. Bila firn limit
berada di tempat yang tetap, dinamakan balanced budget.
Terminus merupakan tepi bawah
gletser yang bergerak makin jauh ke bawah lembah ketika valley glacier
mengalami positive budget.Bila mengalami negative budget (gletser menyusut)
maka terminus bergerak ke bagian atas lembah.
Bila Ice sheet mangalami positive
budget, maka terjadipenambahan volume dan terminus mengalami kemajuan dan bila
meluas sampai ke laut maka volume atau jumlah ice berg di laut bebas
meningkat.Penambahan dan pengurangan ice berg merupakan indikator perubahan
musim.Meningkatnya jumlah dan volume ice berg menandakan suhu makin dingin dan
presipitasi makin tinggi.
Bentang alam akibat erosi
Berikut ini adalah macam-macam
bentang alam akibat terjadinya erosiyang terbentuk pada alpine glaciation
antara lain :
1. Truncated Spurs
Merupakan bagian bawah tepi lembah
yang terpotong triangular faced karena erosi glasial. Makin tebal gletser makin
besar erosi pada bagian bawah lantai lembah.Makin besar erosi maka
mengakibatkan pendalaman lembah dan anak sungainya sedikit.
2. Hanging valley
Ketika gletser tidak terlihat lagi,
anak sungai yang tersisa menyisakan hanging valley yang tinggi diatas lembah
utama. Meskipun proses glasial membentuk lembah menjadi lurus dan memperhalus
dinding lembah, es meyebabkan permukaan batuan dibawahnya terpotong menjadi
beberapa bagian, tergantung resistensinya terhadap erosi glasial.
3. Rock basin lake
Air meresap pada celah batuan,
membeku dan memecah batuan sehingga lapisan batuan kehilangan bagiannya,
digantikan es dan ketika melelh kembali terbentuk rock basinlake.
4. Cirques
Merupakan sisi bagian dalam yang
dilingkari glacier valley, berisi gletser dari glacier valley yang tumpah ke
bawah. Terbenruk karena proses glasial, pelapukan dan erosi dinding lembah.
5. Bergschrund
Merupakan batuan yang telah pecah,
berguling-guling dan jatuh ke valley glacier lalu jatuh ke crevasse.
6. Horn
Merupakan puncak yang tajam karena
cirques yang terpotong / ada bagian yang hilang karena erosi ke arah hulu pada
beberapa sisinya.
7. Aretes
Merupakan sisi dinding lembah yang
mengalami pemotongan dan pendalaman sehingga bagian tepinya menjadi tajam,
karena proses frost wedging.
8. Crevasses
Merupakan celah yang lebar
(terbuka). Bila celah tertutup (sempit) disebut closed crevasses.
Bentang Alam Karena Proses
Pengendapan Gletser
Berikut ini adalah macam-macam
bentang alam glasial karena proses pengendapan gletser antara lain :
1. Till
Merupakan batuan yang hancur dari
dinding lembah yang terendapkan mengisi valley glacier, berasal dari ice sheet
membawa fragmen batuan yang terkikis (fragmennya lancip) karena bertabrakan dan
saling bergesek dengan batuan lain. Berukuran clay-boulder, unsorted.
2. Erratic
Merupakan es berukuran boulder yang
tertransport oleh es yang berasal dari lapisan batuan yang jauh letaknya.
3. Moraines
Merupakan till yang terbawa jauh
glacier dan tertinggal / mengendap setelah glacier menyusut.Material-material
lepas yang jatuh dari lereng yang terjal sepanjang valley glacierterakumulasi
pada sepanjang sisi es.
Lateral Moraines → Moraines yang
tertimbun sepanjang sisi gletser
Medial Moraines → Gabungan anak-anak
sungai yang dekat Lateral Moraines membawa gletser turun sepanjang sisi till,
dari atas tampak seperti multilane highway (lintasan-lintasan pada daerah
tinggi).
End Moraines → Tepi till yang
tertimbun sepanjang sisi es, merupakan terminus yang tersisa yang tetap selama
beberapa tahun, mudah dilihat. Valley glacier membentuk end moraines yang
berbentuk seperti bulan sabit.
Bentuk-bentuk End Moraines :
• Terminal Moraines → End Moraines
yang terbentuk karena terminus bergerak maju jauh dari es.
• Recessional Moraines → End
Moraines yang terbentuk karena terminus tidak mengalami perubahan (tetap).
• Ground Moraines → Till yang tipis,
seperti lapisan-lapisan karena batuan yang terseret aleh gletser lalu
mengendap.
4. Drumlin
Merupakan ground moraines yang
terbentuk kembali seperti alur-alur sungai lembah till, bentuknya seperti
sendok terbalik. Porosnya sejajar dengan arah gerakan es.Dihasilkan oleh ice
sheet yang tertransport jauh dan terbentuk kembali menjadi endapan till setelah
melalui lereng yang dangkal.
PERAN GEOMORFOLOGI
Geomorfologi lingkungan
merupakan bagian dari ilmu kebumian yang mengkaji hubungan antara manusia
dengan lingkungan dari sudut geomorfologi yang kemudian menjadi terapan praktis
untuk pemecahan masalah yang ditimbulkan manusia akibat penggunaan atau
pengubahan proses pada atau dekat permukaan lahan.
Contoh dari peranan geomorfologi dalam lingkungan yaitu pemanfaatan ilmu geomorfologi dalam perencanaan suatu pembangunan perumahan pada suatu wilayah agar seminim mungkin mengalami resiko geomorfologikal
. Dalam hal ini geomorfologi berperan memilih dan menentukan suatu wilayah yang tepat untuk dijadikan sebagai lahan permukiman. Hal tersebut dapat ditentukan dengan mempelajari terlebih dahulu bagaimana morfologi suatu wilayah tersebut, termasuk bentukanlahan apa, hasil proses geomorfologi apa, apa proses geomorfologi intensif yang bekerja, dan apa batuan penyusun bentuklahan tersebut.
Dengan mengetahui beberapa unsur tersebut kita dapat menganalisis dan meyimpulkan apakah suata wilayah sesuai untuk dibangun suatu permukiman, bahkan kita juga dapat mencari suatu pencegahan atau solusi terhadap resiko geomorfologi yang mungkin terjadi pada permukiman yang sudah dibangun pada lokasi yang kurang tepat. Contohnya suatu perencanaan proyek pembangunan kompleks perumahan kecil pada lokasi datar seluas 3 hektar, setelah diteliti ternyata lokasi tersebut merupakan bentuklahan dataran banjir, yang terbentuk akibat proses fluvial, dengan material penyusun lahan berupa tanah alluvial akibat pengendapan material yang terangkut oleh aliran sungai yang sebagian besar tersusun oleh pasir dan lempung.
Contoh dari peranan geomorfologi dalam lingkungan yaitu pemanfaatan ilmu geomorfologi dalam perencanaan suatu pembangunan perumahan pada suatu wilayah agar seminim mungkin mengalami resiko geomorfologikal
. Dalam hal ini geomorfologi berperan memilih dan menentukan suatu wilayah yang tepat untuk dijadikan sebagai lahan permukiman. Hal tersebut dapat ditentukan dengan mempelajari terlebih dahulu bagaimana morfologi suatu wilayah tersebut, termasuk bentukanlahan apa, hasil proses geomorfologi apa, apa proses geomorfologi intensif yang bekerja, dan apa batuan penyusun bentuklahan tersebut.
Dengan mengetahui beberapa unsur tersebut kita dapat menganalisis dan meyimpulkan apakah suata wilayah sesuai untuk dibangun suatu permukiman, bahkan kita juga dapat mencari suatu pencegahan atau solusi terhadap resiko geomorfologi yang mungkin terjadi pada permukiman yang sudah dibangun pada lokasi yang kurang tepat. Contohnya suatu perencanaan proyek pembangunan kompleks perumahan kecil pada lokasi datar seluas 3 hektar, setelah diteliti ternyata lokasi tersebut merupakan bentuklahan dataran banjir, yang terbentuk akibat proses fluvial, dengan material penyusun lahan berupa tanah alluvial akibat pengendapan material yang terangkut oleh aliran sungai yang sebagian besar tersusun oleh pasir dan lempung.
PENERAPAN GEOMORFOLOGI
Terapan geomorfologi dalam
hidrologi, yang membahas hidrologi di daerah karst dan air tanah daerah
glasial. Masalah hidrologi di daerah karst dapat diketahui dengan baik apabila
geomorfologinya diketahui secara mendalam. Air tanah di daerah glasial
tergatung pada tipe endapannya, dan tipe endapan ini dapat lebih mudah didekati
dengan geomorfologi.
Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu membahas pendekatan geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan residu, mineral epigenetik, dan endapan bijih.
Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek keteknikan yang dibahas meliputi jalan raya, penentuan pasir, dan kerakal, pemilihan situs bendungan dan geologi militer. Terapan geomorfologi dalam keteknikan ini semua aspek geomorfologi dipertimbangkan
Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur minyak di AS yang ditentukan dengan pendekatan geomorfologi terutama bentuklahan termasuk topografi, untuk mengenal struktur geologi dalam penentuan terdapatnya kandungan minyak.
Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu menyangkut pemetaan tanah, kajian pantai, dan erosi.
Setelah dianalisis meskipun lokasi tersebut datar namun lokasi tersebut kurang tepat apabila direncanakan untuk pembangunan kompleks perumahan, karena secara geomorfologi lokasi tersebut merupakan dataran banjir yang pada musim hujan akan tergenang oleh luapan air sungai, sehingga apabila lokasi tersebut tetap dibangun suatu kompleks perumahan maka pada saat musim hujan dipastikan kompleks perumahan akan tergenang air, selain itu pembangunan perumahan di sekitar aliran sungai dapat merusak keseimbangan DAS akibat adanya perubahan proses yang dilakukan oleh manusia di dekat DAS tersebut.
TERAPAN DI BIDANG PERENCANAAN WILAYAH
Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu membahas pendekatan geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan residu, mineral epigenetik, dan endapan bijih.
Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek keteknikan yang dibahas meliputi jalan raya, penentuan pasir, dan kerakal, pemilihan situs bendungan dan geologi militer. Terapan geomorfologi dalam keteknikan ini semua aspek geomorfologi dipertimbangkan
Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur minyak di AS yang ditentukan dengan pendekatan geomorfologi terutama bentuklahan termasuk topografi, untuk mengenal struktur geologi dalam penentuan terdapatnya kandungan minyak.
Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu menyangkut pemetaan tanah, kajian pantai, dan erosi.
Setelah dianalisis meskipun lokasi tersebut datar namun lokasi tersebut kurang tepat apabila direncanakan untuk pembangunan kompleks perumahan, karena secara geomorfologi lokasi tersebut merupakan dataran banjir yang pada musim hujan akan tergenang oleh luapan air sungai, sehingga apabila lokasi tersebut tetap dibangun suatu kompleks perumahan maka pada saat musim hujan dipastikan kompleks perumahan akan tergenang air, selain itu pembangunan perumahan di sekitar aliran sungai dapat merusak keseimbangan DAS akibat adanya perubahan proses yang dilakukan oleh manusia di dekat DAS tersebut.
TERAPAN DI BIDANG PERENCANAAN WILAYAH
Melalui hasil, analisis
lokasi tersebut lebih tepat dijadikan sebagai lahan pertanian, karena sifat
tanahnya yang subur yang berupa hasil pengendapan material hulu (gunung). Hasil
analisis tersebut juga dapat dijadikan dasar untuk memecahkan permasalahan
banjir pada perumahan yang telah terlanjur didirikan di daerah dataran banjir,
yaitu dengan merancang rumah berlantai/bertingkat ataupun dengan pembangunan
tanggul yang kokoh untuk menghindari luapan air sungai pada saat musim hujan
(resiko geomorfologi).
BAB VI GEOGRAFI
PERTANIAN DAN PERMASALAHAN PANGAN
1.
PENGERTIAN GEOGRAFI PERTANIAN
-
Prof. Bintarto : Geografi
mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk
hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan
regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.
- Claudius
Ptolomeus : mempelajari hal, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia dan
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
- Erastothenes
: geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau
penggambaran mengenai bumi.
- Ellsworth
Hunthington: memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya
dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
- Menurut
Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan
atau penggambaran mengenai bumi.
- Menurut
Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian
dan seluruh permukaan bumi.
- John
Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi sebagai
satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
- Ekblaw
dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan
yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat
rekreasi yang kita nikmati.
- Preston
E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang
menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal
balik antara manusia dan habitatnya.
- Menurut
Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang.
- Maurice
Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah kelompok manusia
dan organisasinya di muka bumi.
- Paul
Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala
dari segi hubungan keruangan.
- Suatu
definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang
tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam
konteks keruangan.
- UNESCO
(1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian
perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.
B.
Pengertian pertanian
Dalam
arti yang sempit pertanian adalah suatu kegiatan bercocok tanam.
Dalam arti yang luas pertanian adalah segala kegiatan manusia yang meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan. cocok tanam perikanan
Dalam arti yang luas pertanian adalah segala kegiatan manusia yang meliputi kegiatan bercocok tanam, perikanan, peternakan dan kehutanan. cocok tanam perikanan
Pertanian
adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk
agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan.
Pemanfaatan sumber daya ini terutama berarti budi daya (bahasa Inggris:
cultivation, atau untuk ternak: raising). Namun demikian, pada sejumlah kasus —
yang sering dianggap bagian dari pertanian — dapat berarti ekstraksi semata,
seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (bukan agroforestri).
Usaha pertanian memiliki dua ciri
penting:
1. selalu
melibatkan barang dalam volume besar
2. proses produksi
memiliki risiko yang relatif tinggi.
Dua ciri khas ini muncul karena
pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan
memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses
produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga,
hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha
pertanian dunia masih tetap demikian.
Sebagai kegiatan ekonomi, pertanian
dapat dipandang sebagai suatu sistem yang dinamakan agribisnis. Dalam kerangka
berpikir sistem ini, pengelolaan tempat usaha dan pemilihan bibit (varietas,
galur, dan sebagainya) biasa diistilahkan sebagai aspek “hulu” dari pertanian,
sementara distribusi, pengolahan, dan pemasaran dimasukkan dalam aspek “hilir”.
Budidaya dan pengumpulan hasil merupakan bagian dari aspek proses produksi.
Semua aspek ini penting dan bagaimana investasi diarahkan ke setiap aspek
menjadi pertimbangan strategis.
C.
Pengertian geografi pertanian
Salah satu kajian dalam geografi adalah geografi pertanian. Pengertian geografi pertanian di jelaskan oleh Singh dan
Dhilon ( 1984 : 3 ), yaitu bahwa geografi pertanian merupakan deskripsi
tentang seni mengolah tanah dalam skala luas dengan memperhatikan kondisi
lingkungan alam dan manusia. Sedangkan Ibery (1985) mengungkapkan bahwa
geografi pertanian merupakan usaha untuk menjelaskan mengenai variasi aktivitas
pertanian secara spasial pada suatu wilayah di permukaan bumi.
Menurut Sutanto ( April 2000 : 36 ) yang didasarkan pada pendapat
Haggett, bahwa Geografi mengkaji terpolanya fenomena geosfer di dalam ruang
pada saat tertentu. Pola tersebut terbentuk berdasarkan struktur spasial dan
proses spasial. Pola tersebut terbentuk berdasarkan struktur spasial dan proses
spasial. Sedangkan ruang (space) adalah luasan atau daerah di permukaan bumi.
Geografi Pertanian mempelajari mengenai konsep dan lingkungan geografi
pertanian, klasifikasi sistem pertanian, faktor produksi pertanian dan
karakteristik sistem pertanian, studi perkembangan pertanian, pembangunan
pertanian dan penelitian sistem pertanian.
Terdapat Beberapa definisi :
1.
Ahli geografi tidak memandang Geografi Pertanian sebagai satu bagian besar
dalam geografi, tetapi mereka mengkelaskan Geografi Pertanian adalah sebagai
bagian dari pada Geografi Ekonomi.
2.
Kebanyakan ahli geografi menerima Geografi Pertanian sebagai bagian dari pada
Geografi Manusia.
3.
Geografi Pertanian adalah lebih sesuai dipanggil dengan geografi
"pembiak-baik" manusia terhadap tanah (man's husbandary of lands),
yaitu aktivitas memanfaatkan tanaman dan ternakan untuk kegunaan sendiri atau
untuk faedah ekonomi.
Geografi pertanian yaitu Ilmu yang mengkaji kegiatan pertanian
di berbagai belahan bumi sebagai hasil interaksi manusia dengan alam.
Hal yang dikaji dalam Geografi Pertanian yaitu:
Hal yang dikaji dalam Geografi Pertanian yaitu:
a. Kawasan pertanian
Kawasan pertanian yaitu lahan yang di gunakan manusia untuk usaha pertanian. Kawasan pertanian di muka bumi ini cenderung semakin sempit. Hal ini karena jumlah manusia di dunia ini semakin bertambah, serta kebutuhan hidupnya juga semakin bertambah.
Kawasan pertanian yaitu lahan yang di gunakan manusia untuk usaha pertanian. Kawasan pertanian di muka bumi ini cenderung semakin sempit. Hal ini karena jumlah manusia di dunia ini semakin bertambah, serta kebutuhan hidupnya juga semakin bertambah.
b. Deskripsi komoditas pertanian
Komoditas pertanian adalah segala jenis produk yang di hasilkan dari usaha pertanian yang di perjual belikan.
Komoditas pertanian adalah segala jenis produk yang di hasilkan dari usaha pertanian yang di perjual belikan.
c. Sistem pertanian selalu mengalami perubahan dari waktu
ke waktu sesuai dengan perkembangan jaman. Perubahan yang terjadi dapat secara
cepat (revolusi) maupun lambat (evolusi).Jaman dahulu manusia hanya dapat
menggunakan tenaga ternak (sapi, kerbau) untuk membajak, namun sekarang manusia
dapat memanfaatkan ilmu teknologi untuk membajak sawahnya yaitu dengan
menggunakan traktor.
d. Sumber daya alam sebagai produksi
pertanian.
Produk-produk pertanian merupakan suatu sumber daya alam, lebih tepatnya lagi sumber daya alam yang dapat di perbaharui.
Produk-produk pertanian merupakan suatu sumber daya alam, lebih tepatnya lagi sumber daya alam yang dapat di perbaharui.
e. Klasifikasi penggunaan lahan untuk
pertanian
Penggunaan lahan pertanian di muka bumi ini secara umum dapat di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu lahan pertanian subur, sedang serta gersang / tidak subur.
Penggunaan lahan pertanian di muka bumi ini secara umum dapat di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu lahan pertanian subur, sedang serta gersang / tidak subur.
f. Faktor
determinan ( fisik dan non fisik) dalam pertanian
Pada masa dahulu, faktor determinan masih sangat kuat pengaruhnya dalam pertanian sehingga menyulitkan usaha manusia dalam halpertanian. Namun seiring dengan perkembangan jaman, manusia dapat menyiasati dengan berbagai hal
Pada masa dahulu, faktor determinan masih sangat kuat pengaruhnya dalam pertanian sehingga menyulitkan usaha manusia dalam halpertanian. Namun seiring dengan perkembangan jaman, manusia dapat menyiasati dengan berbagai hal
g. Peningkatan produksi pertanian
Usaha manusia dalam rangka meningkatkan produksi pertaniannya merupakan hal yang menarik untuk di kaji dalam geografi sosial. Usaha-usaha yang dilakukan dalam peningkatan ini dapat secara tradisional maupun modern.
Usaha manusia dalam rangka meningkatkan produksi pertaniannya merupakan hal yang menarik untuk di kaji dalam geografi sosial. Usaha-usaha yang dilakukan dalam peningkatan ini dapat secara tradisional maupun modern.
h. Dampak
pertanian
Dalam melakukan kegiatan pertanian, manusia tidak jarang melakukan tindakan yang dapat merusak lingkukngan tempat tinggalnya.
Dalam melakukan kegiatan pertanian, manusia tidak jarang melakukan tindakan yang dapat merusak lingkukngan tempat tinggalnya.
i. Selain yang disebutkan di atas, geografi pertanian
seharusnya juga mengkaji tentang : sistem pertanian, karakteristik usaha tani,
klasifikasi usaha tani, budidaya pertanian, pertanian lahan kering, pertanian
lahan basah, faktor kendala usaha tani, budidaya pertanian, pertanian di wilayah tropis dan non-tropis, kegiatan pertanian dan pembangunan, strategi
pengembangan pertanian
Adapun objek atau tujuan geografi
pertanian menurut Singh dan Dhilon ( 1984 : 7 ) yaitu:
1.
Perbedaan macam-macam pertanian yang
tersebar di muka bumi dan fungsinya dalam spasial
2.
Tipe-tipe pertanian yang
dikembangkan di daerah tertentu, persamaan dan perbedaan dengan daerah lain.
3.
Menganalisa pelaksanaan sistem
pertanian dan proses perubahannya
4.
Arah dan isi perubahan dalam
pertanian.
5.
Batas wilayah-wilayah produksi hasil panen dan kombinasi hasil panen atau
perusahaan pertanian
6.
Menghitung dan menguji tingkat
perbedaan antara wilayah
7.
Identifikasi wilayah yang
produktivitas pertaniannya lemah; dan
8.
Mengungkap wilayah pertanian yang
stagnasi, transisi, dan dinamis.
Dari konsep
dalam geografi pertanian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa geografi
pertanian mempelajari variasi aktivitas pertanian dengan memperhatikan keadaan
manusia dan lingkungan alam. Variasi aktivitas pertanian di suatu wilayah
tertentu. Geografi pertanian juga merupakan kajian mencakup perubahan,
ide, gagasan, dan metode ilmu sosial kontemporer, ketika bergerak melampaui
produksi berbasis pertanian untuk mengatasi masalah-masalah yang mempengaruhi
produksi dan konsumsi makanan dan serat di seluruh dunia.
D.
Kedudukan geografi pertanian dalam ilmu geografi
Kedudukan
geografi pertanian dalam geografi pertanian dalam geografi umumnya adalah
sesungguhnya mempelajari geografi erat pula kaitannya dengan disiplin ilmu
lain. Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar diatas yakni menunjukkan
bahwa geografi pertanian mempunyai hubungan timbale-balik dengan ilmu-ilmu lain
dalam ilmu geografi khususnya dalam kelompok aspek social geografi yang berada
di bawah pada disiplin ilmu geografi ekonomi. Artinya antara geografi pertanian
dengan disiplin ilmu lain saling mendukung dan melengkapi. Dalam pengertian
yang dikemukakan oleh Ibery (1985) mengungkapkan bahwa geografi pertanian
merupakan usaha untuk menjelaskan mengenai variasi aktivitas pertanian secara
spasial pada suatu wilayah di permukaan bumi. Jadi, pertanian dilihat dari segi
spasial dan social ekonominya. Geografi memandang pertanian sebagai bagian yang
dapat dimanfaatkan dalam ekonomi dan melingkupi spasial serta social lingkungan
sekitar.
Dari
gambar diatas dapat dinyatakan bahwasanya geografi pertanian adalah bagian dari
geografi ekonomi. Dimana geografi ekonomi tersebut merupakan bagian dari
geografi manusia, sedangkan geografi manusia merupakan bagian dari geografi
sistemik yang di dalamnya terdapat juga geografi fisik.
E.
Aplikasi geografi pertanian
Geografi pertanian
mencakup banyak hal secara luas di bidang pertanian. Tidak hanya alam,
manusia dan tanaman saja, tetapi juga geografi pertanian ini mencakup perbedaan
kawasan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian yang berhubungan
dengan kondisi sosial dan ekonominya.
Hal –hal yang berkaitan dalam
geografi pertanian
Geografi pertanian merupakan
gabungan dari kegiatan ekonomi
dan sosial dan alam yang saling berkaitan dan berkesinambungan.
Perkembangan kegiatan pertanian yang dilakukan, meliputi:
·
Lahan pertanian
Kebutuhan akan lahan pertanian
yang produktif semakin lama semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan
pangan masyarakat menyebabkan perluasan lahan pertanian menjadi sangat penting.
Geografi pertanian membahas bagaimana lahan pertanian agar tetap produktif dan
tersedia.
Tetapi kini lahan pertanian yang
produktif semakin sedikit. Hal ini disebabkan berkurangnya lahan akibat
perluasan lahan pemukiman penduduk.
Selain itu, banyak lahan pertanian menjadi kritis dan tidak dapat ditanami
karena pemakaian lahan yang tidak seimbang/sehat.
Selain itu, geografi pertanian terhadap lahan pertanian
ini juga meliputi penggunaan jenis lahan yang berbeda. Penggunaan
budidaya diatas lahan kering berbeda dengan lahan basah. Hal ini
berhubungan dengan jenis tanaman yang dapat ditanaman pada lahan-lahan
tersebut. Dampaknya adalah, hasil pertanian yang dihasilkan tergantung dari
kondisi lahan yang digunakan.
Produksi tanaman
Memenuhi kebutuhan akan pangan
dengan meningkatkan produksi pertanian. Proses budidaya yang dilakukan sampai
proses ekonomi yaitu jual beli produk pertanian saling berkaitan dan
berhubungan. Geografi pertanian mencakup dari mulai benih tanaman
disebar sampai menjadi hasil yang siap dijual.
·
Konservasi sumber daya alam
Dalam penerapan geografi pertanian
mencakup dalam menunjang proses konservasi sumber daya alam. Menjaga
kelestarian sumber plasmanutfah yang penting dan berguna bagi manusia dan
mencegah agar tidak terjadi kepunahan.
·
Penggunaan teknologi pertanian
Dalam geografi pertanian, penggunaan
teknologi pertanian sangatlah penting. Peningkatan jumlah produksi
pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya kemajuan teknologi pertanian
ini. Manusia mulai menciptakan peralatan dan mesin pertanian yang lebih
maju dan efektif yang dapat mempercepat waktu panen dan pengolahan.
·
Dampak lingkungan
Kerusakan lingkungan dapat
disebabkan dari eksploitasi berlebihan penggunaan lahan pertanian yang tidak
seimbang. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan
resistensi dari hama dan akan menyebabkan terjadinya wabah atau serangan
terhadap lingkungan tersebut. Geografi pertanian membahas kerusakan lingkungan
dengan menggunakan analisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL.
Geografi pertanian sebenarnya
mencakup banyak hal yang saling berkaitan. Tidak hanya manusia dan alam
saja, nilai ekonomis dan sosialnya juga lebih diperhatikan.
F. Ruang lingkup geografi pertanian
a.
Menurut Tarrant : Aspek Lingkungan Lingkungan fisis mempunyai peranan penting
dan mengontrol dalam pembuatan keputusan dalam penggunaan lahan pertanian,aspek
Ekonomi, Faktor ekonomi merupakan aspek yang menentukan pilihan petani
untuk kelangsungan usaha taninya,, aspek Sosial Lingkungan sosial budaya suatu
masyarakat akan berperan dalam kegiatan pertanian.Pengkajian dalam
Mengenali Faktor yang Memengaruhi Pertanian
Melihat kenyataan bahwa pertanian merupakan salah satu Bentuk
pengolahan sumber daya alam, sehingga tidak dimungkiri lagi kalau alamlah yang
menjadi faktor utama dalam keberadaan lahan pertanian pada umumnya. Nah,
berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi pertanian serta peranannya.
a. Faktor Alami
Apabila kamu mampu membedakan berbagai Bentuk perwujudan penggunaan
lahan di bidang pertanian, setidaknya kamu akan menemukan faktor alami yang
memengaruhi perbedaan tersebut.
1) Iklim
Iklim mempunyai beberapa unsur atau parameter, yang tentunya juga
bisa diukur. Lihat saja sawah tadah hujan yang tergantung dari ada tidaknya
hujan, dalam arti yang luas yaitu ketersediaan air. Ya, seperti inilah peranan
unsure iklim. Kamu telah belajar beberapa unsur iklim, sekarang cobalah temukan
unsur iklim yang memengaruhi pertanian, jelaskan pula bagaimana peranannya.
Kamu bisa menjawabnya dengan melakukan wawancara terhadap petani. Berikut ini
salah satu contoh klasifikasi ketersediaan air berdasarkan zona agroklimat
menurut Oldeman.
Tabel 3.8 Zona Agroklimat Menurut Oldeman (1975)
2) Tanah
Tanah merupakan faktor penting dalam pertanian, karena tanah sampai
saat ini merupakan media utama yang digunakan untuk media pertanian. Meskipun
akhir-akhir ini berkembang pertanian tanpa menggunakan media tanah,
perkembangan itu juga layak kamu ikuti, siapa tahu bermanfaat bagimu. Komponen
tanah yang dipertimbangkan terutama kesuburan tanah, tetapi kita harus ingat
bahwa kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyangkut sifat
kimia, fisik, dan biologi tanah.
Masih ingat bukan apa saja sifat-sifat kimia, fisik, dan biologi
tanah? Beberapa sifat kimia di antaranya kadar N (nitrogen), P (fosfor), dan K
(potasium). Fungsi nitrogen dalam tanah terutama untuk memperbaiki pertumbuhan
tanaman dan pembentukan protein. Fosfor membantu dalam pembentukan sel, bunga,
buah, dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat batang dan ketahanan
terhadap penyakit. Sementara potassium mempercepat akar. Berikut ini
klasifikasi kadar N, P, dan K untuk pertumbuhan tanaman.
Tabel
3.9 Klasifikasi N, P, dan K untuk Pertumbuhan Tanaman
Sementara itu, sifat fisik tanah yang banyak dipertimbangkan, yaitu
drainase tanah, tekstur tanah, serta kedalaman efektif tanah. Drainase
menggambarkan sifat kecepatan perpindahan air dari suatu bidang. Tekstur tanah
menunjukkan ukuran butir tanah. Sifat tekstur berpengaruh pada kemudahan
pertumbuhan akar tanaman dan pengolahannya.
Nah, bagaimana menilai tekstur tanah pun pernah kamu praktikkan di
kelas X. Adapun kedalaman efektif menunjukkan kedalaman tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman, yaitu lapisan yang masih bisa ditembus oleh akar tanaman.
Lalu bagaimanakah karakteristik faktor-faktor tersebut yang mendukung terhadap
pertanian? Cermati tabel-tabel berikut ini.
Tabel
3.10 Klasifikasi dan Kriteria Tekstur Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman
Tabel 3.11 Klasifikasi dan Kriteria Drainase Tanah untuk Pertumbuhan
Tanaman
Tabel 3.12 Klasifikasi dan Kriteria Kedalaman Tanah Efektif untuk
Pertumbuhan Tanaman
3) Kondisi Medan
Kondisi medan di sini berbeda dengan tanah. Menurut van Zuidam,
medan adalah suatu bidang lahan yang berhubungan dengan sifat-sifat fisik
permukaan dan dekat permukaan yang kompleks dan penting bagi manusia. Jadi,
kondisi medan lebih memandang bagaimana konfigursi permukaan Bumi yang
ditentukan oleh kemiringan lereng, ada tidaknya singkapan batuan, serta keadaan
batuan atau bahan kasar di permukaan Bumi.
Bahan kasar tersebut seperti kerikil, kerakal, dan batuan biasa.
Menurutmu mengapa hal ini perlu dipertimbangkan? Bisakah kamu bayangkan seorang
petani harus membajak sawah pada lokasi yang masih terdapat banyak batuan?
Pasti akan sangat sulit dalam pengolahan lahannya bukan? Tidak hanya itu,
bahkan factor persebaran bahan kasar ini juga menentukan pertumbuhan tanaman.
Selain itu, medan memengaruhi kondisi kestabilan lahan untuk
bangunan. Meskipun kestabilan lahan tidak banyak berperan dalam memengaruhi
keberadaan lokasi pertanian, namun perlu juga dipertimbangkan karena menyangkut
kelangsungan lahan pertanian itu sendiri. Berikut ini criteria dan klasifikasi
medan yang bisa digunakan sebagai pedoman penilaian kelayakan lahan untuk
pertanian.
Tabel 3.13 Klasifikasi Medan Berdasarkan Kemiringan Lereng,
Persentase Bahan Kasar, dan Singkapan Batuan
b. Faktor Ekonomis dan Manusia
Bagaimana faktor ini memengaruhi pertanian? Pertanian dapat
dikatakan sebagai proses produksi. Suatu proses produksi akan mempertimbangkan
keuntungan secara ekonomi termasuk manusia sebagai salah satu modal dalam
pengelolaan pertanian.
1) Manusia
Manusia sebagai tenaga pengelola lahan dibutuhkan dalam pertanian.
Di beberapa tempat yang tersedia tenaga kerja yang melimpah, maka pertanian
cenderung menggunakan tenaga manusia lebih banyak. Selain itu, keahlian yang
dimiliki oleh tenaga kerja juga berpengaruh terhadap hasil pertanian.
2) Modal
Ketersediaan modal memengaruhi beberapa bagian dalam sistem
pertanian. Pengaruhnya sering bisa dilihat dari hasil pertanian. Petani dengan
modal yang terbatas, mempunyai keterbatasan dalam pengelolaan lahan, seperti
penggunaan mesin, pemupukan dan lain sebagainya. Berbeda dengan petani yang
mempunyai modal cukup. Sekarang coba kamu temukan bentuk lain pengaruh modal
terhadap sistem pertanian.
3) Teknologi
Teknologi bisa membantu mengolah lahan menjadi lebih produktif.
Beberapa bentuk teknologi antara lain irigasi dan penggunaan mesin. Menggunakan
bantuan keduanya, hasil panen bisa meningkat. Selain itu, dengan teknologi
petani juga bisa mengatasi berbagai keterbatasan lahan. Kemajuan teknologi
mendorong penemuan yang terkait dengan dunia pertanian, seperti pengembangan
akuakultur, pengembangan pupuk, dan penanggulangan penyakit.
4) Permintaan Pasar
Permintaan pasar menjadi faktor yang memengaruhi pertanian secara
komersial. Ketika permintaan naik, maka petani akan berusaha untuk memenuhi
target pemintaan pasar. Sebaliknya ketika permintaan menurun, kegiatan
pertanian tidak menunjukkan geliat yang berarti.
5) Pemerintah
Pemerintah memberikan pengaruh pada pertanian dengan kebijakan dan
bantuan yang diberikan kepada petani, seperti subsidi pupuk, bantuan
pengembangan sarana irigasi, pembangunan waduk, pelatihan pengembangan
pertanian, dan sebagainya.
Sekarang kamu sudah mengetahui apa yang memengaruhi berkembang
tidaknya suatu pertanian. Jadi, bisakah kamu bayangkan bagaimana lokasi
pertanian yang ideal? Yang perlu kamu pertimbangkan jika akan mengembangkan
lahan menjadi lahan pertanian adalah tanaman apa yang hendak kamu tanam di
lahan tersebut dan apakah tanaman itu cocok dengan kondisi lahan. Nah, berikut
ini kamu akan belajar bagaimana menilai lahan untuk pertanian.
IRIGASI
Jenis – jenis Irigasi
- Irigasi
Permukaan = merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai
melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free
intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan
tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah
gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
-
Irigasi lokal = Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di
sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih
dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara
lokal.
-
Irigasi dengan Penyemprotan = Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot
air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga
tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes
ke akar.
-
Irigasi tradisional dengan menggunakan ember = Di sini diperlukan tenaga
kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan
tenaga kerja yang harus menenteng ember.
- Irigasi
dengan sistem Pompa Air = Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan
melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan
pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
TUJUAN IRIGASI
Selain untuk mengairi sawah atau lahan pertanian, irigasi juga memiliki tujuan
lain, yaitu :
1.
Memupuk atau merabuk tanah
Air sungai juga memiliki
zat – zat yang baik untuk tanaman
2. Membilas air kotor
Biasanya ini didapat di
perkotaan. Saluran – saluran di daerah perkotaan banyak sekali terdapat kotoran
yang akan mengendap apabila dibiarkan, sehingga perlu dilakukan pembilasan.
3. Kultamase
Kultamase ini hanya dapat
dilakukan bila air yang mengalir banyak mengandung mineral, material kasar. Karena
material ini akan mengendap bila kecepatan air tidak mencukupi untuk
memindahkan material tersebut.
4. Memberantas hama
Gangguan hama pada tanaman
seperti sudep, tikus, wereng dan ulat dapat diberantas dengan cara menggenangi
permukaan tanah tersebut dengan air sampai batas tertentu.
5. Mengatur suhu tanah
Mengatur suhu tanah,
misalnya pada suatu daerah suhu tanah terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman maka suhu tanah dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan
air yang bertujuan merendahkan suhu tanah.
6. Membersihkan tanah
Membersihkan tanah,
dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat adanya unsur-unsur racun dalam
tanah. Salah satu usaha misalnya penggenangan air di sawah untuk melarutkan
unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air genangan dialirkan ketempat
pembuangan
7. Mempertinggi permukaan air tanah
Mempertinggi permukaan air
tanah, misalnya dengan perembesan melalui dinding-dinding saluran, permukaan
air tanah dapat dipertinggi dan memungkinkan tanaman untuk mengambil air
melalui akar-akar meskipun permukaan tanah tidak dibasahi.
Fungsi Irigasi
·
memasok kebutuhan air
tanaman
·
menjamin ketersediaan air
apabila terjadi betatan
·
menurunkan suhu tanah
·
mengurangi kerusakan
akibat frost
·
melunakkan lapis keras
pada saat pengolahan tanah
PUPUK
pupuk adalah material yang
ditambahkan pada media
tanam atau tanaman untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik
ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen.
Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses
metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat
ditambahkan sejumlah material suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan
tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan.
Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan.
Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.
Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos.
Macam-macam pupuk
Dalam praktik sehari-hari, pupuk biasa
dikelompok-kelompokkan untuk kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan
sumber bahan pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.
Pupuk berdasarkan sumber
bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua
kelompok besar pupuk: (1) pupuk organik atau
pupuk alami (bahasa Inggris: manure)
dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer).
Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau
organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses
pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih
"murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat dikalkulasi.
Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya
adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu pengikatan air
secara efektif.
Pupuk berdasarkan bentuk
fisik
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan
menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk
onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam
bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media
tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman.
Pupuk berdasarkan
kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan:
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur,
sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan.
Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro
(micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga
diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan
efektivitas penyerapan hara yang diberikan.
Cara memperoleh pupuk
Pupuk dapat diperoleh dari membeli atau membuat sendiri.
Pupuk dapat dibeli secara bebas melalui toko pupuk, toko pertanian,
pabrik pupuk, dan distributor pupuk.
Masa depan pupuk
Penelitian modern pupuk berfokus pada pengurangan
dampak lingkungan berbahaya dan menemukan sumber yang lebih murah sebagai bahan
baku baru bagi pupuk. Telah diketahui bahwa beberapa limbah mengandung banyak
nutrisi yang baik diperlukan untuk pupuk. Tetapi, limbah tersebut juga
mengandung zat tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti timah,
kadmium ,& merkuri dalam konsentrasi yang dapat membahayakan kelangsungan
tanaman & manusia.[1]
BIOTEKNOLOGI
A. Perkembangan Bioteknologi Pertanian
Pada akhir tahun 1970-an, bioteknologi mulai dikenal sebagai salah satu
revolusi teknologi yang sangat menjanjikan di abad ke 20 ini. Pentingnya
bioteknologi secara strategis dan potensinya untuk kontribusi dalam bidang
pertanian, pangan, kesehatan, sumberdaya alam dan lingkungan mulai menjadi
kenyataan yang semakin berkembang. Bioteknologi
merupakan salah satu pencapaian teknologi yang sangat penting dalam sejarah
umat manusia. Dengan teknologi ini manusia telah mencapai suatu arah pemahaman dan
aplikasi ilmu yang mempunyai implikasi sangat luas bagi kehidupan manusia
maupun alam.
Bioteknologi
pertanian merupakan salah satu cabang ilmu yang penting dalam pengembangan
bioteknologi yang diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan.
Bidang ini telah berkembang sangat pesat dan menghasilkan temuan dan
aplikasi-aplikasi baru dalam produksi pertanian yang sebelumnya tidak pernah
terbayangkan akan dapat dicapai serta mempunyai pengaruh luas dalam berbagai
gatra kehidupan manusia (Yuwono, Triwibowo). Pemanfaatan bioteknologi tanaman
seperti rekayasa genetika juga dapat memudahkan petani dalam budaya tanaman,
misalnya dalam pengendalian gulma yaitu dengan menghasilkan tanaman yang
memiliki ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu.
Kegiatan pada
bidang pertanian dapat dibagi menjadi tiga generasi:
1)
Generasi pertama adalah kegiatan menghasilkan benih (generatif dan vegetatif).
2)
Generasi kedua adalah kegiatan menghasilkan tenik budidaya pada bidang
pertanian.
3)
Generasi ketiga adalah kegiatan menghasilkan produk agroindustri.
Berdasarkan
hasil penelitian pada bidang biologi yang diintegrasikan dengan teknologi yang
mengkaji ilmu dasar (basic science)
ditemukan berbagai mekanisme dalam proses metabolisme untuk hidup yang lebih baik sehingga pada
periode ketiga ini dihasilkan produk pertanian yang lebih efektif dan efisien.
Bioteknologi tersebut diharapkan dapat berperan menghasilkan produk agribisnis
yang berdaya saing tinggi. Peran ini dapat diimplementasikan
kedalam tiga generasi pertanian diatas. Dari kenyataan yang ada, perkembangan
bioteknologi telah berhasil memberikan terobosan pada bidang pertanian seperti
percepatan untuk menghasilkan suatu varietas tanaman baru. Selain itu kemajuan bioteknologi pertanian ini juga sudah
mencapai tingkat molekular. Mikroba dimanfaatkan sebagai vektor (pembawa sifat
genetic) yang dapat mentransfer sifat dari satu organisme ke organisme yang
lainnya, baik yang mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat (contohnya satu
spesies atau famili) maupun sebaliknya. Pemanfaatan mikroba sebagai starter
untuk memproduksi pupuk (bio-fertilizer
dan dekomposer) ataupun pestisida (bio-pesticide),
teknik kultur jaringan, teknlogi DNA rekombinan dan berbagai rekayasa
genetik pada tanaman dengan menggunakan mikroba yang menguntungkan untuk
efisiensi input budidaya tanaman.
Insersi DNA sample ke plasmid (vektor)
Transfer gen melalui vektor (plasmid dari bakteri)
Kemampuan
bioteknologi dalam penggandaan benih diantaranya dilakukan melalui proses
rekayasa genetika (genetic engineering).
Dalam hal ini merupakan proses menghimpun dan menyatukan sifat-sifat tanaman
(sifat genetik) yang unggul dan membuang sifat yang tidak baik. Benih yang
dihasilkan juga tepat sasaran dan mudah ditangani (user friendly). Tepat sasaran artinya, sifat benih yang
dikembangkan sesuai sasaran, seperti menghasilkan buah yang banyak dan bermutu
baik. Sebagai contoh adalah pisang cavendis
(buah pisang berukuran besar) mudah dibudidayakan, sehingga sesuai dengan kondisi
petani yang pada umumnya sederhana dan praktis.
Benih pertanian
yang dihasilkan melalui bioteknologi meliputi pengembangan dan penyediaan benih
unggul sehingga dapat meningkatkan kualitas produktivitas dan kualitas tanaman,
serta mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit. Perbanyakan benih
vegetatif dapat dilakukan melalui kultur jaringan (tissue culture) ataupun embriogenesis. Dalam budidaya tanaman,
bioteknologi juga mempunyai peranan yang sangat besar terutama dalam
pengembangan dan penyediaan pupuk organik (biofertillizer) dan pestisida
(biopestisida), sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta melipatgandakan hasil pertanian, selain itu bioteknologi
pertanian juga dapat memberikan kontribusi
yanng sangat besar terhadap konservasi lahan dan lingkungan.
Tanaman hasil rekayasa genetika yang mampu memproduksi
pestisida sendiri
Saat ini,
aplikasi bioteknologi moderen untuk pemenuhan kebutuhan manusia masih terkait
erat dengan penggunaan bioteknologi konvensional yang telah berkembang
sebelumnya. Dalam penyediaan pangan, selain menggunakan pendekatan bioteknologi
modern, beberapa peneliti masih mengandalkan teknologi konvensional untuk
menghasilkan benih tanaman berkualitas, misalnya tanaman padi yang
dibudidayakan sekarang ini sebagian besar masih berasal dari hasil persilangan
konvensional, meskipun sudah ada galur-galur baru yang dikembangkan dengan
teknologi DNA rekombinan, misalnya galur padi Golden Rice. Galur Golden Rice
adalah galur padi yang membawa gen-gen asing dari bakteri sehingga beras yang
dihasilkan oleh galur padi ini mempunyai kandungan provitamin A yang tinggi.
Galur semacam ini tidak pernah diketemukan sebelumnya di alam maupun
berdasarkan hasil persilangan konvensional.
Dalam bidang
budidaya tanaman pangan dan tanaman industri, selain menggunkan teknik-teknik
konvensional, sudah berkembang galur-galur tanaman transgenik baru yang
mempunyai sifat toleran terhadap keadaan lingkungan dengan menyisipkan gen-gen
asing dari jasad lain. Sebagai contoh, para ilmuwan telah mengembangkan tanaman
tembakau yang lebih toleran terhadap kadar garam tinggi, tanaman yang tahan
terhadap herbisida, tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, dan sebagainya.
Salah satu
pengembangan bioteknologi pertanian adalah kultur jaringan tanaman. Teknologi
ini merupakan suatu teknik untuk menghasilkan keturunan dengan sifat yang
unggul. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat menghasilkan jumlah bibit unggul
yang sangat banyak dalam jangka waktu yang singkat. Kultur jaringan
dipopulerkan oleh Muller, Hildebrant dan Riker pada tahun 1954. Kultur jaringan
adalah teknik pemeliharaan jaringan dalam medium buatan. Jaringan adalah
kumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Teknik kultur jarinagn
ini adalah teknik budidaya untuk mrnghasilkan keturunan yang mempunyai sifat
yang sama dengan induknya. Transgenesis tanaman (perpindahan gen ke tanaman
secara langsung) adalah inovasi yang boleh dikatakan masuk akal untuk mencapai
sukses daripada hibridasi konvensional. Beberapa perkembangan yang memiliki
potensi komersial yang signifikan adalah tanaman yang dapat menghsilkan
pestisida sendiri, tanaman yang tahan terhadap herbisida bahkan juga bioproduk, seperti vaksin
makanan. Produksi protein transgenik relatif mudah dan protein yang dihasilkannya
layak dan bagus sehingga perkembangan penelitian pada bidang ini sangat
menjanjikan. Sebagai contoh, serat kapas yang semula mengalami kenaikan sekitar
1,5% pertahun, dengan cara penyisipan gen tunggal dapat meningkat menjadi 60%.
Rekayasa
Genetika dalam pertanian menjanjikan masa depan yang cerah, namun ada
keterbatasan bioteknologi pertanian. Menurut Miclos dan Freyer (1990)
kesulitan analitis genetis tanaman disebabkan oleh:
1)
Pertumbuhan tanaman yang lambat dan umur pergantian generasi yang lama.
2)
Besarnya genom tanaman, termasuk banyaknya kromosom poliploid.
3)
Memiliki “kotak kayu” yaitu dinding sel berupa selulose yang mengelilingi
tanaman.
Oleh karena
itu, dilakukan penelitian terutama untuk sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen
tunggal.
Fiksasi nitrogen
dikendlikan oleh lebih dari 15 gen yang berbeda dalam sistem bakteri/tanaman. Banyak
diantaranya melibatkan gen-gen yang sanpai saat sekarang belum berhasil
diisolasi (dipisahkan), para ilmuwan masih harus mengatasi masalah kesulitan-kesulitan
dalam memindahkan gen-gen itu ke dalam tubuh tanaman budidaya yang penting
tersebut (misalnya jagung). Gen-gen tersebut harus diletakan pada sisi/tempat
tertentu dalam kromosom tanaman agar dapat berfungsi. Peneliti tanaman juga
sering menghadapi masalah-masalah yang sama dalam upaya mereka untuk merekayasa
secara genetis perkembangan kemampuan tanaman dalam fotosintesis (misalnya
mengubah tanaman C3 menjadi tanaman C4 yang lebih efisien energi) yakni dalam
toleransi terhadap kekeringan dan dalam hal sifat meningkatkan jumlah panen.
B.
Manfaat bioteknologi pertanian serta kelemahannya
Bioteknologi
pertanian memberikan banyak manfaat, manfaat-manfaat itu diantaranya adalah
sebagai berikut:
1)
Menghasilkan keturunan dengan sifat yang unggul.
2)
Meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta melipatgandakan hasil pertanian
3)
Menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi.
4)
Terciptanya tanaman yang tahan dalam berbagai hama serta kondisi.
5)
Terciptanya tanaman yang dapat membuat pupuknya sendiri.
6)
Mengurangi pencemaran lingkungan serta menekan biaya produksi.
Disamping
memberikan banyak manfaat, bioteknologi pertanian juga memiliki beberapa
kelemahan, kelemahan-kelemahan itu diantaranya adalah:
1)
Terjadinya silang luar akibat adanya penyebaran pollen dari tanaman transgenik
ke tanaman lain.
2)
Adanya efek kompensasi.
3)
Muncul hama target yang tahan terhadap insektisida.
4)
Muncunya efek samping terhadap hama nontarget.
5)
Biaya untuk memuatnya relatif tinggi.
6)
Membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga dalam perakitannya diperlukan
orang-orang yang memiliki keahlian khusus.
C.
Metode-metode yang digunakan pada bioteknologi pertanian
Tanaman transgenik
merupakan tumbuhan yang memiliki sifat baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh
tumbuhan tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal dari organisme
lain. Jadi tanaman transgenik itu memiliki sifat yang erbeda dari tanaman
aslinya, perbedaan sifat itu disebabkan oleh adanya gen asing yang berperan
dalam tanaman tersebut. Gen asing itu berada dalam tanaman transgenik karena
telah sengaja dimasukkan ke tanaman tersebut.
Teknik dasar membuat tanaman transgenik
Adapun metode-metode yang dapat digunakan
pada bioteknologi pertanian diantaranya adalah sebagai berikut:
1). Seleksi Perkawinan Konvensional dan Hibridisasi
Rekayasa
genetik pada tanaman bukanlah suatu hal yang baru. Sejak berkembangnya bidang
pertanian, para petani telah melakukan seleksi benih sesuai sifat-sifat yang
diinginkan. Meskipun perkawinan silang yang dilakukan dapat meghasilkan
tongkol-tongkol jagung yang besar, apel yang mengansung banyak air, dan bibit
unggul yang diperoleh secara modern, namun cara ini membutuhkan waktu yang
lama dan tidak tentu. Untuk mendapatkan bibit unggul sesuai sifat-sifat yang
diinginkan dilakukan dengan perkawina silang antara 2 jenis tanaman dan
mengulang kembali perkawinan silang antara keturunan hibrid dengan salah satu
induknya.
Pada
kenyataanya, tanaman dari spesies yang berbeda pada dasarnya tidak dapat
dihibridisasi, akibat sifat genetik tidak dapat diisolasi dari tanaman. Dengan bioteknologi,
keterbatasan tersebut dapat diatasi. Para ilmuwan sekarang dapat memindahkan
gen-gen khusus untuk sifat yang diinginkan kedalam tanaman. Proses ini berjalan
cepat dan pasti karena tanaman menunjukkan beberapa keuntungan bagi para ahli
genetik, yaitu :
a.
Sejarah panjang dari persilangan tanaman memberikan peluang bagi ahli genetika
tanaman memiliki kekayaan strain yang dapat dieksploitasi secara molekuler.
b.
Tanaman menghasilkan banyak keturunan, sehingga mutasi rekombinasi dapat
ditemukan dengan mudah.
c.
Tanaman memiliki kemampuan regenerasi lebih baik daripada hewan.
d.
Batas spesies dan kompatibititas seksual bukan merupakan persoalan yang
berkepanjangan.
Perbandingan gen pada varietas yang
dihasilkan dari hibridisasi konvensional dan transformasi genetik
Teknik konvensional ini memiliki
keuntungan dan juga kelemahan. Keuntungan dari teknik konvensional adalah dapat
menghasilkan bibit unggul sedangkan kelemahannya adalah hanya bisa dilakukan
pada spesies (jenis) yang sama.
2). Kloning (menumbuhkan tanaman dari sel tunggal)
Pada umumnya sel-sel
tanaman berbeda dengan hewan, tetapi satu ciri khas sel tanaman yang penting
untuk bioteknologi adalah beberapa tanaman dapat melakukan regenerasi dari satu
sel. Tumbuhan baru yang terbentuk memiliki tiruan baru (klon) dari sel induk.
Kemampan alami sel tanaman ini membuatnya menjadi ideal untuk
penelitian genetik. Setelah materi genetik yang baru dihasilkan didalam sel
tanaman, maka sel tersebut dengan cepat membentuk tanaman dewasa dan para
peneliti dapat mengetahui hasil modifikasi genetik pada waktu yang relatif
singkat.
3). Fusi Protoplas
Fusi protoplas merupakan suatu
proses alamiah yang terdapat darimulai tanaman tingkat rendah sampai pada
tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas merupakan gabungan protoplas dengan
protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh
menjadi tanaman hibrid. Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan
untuk menggabungkan sifat lain dua spesies atau genus yang tidak dapat
digabungkan secara seksual ataupun aseksual. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menggabungkan seluruh genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau
antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau antargenus dari satu
famili (inter genus).
Protoplas dari dua sel yang mulai
bergabung
Ketika tanaman
dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus
akan tumbuh pada tempat yang dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tunas dan
akar serta keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang
terprogram menjadi calon tanaman baru sangat ideal untuk rekayasa genetik.
Seperti pada sel-sel tanaman, sel-sel callus
dikelilingi oleh dinding selulosa yang tebal, yaitu sebuah rintangan yang
menghambat pembentukan DNA baru. Dinding sel tersebut dapat dipecah dengan
dinding selulose sehingga menghasilkan sel tanpa dinding sel yang disebut
protoplas. Protoplas ini dapat digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa
spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid.
Metode ini disebut fusi protoplas.
Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatic atau
sibrida atau mengatasi kelemahan dari hibrida seksual. Terdapat kelemahan dari
hibrida seksusal, yaitu:
Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida
antar spesies dan antar genera. Hibridisasi somatik dapat mengatasi hal
tersebut.
Sitoplasma pada perkawinan seksual
hanya berasal dari induk betina saja. Dalam proses pembuahan, ganet jantan
hanya membawa inti saja dengan sedikit sitoplasma sebaliknya pada tetua betina
selain inti juga sitoplasma. Untuk mendapat sitoplasma dari kedua tetua
diadakan fusi antara sitoplasma.
Fusi protoplas
dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antar spesies atau galur tanaman
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan biasa karena adanya
masalah inkompatibilitas fisik. Fusi protoplas membuka kemungkinan untuk:
-
Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar spesies yang secara
seksual tidak kompatibel
-
Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman yang secara normal
hanya dapat diperbanyak dengan cara vegetatif, misalnya pada kentang.
-
Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke spesies lain dengan
memanfaatkan fenomena yang disebut penghilangan kromosom (chromosome
elimination).
-
Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari satu galur atau
spesies ke galur atau spesies lain
Fusi protoplas
dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk:
-
Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi
(menyatu)
-
Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma yang
mengalami fusi sedangkan informasi genetik dari salah satu induknya hilang.
Teknik ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies
yang berbeda. Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal
serta butuh ketelitan yang lebih.
Skema fusi
protoplas dalam menghasilkan produk
4). Teknik Potongan Daun (Leaf Fragment
Technique)
Transfer genetik terjadi secara alami pada tanaman dalam
merespon organisme patogen. Contohnya, suatu luka dapat terinfeksi oleh bakteri
tanah yang disebut Agrobacterium
tumefaciens (Agrobacter). Bakteri ini memiliki plasmid yang besar (molekul
DNA double helix yang sirkuler) yang dapat merangsang sel-sel tanaman untuk
tumbuh terus-menerus tanpa terkontrol (tumor). Oleh karena itu, plasmid ini
dikenal sebagai Tumor inducing (Ti)
plasmid. Sedangkan hasil dari tumor tersebut disebut crown gall. Selama infeksi, bakteri ini mentransfer sebagian kecil
materio genetik yang dimilikinya (T-DNA) ke dalam genom sel tanaman inang.
Setelah diinsersi, gen-gen bakteri tersebut diekspresi oleh sel-sel tanaman
yang terinfeksi.
Mekanisme penggabungan gen melalui teknik potongan daun
Plasmid bakteri memberi gagasan bagi para ahli bioteknologi sebagai sarana
transfer DNA. Dalam penggunaannya, peneliti sering menyebut sebagai teknik
potongan daun. Dalam teknik ini daun dipotong kecil-kecil kemudian ketika
potongan daun mulai regenerasi, selanjutnya akan dikultur pada medium yang
mengandung Agrobacter yang telah mengalami modifikasi genetik. Selama proses
ini, DNA dan Ti plasmid berintegrasi ke DNA sel inang dan materi genetik pun
telah terkirim. Potongan daun
tersebut kemudian diberi hormon untuk merangsang pertumbuhan tunas dan akar.
Kekurangan utama dari proses ini adalah Agrobacter tidak dapat menginfeksi
tanaman monokotil seperti jagung dan gandum. Tanaman dikotil seperti tomat,
kentang, apel, juga kedelai merupakan contoh yang cocok untuk proses ini. Namun
penelitian baru-baru ini jelas
menunjukkan bahwa T-DNA dapat digabungkan ke dalam spesies monokotil. Untuk
bakteri yang tahan terhadap Agrobacter dilakukan dengan menggunakan pistol gen,
yaitu dengan cara menembakkan logam kecil yang diselubungi DNA ke embrio sel
tumbuhan, di sini inti sel tumbuhan tetap bisa membidik kloroplas. Kelebihan
dari teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman dengan sifat yang sesuai
dengan keinginan.
5). Teknik Kultur Invitro
Kultur invitro
merupakan salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keragaman
genetik tanaman, antara lain dengan keragaman somaklonal (Pedrieri, 2001). Menrut
Ahlowalia (1986), perubahan genetik dapat terjadi selama periode kultur invitro
atau karena adanya sel-sel yang mengalami mutasi.
Perbanyakan
tanaman dengan kultur invitro telah banyak diusahakan secara komersial di
negara maju seperti Amerika, Jepang, dan Eropa..pemanfaatan lain teknologi
tersebut untuk pengadaan bibit pada awalnya berdasarkan hasil percobaan Morel
tahun 1960 pada anggrek Cymbidium.
Langkah-langkah kultur invitro
Dalam waktu
yang singkat dari bahan tanaman yang sangat terbatas dapat dihasilkan bibit dalam
jumlah yang banyak dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Keberhasilan
tersebut mendorong dimanfaatkannya in vitro sebagai teknologi perbanyakan yang
banyak memberikan keunggulan daripada teknologi konvensional. Walaupun demikian
terdapat beberapa kendala yang sering dihadapi dalam aplikasinya yaitu:
1)
Keberhasilan teknik ini pada tanaman tahunan berkayu masih rendah sehingga
aplikasinya masih terbatas pada jenis tanaman tertentu saja.
2)
Kapasitas egenerasi menurun bila sering melakukan pembaharuan
3)
Penurunan integritas genetik pada bibit yang dihasilkan
4)
Persentase keberhasilan aklimatisasi (terutama pada tanaman tahunan berkayu)
relatif masih rendah
5)
Adanya patogen internal (khususnya pada tanaman tahunan berkayu) yang sulit
dihilangkan
6)
Diperlukan tenaga kerja yang intensif, terdidik, serta mempunyai keterampilan
khusus
7)
Diperlukan modal awal yang cukup tiggi
Pierik dalam.Nurwandani, Paristiyanti: 2008 menyatakan
bahwa perbanyakan melalui kultur invitro dapat dikatakan berhasil bila memenuhi beberapa kriteria sebagai
berikut:
1)
Tidak merubah sifat genetik poon induk
2)
Seleksi kuat pada bahan tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan agar bebas
penyakit
3)
Teknik perbanyakan yang tidak terlalu rumit
4)
Kemampuan regenerasi yang tetap tinggi, dan
5)
Ekonomis
Pada tanaman semusim (berdinding lunak),masalah regenerasi
umumnya tidak menjadi masalah. Faktor pertunasan yang tinggi dapat tercapai
dengan penggunaan formulasi media tertentu. Berbeda degan tanaman tahunan berkayu,banyak faktor yang
menghambat proses regenerasi, antara lain:
1)
Daya meristematis yang rendah
2)
Tingkat oksidasi fenol yang tinggi
3)
Jaringan sklerenkhima
4)
Kandungan inhibitor organik yang tinggi
5)
Kurangnya faktor perakaran
6)
Kandungan lignin yang tinggi, dan
7)
Gugurnya tunas daun yang lebih dini
TEKNOLOGI PERTANIAN
eknologi pertanian merupakan penerapan
prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka
pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan
sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia [1].
Falsafahnya teknologi pertanian merupakan
praktik-empirik yang bersifat pragmatik finalistik, dilandasi paham
mekanistik-vitalistik dengan penekanan pada objek formal kerekayasaan dalam
pembuatan dan penerapan peralatan, bangunan, lingkungan,
sistem produksi
serta pengolahan dan pengamanan hasil produksi[2].
Objek formal dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi berada dalam fokus budidaya, pemeliharaan,
pemungutan hasil dari flora
dan fauna,
peningkatan mutu hasil panen yang diperoleh, penanganan, pengolahan dan
pengamanan serta pemasaran
hasil[1].
Oleh sebab itu, secara luas cakupan teknologi
pertanian meliputi berbagai penerapan ilmu teknik pada cakupan
objek formal dari budidaya sampai pemasaran.
TANAH
Proses Pembentukan Tanah – Proses pembentukan
tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik
maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak
dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan
sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith)
karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus
berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses
pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong
pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah. Faktor apa sajakah itu?
Curah hujan dan sinar matahari berperan penting
dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan komponen iklim.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk tanah adalah
iklim. Hanya kedua faktor itukah yang memengaruhi pembentukan tanah? Ada
beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk,
topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah
f = faktor
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu
a. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses
pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah hujan.
1) Suhu/Temperatur
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan
bahan induk. Apabila fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan
berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah juga cepat.
2) Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan
erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan
tanah menjadi asam (pH tanah menjadi
rendah).
b. Organisme (Vegetasi, Jasad
Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses
pembentukan tanah dalam hal:
1) Membantu proses pelapukan baik pelapukan
organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang
dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi
terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
2) Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan
akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk
di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad
renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
3) Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat
tanah sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan
Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah,
sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak
kandungan bahan organik yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
4) Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat
pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman
cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang
relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya
lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan
beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan
hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi
tanah.
Tanah yang terdapat di permukaan Bumi sebagian
memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya.
Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur
pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia
dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan
vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk
tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat
dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu.
Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang
warnanya lebih merah.
d. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi:
1) Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Sumber: www.geocities.ip
Gambar 6.79 Tanah di pegunungan vulkan.
KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan
tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat
fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya
dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah.
Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan
tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim
seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk
mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem
klasifikasi alami.
Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan
prinsip zonalitas, yaitu :
·
Tanah zonal, yakni tanah dengan
faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
·
Tanah intrazonal, yakni tanah dengan
faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief,
·
Tanah azonal, yakni tanah yang belum
mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan
tanah.
Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan
berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan
oleh USDA (United State Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang
dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama
taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang
teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada
tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan
atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri.
Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas
ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols,
Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
1.
Alfisols.
Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa
sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning
dan planosols.
2.
Andisols.
Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik.
Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
3.
Aridisol.
Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan
tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
4.
Entisols.
Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan
aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.
5.
Gelisols.
Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak
dijumpai di Indonesia
6.
Histosols.
Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis
40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
bog dan tanah gambut.
7.
Inceptisols.
Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi,
tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm.
Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei
humik dan glei humik rendah.
8.
Mollisols.
Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah
rendzina.
9.
Oxisols.
Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari
permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah
laterik.
10.
Spodosols.
Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
11.
Ultisols.
Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%)
yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut
dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini
adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
12.
Vertisols.
Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai
retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini
adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis
tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols
dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah
Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto,
2005).
Daerah yang
memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih tipis karena
tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi
sedimentasi.2) Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
e. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga berbeda-beda.
Beberapa nama dan sifat tanah dalam
kategori “great group” menurut sistem FAO/UNESCO sebagai berikut :
Fluvisol
: Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison
penciri ochrik, umbrik, histik atau
sulfurik, bahan organik menurun tidak teratur dengan kedalaman, berlapis-lapis.
Gleysol
: Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga
berwarna kelabu, gley dan
lain-lain), hanya mempunyai epipedon ochrik, histik, horison kambik,
kalsik atau gipsik.
Regosol
: Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk
bahan endapan baru, tidak menunjukkan
sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengkerut, tidak
didominasi bahan amorf. Bila bertekstur pasir, tidak memenuhi syarat untuk
Arenosol.
Lithosol
: Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat
lapisan batuan yang padu.
Arenosol
: Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang terdapat
pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison argilik,
kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur yang kasar
tersebut. Tidak mempunyai horison penciri lain kecuali epipedon ochrik. Tidak
terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam tinggi.
Rendzina
: Tanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan
kapur.
Ranker
: Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak ada
horison penciri lain.
Andosol
: Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison
kambik, serta mempunyai bulk density
kurang dari 0,85 g/cc dan
didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik
vitrik, cinder, atau pyroklastik vitrik yang lain.
Vertisol
: Tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai sifat
mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan
retak-retak karena mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket.
Solonet
: Tanah dengan horison natrik. Tidak mempunyai horison albik dengan
sifat-sifat hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba-
tiba.
Yermosol
: Tanah yang terdapat di daerah beriklim arid (sangat kering), mempunyai
epipedon ochrik yang sangat lemah, dan horison kambik, argilik, kalsik atau
gipsik.
Xerolsol
: Seperti Yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih berkembang.
Kastanozem : Tanah
dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal 15 cm atau
lebih, horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak
mengandung bahan kapur halus.
Chernozem
: Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma < 2) yang
tebalnya 15 cm atau lebih. Sdifat-sifat lain seperti Kastanozem.
Phaeozem
: Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horison kalsik,
gipsik, tidak mempunyai horison yang
banyak mengandung kapur halus.
Greyzem
: Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma < 2), tebal 15 cm
atau lebih, terdapat selaput (bleached coating) pada permukaan
struktur tanah.
Cambisol
: Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horison kalsik
atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai
epipedon umbrik yang tebalnya lebih dari 25 cm.
Luvisol
: Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB 50 % atau lebih.
Tidak mempunyai epipedon mollik.
Podzoluvisol : Tanah
dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi dengan
Horison di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi =
tonguing).
Podsol
: Tanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison albik.
Planosol
: Tanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai
permeabilitas lambat misalnya horison argillik atau natrik dengan
perubahan tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan.
Menunjukkan sifat hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison
albik.
Acrisol
: Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB kurang dari 50 %.
Tidak terdapat epipedon mollik.
Nitosol
: Tanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak menurun lebih dari 20
% pada horison-horison di daerah horison penimbunan liat maksimum. Tidak
terdapat epipedon mollik.
Ferrasol
: Tanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat.
Tidak terdapat epipedon umbrik.
Histosol
: Tanah dengan epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau lebih.
Sistem WRB terdapat dua
pembagian yaitu:
1.
peringkat primer merupakan penggambaran terhadap 32 jenis tanah
utama dunia.
2. peringkat
sekunder merupakan kata sifat yang menggambarkan keadaan fisik dan kimia
tanah.
Berbeda dari sistem
USDA, sistem WRB tidak mempertimbangkan aspek iklim sebagai alat untuk
pengelompokan.
BAB VII GEOGRAFI EKONOMI DAN GLOBALISASI
1. PENGANTAR
GEOGRAFI EKONOMI DAN GLOBALISASI
Nursid (1988:54 ) mendefinisikan
geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur
aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik berat studinya adalah aspek
keruangan struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian,
industri-perdagangan-komunikasi-transportasi dan lain sebagainya. Sedangkan H.
Robinson (1979) mengartikan geografi ekonomi sebagai ilmu yang membahas
mengenai cara-cara manusia dalam kelangsungan hidupnya berkaitan dengan aspek
keruangan, dalam hal ini berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alam dari
bumi oleh manusia, produksi dari komoditi (bahan mentah, bahan pangan, barang
pabrik) kemudian usaha transportasi, distribusi, konsumsi (Suharyono, 1994 :
34). Penelitian di perusahaan sirup ini merupakan tinjauan dari segi geografi
khususnya geografi ekonomi. Geografi ekonomi merupakan cabang dari geografi
manusia di mana bidang studinya adalah struktur keruangan aktivitas ekonomi
(Miller,1984) . Geografi sebagai studi variasi keruangan di permukaan bumi di
mana manusia melakukan aktivitas yang berhubungan dengan produksi,pertukaran
dan pemakaian sumber daya demi kesejahteraannya (Alexander,1963).
Dengan demikian perbincangan pokok
Geografi Ekonomi adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia antara lain
termasuk di dalamnya bidang pertanian dalam arti luas seperti pertambangan,
industri, perdagangan, pelayanan, transportasi dan komunikasi. Sejalan dengan
itu Miller dan Renner (1957) mengemukakan geografi ekonomi adalah studi tentang
aktivitas-aktivitas ekonomi dan hubungannya dengan lingkungan fisikal
TEORI
DASAR EKONOMI
MIKROEKONOMI
Hukum Permintaan dan Penawaran
Hukum permintaan dan penawaran adalah hukum dasar dari ilmu ekonomi merupakan basis utama dari terjadinya suatu ekonomi pasar. Untuk menjelaskannya mari kita lihat contoh sehari-hari.
Hukum Permintaan dan Kurva permintaan
Pernahkah anda membeli sebuah baju di sebuah pasar atau mal ? Bila anda membeli baju tersebut dengan asumsi bahwa kualitas sudah terjamin, yang dilihat selanjutnya adalah harga bukan ? Bila harganya relatif murah maka anda akan mempertimbangkan untuk membeli lebih dari satu kan ? Dengan kata lain masyarakat pembeli akan membeli lebih banyak baju bila harganya ada diskon. Sedangkan pembelian akan berkurang bila harganya naik. Bila kita masukkan ke dalam tabel maka akan terjadi sebagai berikut :
Hukum permintaan dan penawaran adalah hukum dasar dari ilmu ekonomi merupakan basis utama dari terjadinya suatu ekonomi pasar. Untuk menjelaskannya mari kita lihat contoh sehari-hari.
Hukum Permintaan dan Kurva permintaan
Pernahkah anda membeli sebuah baju di sebuah pasar atau mal ? Bila anda membeli baju tersebut dengan asumsi bahwa kualitas sudah terjamin, yang dilihat selanjutnya adalah harga bukan ? Bila harganya relatif murah maka anda akan mempertimbangkan untuk membeli lebih dari satu kan ? Dengan kata lain masyarakat pembeli akan membeli lebih banyak baju bila harganya ada diskon. Sedangkan pembelian akan berkurang bila harganya naik. Bila kita masukkan ke dalam tabel maka akan terjadi sebagai berikut :
Tabel 1.0 Pembelian Baju
|
|
Harga Baju
|
Jumlah Pembelian
|
Rp 80.000
|
1 potong
|
Rp 40.000
|
2 potong
|
Rp 20.000
|
3 potong
|
Jadi secara sederhana kita bisa mendefinisikan hukum
permintaan adalah dengan asumsi bahwa hal lainnya bersifat tetap maka bila
harga suatu barang/jasa naik maka permintaannya akan menurun dan begitu juga
sebaliknya. Yang dimaksud dengan kurva permintaan adalah kurva yang terbentuk
dari penentuan titik titik dalam grafik yang merepresentasikan hukum permintaan
dimana sumbu X-nya berupa kuantitas (Q=Quantity) dan sumbu Y nya berupa Harga
(P=Price) sehingga membentuk slope yang negatif / menurun seperti berikut.
Gambar 1.0 Kurva permintaan
Hukum Penawaran dan Kurva Penawaran
Mari kita ambil dari contoh hidup kita sehari-hari.Misalkan kita adalah produsen / pabrik dari baju yang dijual di pasar. Hukum penawaran mengisyaratkan bahwa saat harga dari baju tersebut naik di pasaran, maka kita memproduksi lebih banyak baju agar mendapatkan keuntungan. Dengan kata lain misalnya baju kita adalah baju lebaran, saat harga baju tersebut meningkat maka akan semakin banyak toko yang menawarkan baju tersebut karena berharap bisa meraup untung yang lumayan.Bisa kita tabelkan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Penawaran Baju
|
|
Harga Baju
|
Jumlah Penawaran
|
Rp 20.000
|
4 potong
|
Rp 40.000
|
8 potong
|
Rp 80.000
|
16 potong
|
Jadi secara sederhana dapat kita definisikan yaitu apabila
harga suatu barang/jasa naik maka kuantitas dari barang/jasa yang ditawarkan
juga meningkat dan juga sebaliknya. Yang dimaksud dengan kurva penawaran adalah
kurva yang terbentuk dari penentuan titik titik dalam grafik yang
merepresentasikan hukum penawaran dimana sumbu X-nya berupa kuantitas
(Q=Quantity) dan sumbu Y nya berupa Harga (P=Price) sehingga membentuk slope
yang positif/ menaik seperti berikut.
Gambar 1.1 Kurva Penawaran.
Hubungan antara Permintaan( D) dan penawaran (S) serta Equilibrium
Seperti contoh diatas, misalkan baju yang dijual telah dijual dengan harga yang telah ditetapkan berdasarkan penelitian pasar sebesar Rp 40.000 maka jumlah baju yang di produksi untuk ditawarkan sebesar 8 potong.Penelitian pasar tersebut didasarkan bahwa untuk mencapai harga yang Rp 40.000 maka jumlah yang produsen tawarkan hanya 8 potong , bila harganya bisa melebihi Rp 40.000 maka jumlah potong baju yang ditawarkan akan naik pula sesuai hukum penawaran..Tetapi bila ternyata permintaan baju tersebut lebih dari 8 orang maka sesuai hukum permintaan maka harga baju tersebut pasti akan naik dengan sendirinya mengingat stoknya hanya 8 potong sementara permintaannya lebih dari itu.
Bila pada suatu saat jumlah permintaan (D) dengan penawararan bertemu , yakni pada suatu titik perpotongan , maka kondisi tersebut adalah kondisi ideal dimana jumlah barang yang diproduksi untuk ditawarkan sama dengan jumlah dari permintaan terhadap barang tersebut. Kondisi ekonomi ini disebut dalam keadaan equilibrium. Pada titik ini alokasi dari pemakaian sumberdaya untuk menghasilkan barang adalah optimum effisien karena seluruh jumlah barang/jasa yang diproduksi pas sekali dengan jumlah permintaan barang oleh pasar.
Secara grafis maka hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.2 Grafik Ekuilibrium
Di dalam dunia nyata kondisi seperti ini dimana jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran tidak pernah terjadi dan hanya bersifat teoritis.
Disekuilibrium
Yang dimaksud dengan disekuilibrium adalah keadaan dimana kondisi harga tidak ketemu pada titik ekuilibrium yaitu pada titik P* dan Q*. Ada beberapa jenis kondisi disekuilibrium :
a. Kelebihan Penawaran (Excess Supply)
Mari kita lihat Grafiknya sbb :
Grafik 1.3. Kelebihan Penawaran
Yang dimaksud dengan kelebihan penawaran adalah suatu kondisi dimana penetapan suatu harga (P1) mengakibatkan kuantitas penawaran (Q2) menjadi lebih besar dari kuantitas permintaan yang sebenarnya (Q1). Ini mengakibatkan terjadinya inefisiensi dalam hal pengaalokasian sumber ekonomi karena harga ideal sebenarnya adalah mnuju lebih kecil dari yang ditetapkan.
Contoh dari kelebihan penawaran ini adalah penetapan floor price (harga dasar) oleh pemerintah misalnya UMR yang bertujuan menjaga penetapan upah pekerja yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum misalnya Rp. 725.000 tetapi bila hukum permintaan diikuti maka dengan besarnya jumlah tenaga kerja maka kenyataannya masih banyak angkatan kerja yang bersedia bekerja walaupun dibawah UMR.
b. Kelebihan Permintaan (Excess Demand)
Mari kita lihat Grafiknya sbb :
Grafik 1.4. Kelebihan Permintaan
Yang dimaksud dengan kelebihan permintaan adalah suatu kondisi dimana dengan penetapan harga seharga P1 mengakibatkan kuantitas permintaan (Q2) lebih besar dari pada kuantitas penawaran (Q1) sehingga terjadi pengalokasian sumber ekonomi yang tidak optimum karena kuantitas yang sebenarnya diminta pasar lebih besar dari yang ditawarkan.
Contoh dari kelebihan permintaan ini adalah penetapan ceiling price oleh pemerintah sebagai suatu kebijakan harga tertinggi misalnya Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak tanah. Pada saat stok minyak tanah sedang terbatas pada suatu wilayah, maka harga tertinggi ditetapkan agar rakyat banyak yang pada umumnya berstatus sosial ekonomi kurang makmur sanggup membeli minyak tersebut, padahal bila hukum permintaan dituruti dengan permintaan / demand minyak tanah begitu tinggi , harga bisa melonjak naik melebihi ketentuan pemerintah.
MAKROEKONOMI
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya ilmu Makroekonomi
adalah ilmu yang membahas permasalahan ekonomi dari sudut pandang keseluruhan
ekonomi itu sendiri. Ilmu ini menganalisa perekonomian nasional dan global dan
melihat total output yang terjadi untuk barang dan jasa, pertumbuhan ekonomi ,
tingkat inflasi, pengangguran, neraca pembayaran dan nilai tukar.
Dari sekian banyak aspek makro ekonomi , yang akan dibahas disini adalah yang akan kita gunakan nantinya sebagai teori, indakator atau variabel untuk melakukan analisa atau mengukur kinerja perekonomian. Seorang ekonom yang disebut sebagai seorang ekonom beraliran Keynesian mempercayai bahwa pengaruh kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi dari suatu negara.
Beberapa Indikator Makroekonomi yang akan dibahas antara lain :
GDP (Gross Domestik Product = PDB / produk domestik bruto) dan Pertumbuhan ekonomi (r)
Yang dimaksud dengan GDP adalah total pendapatan suatu negara atau sama dengan total pendapatan ekonomis seluruh penduduk dalam suatu perekonomian nasional.
Dengan mengetahui GDP ini maka kita dapat mengetahui banyak hal misalnya : kelompok negara manakah suatu negara apakah kaya, berkembang atau miskin.Hal penting lainnya yang bisa kita ketahui adalah perubahan struktur produksi suatu negara yaitu apakah negara tersebut berbasis atau menggantungkan diri dari sektor pertanian lalu berubah menjadi negara industri baru, dan lain sebagainya.
Untuk menghitung GDP ini ada beberapa cara yaitu :
Dari sekian banyak aspek makro ekonomi , yang akan dibahas disini adalah yang akan kita gunakan nantinya sebagai teori, indakator atau variabel untuk melakukan analisa atau mengukur kinerja perekonomian. Seorang ekonom yang disebut sebagai seorang ekonom beraliran Keynesian mempercayai bahwa pengaruh kebijakan pemerintah akan sangat berpengaruh dan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi dari suatu negara.
Beberapa Indikator Makroekonomi yang akan dibahas antara lain :
GDP (Gross Domestik Product = PDB / produk domestik bruto) dan Pertumbuhan ekonomi (r)
Yang dimaksud dengan GDP adalah total pendapatan suatu negara atau sama dengan total pendapatan ekonomis seluruh penduduk dalam suatu perekonomian nasional.
Dengan mengetahui GDP ini maka kita dapat mengetahui banyak hal misalnya : kelompok negara manakah suatu negara apakah kaya, berkembang atau miskin.Hal penting lainnya yang bisa kita ketahui adalah perubahan struktur produksi suatu negara yaitu apakah negara tersebut berbasis atau menggantungkan diri dari sektor pertanian lalu berubah menjadi negara industri baru, dan lain sebagainya.
Untuk menghitung GDP ini ada beberapa cara yaitu :
- Pendekatan
Produksi (Production Approach) , yakni dengan melakukan penjumlahan
nilai tambah kotor (gross value added) dari seluruh sektor produksi.
- Pendekatan
Pendapatan (Income Approach) , yakni dengan menghitung pendapatan
sesuai aliran barang produksi tersebut
- Pendekatan
Pengeluaran (Expenditure Approach), yakni dengan menjumlahkan total
akhir dari unit-unit dalam perekonomian.Pendekatan ini sering dipakai
dengan rumus yang terkenalnya sbb :
Y = C + I + G Untuk perekonomian tertutup atau
Y= C + I + G + (X - M) untuk perekonomian terbuka
Dimana : Y = pengeluaran (Expenditure) , C = konsumsi, I=Investasi , G = pengeluaran pemerintah, X = Ekspor, I = Impor
Dalam hal ini (rumus diatas) total pengeluaran mesti sama dengan total pendapatan sehingga saling memperngaruhi.
Perbedaan GDP dan GNP
GDP = Total pendapatan yang dihasilkan dalam suatu negara termasuk yang dihasilkan oleh orang asing yang bekerja pada negara tersebut, sementara
GNP(Gross National Produk)= Total pendapatan yang dihasilkan oleh warga negara tersebut baik yang ada di dalam negeri maupun diluar negeri dan tidak termasuk pendapatan WNA yang ada di dalam negeri.
Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi , maka rumusnya adalah sbb :
dimana : r = pertumbuhan ekonomi tahunan pada tahun t terhadap tahun t-1
Untuk mendapat data lebih akurat digunakan perhitungan rata-rata untuk periode tertentu beberapa tahun. Misalnya dari tahun 2002-2006 maka dihitung dahulu pertumbuhan tiap tahunnya pada tahun 2002,2003,2004,2005 dan 2006. Lalu hasilnya dirata-ratakan dengan dibagi 5 (tahun).
Metode lainnya selain metoda diatas ada juga misalnya metode end to end , dan metode regresi tetapi tidak akan kita bahas disini.
Inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Inflasi adalah kondisi dimana telah terjadi kenaikan nilai dari barang dan jasa sehingga menurunkan daya beli dari konsumen. Inflasi ini sangat penting artinya bagi pelaku atau penetap kebijkan ekonomi karena sering dipakai patokan sebelum memutuskan suatu hal penting misalnya menaikkan atau menurunkan suku bunga bank bagi bank sentral, penetapan kenaikan gaji karyawan bagi pengusaha dan lainnya.
Untuk mengukur tingkat infasi secara nasional yaitu dengan melihat Indeks harga konsumen. Yang dimaksud dengan Indeks harga konsumen adalah perbandingan harga barang dan jasa yang sama pada tahun tertentu terhadap tahun dasar.
Rumusnya sbb :
IHK = Harga Xt / Harga Xtd
Dimana Harga Xt = harga produk X pada tahun ini , Harga Xt-1 = harga produk X pada tahun dasar, yg telah ditetapkan sebelumnya
Sementara rumus sederhana untuk menghitung Inflasi adalah :
dimana IHK adalah Indeks Harga Konsumen pada tahun t dan t-1
Untuk mempelajari inflasi ini ada baiknya kita tengok beberapa jenis inflasi yang ada :
GDP = Total pendapatan yang dihasilkan dalam suatu negara termasuk yang dihasilkan oleh orang asing yang bekerja pada negara tersebut, sementara
GNP(Gross National Produk)= Total pendapatan yang dihasilkan oleh warga negara tersebut baik yang ada di dalam negeri maupun diluar negeri dan tidak termasuk pendapatan WNA yang ada di dalam negeri.
Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi , maka rumusnya adalah sbb :
dimana : r = pertumbuhan ekonomi tahunan pada tahun t terhadap tahun t-1
Untuk mendapat data lebih akurat digunakan perhitungan rata-rata untuk periode tertentu beberapa tahun. Misalnya dari tahun 2002-2006 maka dihitung dahulu pertumbuhan tiap tahunnya pada tahun 2002,2003,2004,2005 dan 2006. Lalu hasilnya dirata-ratakan dengan dibagi 5 (tahun).
Metode lainnya selain metoda diatas ada juga misalnya metode end to end , dan metode regresi tetapi tidak akan kita bahas disini.
Inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK)
Inflasi adalah kondisi dimana telah terjadi kenaikan nilai dari barang dan jasa sehingga menurunkan daya beli dari konsumen. Inflasi ini sangat penting artinya bagi pelaku atau penetap kebijkan ekonomi karena sering dipakai patokan sebelum memutuskan suatu hal penting misalnya menaikkan atau menurunkan suku bunga bank bagi bank sentral, penetapan kenaikan gaji karyawan bagi pengusaha dan lainnya.
Untuk mengukur tingkat infasi secara nasional yaitu dengan melihat Indeks harga konsumen. Yang dimaksud dengan Indeks harga konsumen adalah perbandingan harga barang dan jasa yang sama pada tahun tertentu terhadap tahun dasar.
Rumusnya sbb :
IHK = Harga Xt / Harga Xtd
Dimana Harga Xt = harga produk X pada tahun ini , Harga Xt-1 = harga produk X pada tahun dasar, yg telah ditetapkan sebelumnya
Sementara rumus sederhana untuk menghitung Inflasi adalah :
dimana IHK adalah Indeks Harga Konsumen pada tahun t dan t-1
Untuk mempelajari inflasi ini ada baiknya kita tengok beberapa jenis inflasi yang ada :
- Inflasi
akibat kebijakan pemerintah (Policy Induced Inflation), dari
namanya kita tahu bahwa ini adalah akibat kebijakan pemerintah yakni
kebijakan ekspansi moneter. Contohnya bila pemerintah atau bank sentral
menurunkan suku bunga bank sentral dapat berakibat investasi meningkat
sehingga uang yang beredar di masyarakat semakin meningkat dan akhirnya
terjadi inflasi. Lawan dari Policy Induced Inflation adalah Inflasi yang
bukan akibat dari kebijakan pemerintah misalnya karena kondisi alam yang
mengakibatkan kelangkaan barang tertentu sehingga uang beredar luas untuk
membeli barang tersebut yang tentu saja dalam kondisi lebih mahal dari
pada biasanya.
- Cost
Plus Inflation, yaitu inflasi yang
diakibatkan kenaikan dari biaya-biaya produksi sementara efisiensinya
belum menyesuaikan. Contohnya kenaikan dari biaya untuk memproduksi suatu
barang karena salah satu faktor produksinya naik.
- Demand
Pull Inflation, yaitu inflasi yang
diakibatkan oleh adanya kenaikan permintaan dari barang atau sekumpulan
barang tertentu.
Jenis inflasi lainnya tidak dibahas disini.
Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate) dan Angkatan Kerja
Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah jumlah orang yang bekerja ditambah orang yang telah berumur produktif tetapi tidak bekerja. Tingkatan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari tingkat penganggurannya.Dari angka ini dapat diketahui bagaimana daya serap tenaga kerja suatu ekonomi yang tumbuh. Dan dari tingkat pengangguran ini kita bisa menilai bagaimana kinerja suatu pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonominya.
Rumus-rumusnya adalah sbb :
Tingkat Pengangguran = (jml orang tdk bekerja / Total Angkatan kerja) x 100%
Tingkat Partisipasi Kerja = (angkatan kerja / jml penduduk dewasa) x 100%
Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate) dan Angkatan Kerja
Yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah jumlah orang yang bekerja ditambah orang yang telah berumur produktif tetapi tidak bekerja. Tingkatan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari tingkat penganggurannya.Dari angka ini dapat diketahui bagaimana daya serap tenaga kerja suatu ekonomi yang tumbuh. Dan dari tingkat pengangguran ini kita bisa menilai bagaimana kinerja suatu pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonominya.
Rumus-rumusnya adalah sbb :
Tingkat Pengangguran = (jml orang tdk bekerja / Total Angkatan kerja) x 100%
Tingkat Partisipasi Kerja = (angkatan kerja / jml penduduk dewasa) x 100%
2.
AKTIVITAS
EKONOMI
1)
Kegiatan Ekonomi Primer adalah kegiatan yang mengolah kekayaan alam dan
memanfaatkan faktor-faktor produksi yang disediakan oleh alam. Contohnya,
pertanian, pertambangan, perikanan, kehutanan, peternakan.
2) Kegiatan Ekonomi Sekunder adalah kegiatan yang menghasilkan barang industri atau perusahaan-perusahaan yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi dan siap untuk dikonsumsi masyarakat. Contohnya: perusahaan mobil, sepatu, pakaian, dan lain-lain.
3) Kegiatan Ekonomi Tersier adalah kegiatan yang menghasilkan jasa-jasa perusahaan yang menyediakan pengangkutan (transportasi), menjalankan perdagangan, memberi pinjaman, dan menyewakan bangunan. Selain berperan sebagai produsen, perusahaan juga sebagai pelaku konsumsi. Perusahaan akan membutuhkan berbagai bentuk faktor produksi seperti bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja, mesin, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diperoleh dengan cara membeli dari rumah tangga keluarga atau rumah tangga pemerintah (negara). Misalnya, perusahaan roti, akan membutuhkan telur, tepung terigu, gula pasir, bahan pengembang, tenaga kerja, oven, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dikonsumsi perusahaan untuk memperlancar proses produksi.
2) Kegiatan Ekonomi Sekunder adalah kegiatan yang menghasilkan barang industri atau perusahaan-perusahaan yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi dan siap untuk dikonsumsi masyarakat. Contohnya: perusahaan mobil, sepatu, pakaian, dan lain-lain.
3) Kegiatan Ekonomi Tersier adalah kegiatan yang menghasilkan jasa-jasa perusahaan yang menyediakan pengangkutan (transportasi), menjalankan perdagangan, memberi pinjaman, dan menyewakan bangunan. Selain berperan sebagai produsen, perusahaan juga sebagai pelaku konsumsi. Perusahaan akan membutuhkan berbagai bentuk faktor produksi seperti bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja, mesin, dan lain sebagainya. Semua itu dapat diperoleh dengan cara membeli dari rumah tangga keluarga atau rumah tangga pemerintah (negara). Misalnya, perusahaan roti, akan membutuhkan telur, tepung terigu, gula pasir, bahan pengembang, tenaga kerja, oven, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dikonsumsi perusahaan untuk memperlancar proses produksi.
3. IDEOLOGI
DAN EKONOMI
A. Sistem Ekonomi Tradisional
Tujuan
dari sistem ekonomi ini adalah mempertahankan tradisi yang terjadi turun
temurun, dengan mengabaikan apa yang harus dilakukan dan untuk apa dilakukan.
Ciri-ciri
dari sistem ekonomi tradisional ini adalah:
1)
Teknologi
masih sederhana,
2)
Kegiatan
usaha ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pokok,
3)
Modal
masih terbatas,
4)
Masyaraktnya
masih susah menerima perubahan karena terikat dengan tradisi,
5)
Masih
terdapat sistem pertukaran barang dengan barang ( barter).
B. Sistem Ekonomi
liberal/pasar/kapitalis
Sistem
ekonomi liberal/pasar/kapitalis atau yang biasa disebut dengan Free Fight Liberalism adalah suatu
penerapan kehidupan ekonomi yang bebas, dimana warga negara diberi kebebasan
oleh pemerintahan untuk melakukan kegiatan ekonomi, dan seluruh sumber daya
yang tersedia, dimiliki, dan dikuasai oleh masyarakat dapat dikembangkan secara
bebas. Dalam sistem ini, pemerintah tidak ikut campur tangan. Bahkan dalam kondisi
tertentu pun, pemerintah benar-benar lepas tangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Sehingga kondisi ini disebut juga dengan istilah laissez-faire.
Adapun
ciri-ciri dari sistem ekonomi liberal, yaitu:
1) Semua
alat dan sumber produksi berada di tangan perseorangan,
2) Kegiatan
ekonomi di semua sektor dilakukan oleh swasta,
3) Modal
memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi.
Kebaikan dari sistem ekonomi liberal
adalah:
1)
Setiap
individu bebas memiliki alat-alat produksi,
2)
Adanya
persaingan usaha mendorong kemajuan berusaha,
3)
Produksi
didasarkan atas kebutuhan masyarakat, dan lain”.
Keburukan dari sistem ekonomi
liberal adalah :
1)
Menimbulkan
monopoli sehingga merugikan masyarakat,
2)
Menimbulkan
penindasan terhadap manusia lain,
3)
Pengusaha
yang bermodal kecil akan semakin tersisih, dan lain”.
Contoh dunia yang menggunakan sistem ekonomi liberal: Blok
Barat ( Inggris, Amerika Serikat, Kanada).
C. Sistem Ekonomi Komando/Sosialis
Sistem
ekonomi komando/etatisme/terpusat adalah sistem ekonomi yang pengaturan
kehidupan ekonominya secara langsung oleh negara.
Adapun
ciri-ciri dari sistem ekonomi komando, yaitu:
1) Semua
alat dan sumber produksi dikuasai oleh negara,
2) Kegiatan
perekonomian diatur dan dikuasai secara mutlak oleh negara,dan
3) Jenis-jenis
pekerjaan dalam suatu negara serta pembagian kerja diatur oleh pemerintah.
Kebaikan dari sistem ekonomi komando
adalah:
1) Pemerintah
mengatur distribusi barang-barang,
2) Tidak
ada kesenjangan antaranggota masyarakat, dan
3) Kemakmuran
masyarakat terjamin.
Keburukan dari sistem ekonomi
komando adalah:
1) Hak
milik perseorangan tidak diakui,
2) Kemajuan
ekonominya lambat, dan
3) Potensi,
inisiatif, dan kreasi warga masyarakat tidak berkembang.
Contoh dunia yang menggunakan sistem
ekonomi komando adala: Blok Timur( negara-negara Komunis) seperti Rusia, Kuba,
Korea Utara, dan negara Eropa Timur.
D. Sistem
Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi campuran adalah
sistem ekonomi yang mengambil segi positif dari sistem ekonomi liberal dan
sistem ekonomi komando.
Adapun ciri-ciri dari sistem ekonomi
campuran, yaitu:
1) Kesempatan
kerja penuh ( full employment) dan jasa kolektif mendapat prioritas yang
tinggi,
2) Harga
tidak semata-mata ditentukan oleh mekanisme pasar, tetapi pemerintah juga ikut
campur dalam menentukan kebijakan,
3) Pemerintah
menyelenggarakan jaminan sosial dan bertanggung jawab atas distribusi
pendapatan yang lebih merata.
Contoh
dunia yang menggunakan sistem ekonomi campuran adalah: negara-negara berkembang
(Indonesia, Afrika, Amerika Latin).
E. Sistem
Ekonomi Di Indonesia
Sistem
perekonomian di Indonesia memiliki acuan yang jelas, yaitu Undang-Undang Dasar
1945 terutama pasal 33. Demokrasi ekonomi sebagai dasar pelaksanaan pembangunan
ekonomi di Indonesia mempunyai ciri-ciri positif, yaitu:
1)
Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan,
2) Cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara,
3) Bumi,
air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, sebagai pokok-pokok
kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara, dan lain”.
Sistem
ekonomi Indonesia sering juga disebut dengan sistem ekonomi Pancasila. Adapun
ciri-ciri ekonomi pancasila, yaitu:
1)
Perekonomian
tidak didominasi oleh modal dan buruh, melainkan berdasarkan atas asas
kekeluargaan,
2) Negara
menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya,
3) Peranan
negara penting tetapi tidak dominan dan dicegah tumbuhnya sistem komando.
F. Sistem Ekonomi Kerakyatan
Welfare economic/Ekonomi kerakyatan adalah
konsep yang didopsi oleh Indonesia tujuan dari ekonomi tipe ini adalah untuk
memakmurkan dan meciptakan kesejahteraan rakyat. System ekonomi ini berdasarkan
pada kekuatan ekonomi rakyat untuk mencapai kemakmurannya. Dengan demikian
pertumbuhan dan kemajuan ekonomi di sektor ril akan berkembang pesat, dan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat akan tercapai. Modal yang diberikan
pemerintah untuk modal usaha, didapat dari pajak- pajak dan hasil pendapatan
negara dari berbagai sektor dan sudah semestinya harus dikembalikan lagi kepada
rakyat yang membutuhkan, sama halnya dengan dari rakyat untuk rakyat.
Sebenarnya ekonomi kerakyatan itu simpel dan tidak rumit atau njelimet.
Simpelnya adalah berkembangya suatu ekonomi dari hal yang ril dan nyata,
seperti berdagang ada pembeli, penjual, barang yang dijual ada, ada alat
tukarnya seperti uang misalnya dan terjadi transaksi antara pembeli dan
penjual, sama- sama terjadi kesepakatan dan keduanya sama- sama puas, dalam
artian kedua- duanya mendapat benefit dan keuntungan yang pada akhirnya terjadi
kemakmuran diantara keduanya. Bila hal seperti ini dilakukan banyak orang maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan maju pesat.
G. Sistem
Ekonomi Koperasi
Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko / co dan operasi / operation. Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1967, koperasi indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko / co dan operasi / operation. Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama. Berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1967, koperasi indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Berikut di bawah ini adalah landasan koperasi
indonesia yang melandasi aktifitas koprasi di indonesia.
- Landasan Idiil = Pancasila
- Landasan Mental = Setia kawan dan kesadaran diri sendiri
- Landasan Struktural dan gerak = UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1
- Landasan Mental = Setia kawan dan kesadaran diri sendiri
- Landasan Struktural dan gerak = UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1
A. Fungsi Koperasi / Koprasi
1. Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian
indonesia
2. Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi indonesia
3. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara indonesia
4. Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan koperasi
2. Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi indonesia
3. Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara indonesia
4. Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan koperasi
B. Peran dan Tugas Koperasi / Koprasi
1. Meningkatkan tarah hidup sederhana masyarakat
indonesia
2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di indonesia
3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada
2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di indonesia
3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada
H. Sistem ekonomi Syariah
Ekonomi syariah adalah
jenis ilmu yang didasari oleh Al-Qur'an dan Al-Hadist selain itu ada juga
tambahan dari ilmu fiqih untuk menyusun konsep ekonomi syariah yang digunakan
dalam industry ekonomi syariah misalnya dalm hal perbankan syari'ah dan
asuransi syari'ah. Tujuan utama dari ekonomi syariah adalah untuk mencapai
kemaslahatan dan kemakmuran umat dengan berdasarkan pada Al-Qur'an dan
Al-Hadist, tujuan yang sama yang ingin dicapai oleh ekonomi kerakyatan. Dalam
kegiatan ekonomi syariah harus dilandasi dengan etiket baik dan ahlak yang baik
dalam arti lain unsur ketuhanan sangat berperan penting dalam melaksanakan
berbagai kegiatan ekonomi. Unsur Sang Khalik adalah sebagai guadience, petunjuk
atau pembimbing untuk melakukan berbagai kegiatan berekonomi agar tidak terjadi
hal- hal yang tidak baik dan tidak benar. Seperti antara pembeli dan penjual
agar keduanya puas dan mengambil benefit atau manfaat dari kegiatan
transaksinya, jangan sampai keduanya merasa ada yang terzhalimi atau dizhalimi
dan teraniyaya. Kesepakatan antar pembeli dan penjual sangat penting, bila
kesepakatan telah tercapai maka keduanya saling ridho dan saling memberkahi,
maka tansaksi ekonomi tersebut halal dan berpahala.
4.
GLOBALISASI EKONOMI
Ekonomi dunia atau ekonomi global secara umum
merujuk ke ekonomi
yang didasarkan pada ekonomi nasional semua negara di dunia.
Ekonomi global juga dapat dipandang sebagai ekonomi masyarakat global dan
ekonomi nasional – yaitu ekonom masyarakat setempat, sehingga menciptakan satu
ekonomi global. Ekonomi dunia dapat dievaluasi dengan berbagai cara. Misalnya,
tergantung model yang dipakai, penilaian yang dipakai dapat direpresentasikan
menggunakan mata
uang tertentu, misalnya dolar AS tahun 2006 atau euro tahun 2005.
Ekonomi dunia tidak terpisahkan dari geografi dan ekologi Bumi,
sehingga menjadi salah paham karena seharusnya tidak mencakup pertimbangan
sumber daya atau nilai apapun di luar Bumi meski definisi dan
representasi "ekonomi dunia" bermacam-macam. Misalnya, ketika ada
upaya yang bisa dilakukan untuk menghitung nilai kesempatan daerah tambang yang
belum terjamah di teritori yang belum diklaim di Antarktika,
kesempatan yang sama di Mars
tidak bisa dianggap sebagai bagian dari ekonomi dunia—bahkan jika saat ini
dieksploitasi dengan cara-cara tertentu—dan dapat dianggap sebagai nilai laten
saja sebagaimana properti intelektual yang belum tercipta,
seperti penemuan yang tidak terpikirkan sebelumnya.
JALUR PERDAGANGAN DUNIA
Jalur Sutra (Hanzi
tradisional: 絲綢之路; Hanzi yang Disederhanakan: 丝绸之路; pinyin: sī chóu zhī
lù, bahasa
Persia راه ابریشم Râh-e Abrisham)
adalah sebuah jalur perdagangan melalui Asia
Selatan yang dilalui oleh karavan dan kapal laut, dan menghubungkan Chang'an, Republik Rakyat Cina, dengan Antiokhia, Suriah, dan juga
tempat lainnya. Pengaruhnya terbawa sampai ke Korea dan Jepang.
Pertukaran ini sangat penting tak hanya untuk
pengembangan kebudayaan Cina, India
dan Roma namun juga
merupakan dasar dari dunia modern. Istilah 'jalur sutra' pertama kali digunakan
oleh geografer Jerman
Ferdinand von
Richthofen pada abad ke-19 karena komoditas perdagangan dari Cina yang banyak berupa
sutra.
Jalur Sutra benua membagi menjadi jalur utara
dan selatan begitu dia meluas dari pusat perdagangan Cina Utara dan Cina
Selatan, rute utara melewati Bulgar-Kipchak ke Eropa Timur
dan Semenanjung Crimea,
dan dari sana menuju ke Laut Hitam, Laut
Marmara, dan Balkan
ke Venezia;
rute selatan melewati Turkestan-Khorasan menuju Mesopotamia
dan Anatolia,
dan kemudian ke Antiokia
di Selatan Anatolia menuju ke Laut Tengah atau melalui Levant ke Mesir dan Afrika
Utara.
Hubungan jalan
rel yang hilang dalam Jalur Sutra diselesaikan pada 1992, ketika jalan rel
internasional Almaty
- Urumqi dibuka.
BAB VIII
KEPENDUDUKAN DAN DINAMIKA PENDUDUK
1. PENGANTAR DEMOGRAFI
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari
dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat
kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat
merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan
kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan,
agama, atau etnisitas
tertentu.
SEJARAH KEPENDUDUKAN DUNIA
Keseimbangan Lama dan Baru
Keseimbangan lama dan baru adalah
ketika reit kematian dan kelahiran dari penduduk suatu wilayah masing-masing
berada pada tingkat yang tinggi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat
lambat, bahkan untuk sebagian besar periode jumlah kelahiran tak banyak berbeda
dengan jumlah Kematian. Fluktuasi reit Kematian yang besar sering terjadi,
sementara reit kelahiran relatif stabil pada tingkat yang tinggi. Keseimbangan
yang lama penduduk suatu negeri pada hakikatnya menunjukkan fase sebelum
mulainya transisi demografi dari penduduk negeri yang bersangkutan.
Keseimbangan baru berarti keadaan di
mana reit kelahiran dan Kematian berada pada tingkat yang rendah. Borrie
membedakan masyarakat ke dalam tiga (3) tipe, yaitu: masyarakat yang tidak
mengontrol fertilitas atau mortalitas secara efisien, masyarakat yang tidak
mengontrol fertilitas tetapi sedang mengalami penurunan reit Kematian, dan
masyarakat yang mengontrol fertilitas dengan cara yang sangat efisien dan
mempunyai harapan hidup rata-rata yang panjang. Proses menuju ke keseimbangan
baru setelah terganggunya keseimbangan lama dalam arti turunnya reit Kematian
(adalah mulai turunnya reit Kematian) adalah mulai turunnya reit kelahiran.
Suatu masyarakat yang berada pada
keseimbangan baru (kelahiran rendah-kematian rendah) berarti masyarakat yang
bersangkutan telah melalui fase transisi demografi. Banyak negara-negara
industri mulai mengalami turunnya reit-reit kelahiran dalam abad ke-19.
Angka-angka Perkembangan Penduduk
Dunia pada Berbagai Periode
Bagi hampir keseluruhan periode
adanya manusia di bumi, reit perkembangan penduduk tahunan dunia hampir-hampir
mendekati nol. Kemajuan pesat dalam perkembangan jumlah manusia paralel dengan
penemuan-penemuan besar yaitu penemuan sistem pertanian, mulai kehidupan
perkotaan dan perdagangan, pengendalian kekuatan-kekuatan non-manusiawi, dan
revolusi teknologi.
Perkembangan penduduk yang cepat
sedang terjadi di negara-negara berkembang. Di kawasan negara-negara berkembang
tidak saja menonjol ciri reit perkembangan penduduk yang cepat, tetapi juga di
kawasan tersebut dijumpai sejumlah negara-negara raksasa ditinjau dari segi
jumlah penduduk.
Perkembangan Penduduk Jawa Abad
Ke-19
Indonesia, sekali pun untuk Jawa, informasi
atau data demografi abad ke-19 yang tersedia sangat terbatas. Bahkan informasi
yang sangat dasar seperti angka-angka jumlah penduduk sering merupakan sumber
perdebatan. Para ahli pada umumnya berpendapat adanya under enumeration bagi
angka-angka jumlah penduduk resmi awal abad ke-a19. Namun angka-angka tersebut
seperti angka "sensus" Raffles masih dipandang bermanfaat. Bahkan ada
penulis-penulis yang walaupun mengakui angka Raffles terlalu rendah sebagai
penduduk Jawa di permulaan abad ke-19, telah mengambil data "sensus"
Raffles tersebut sebagai starting point.
Breman berpendapat bahwa angka-angka
pertambahan penduduk Jawa pada abad ke-19 atas dasar angka-angka resmi lebih
tinggi daripada kenyataan yang sesungguhnya walaupun dibandingkan dengan
abad-abad sebelumnya dan dengan masyarakat praindustri lainnya, Jawa mengalami
pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Alasan-alasan terpenting yang
umumnya dikemukakan untuk menerangkan perkembangan penduduk cepat di Jawa
berkisar pada:
1.
Terjadinya perbaikan tingkat hidup dari penduduk pribumi;
2.
Meluasnya pelayanan kesehatan; kongkritnya adalah introduksi vaksinasi cacar;
dan
3.
Perwujudan ketertiban dan perdamaian oleh pemerintah Belanda.
Perkembangan penduduk dihubungkan
dengan meningkatnya pengaruh sistem pemerintah kolonial Belanda terhadap
berbagai lapangan kehidupan. Ungkapan-ungkapan seperti ekspansi statis dan
kemiskinan berbagi, patut pula
disebut dalam rangka memahami perkembangan penduduk di Jawa.
Penduduk Indonesia di Abad ke-20
Dalam zaman sebelum Indonesia
sebelum merdeka, pengumpulan data jumlah penduduk yang lebih seksama mencakup
seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan untuk pertama kali pada tahun 1920 yang
dikenal sebagai Sensus Penduduk 1920. Sesudah itu berlangsung lima kali
pengumpulan data penduduk melalui sensus yaitu satu kali sebelum Indonesia
merdeka pada tahun 1930, dan empat kali setelah Indonesia merdeka masing-masing
pada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990. Data jumlah penduduk dari keempat sumber
ini cukup dapat dipercaya.
Dalam masa 60 tahun terakhir antara
1930-1990 jumlah penduduk Indonesia hampir menjadi tiga (3) kali lipat. Suatu
percepatan perkembangan penduduk telah terjadi di Indonesia dalam jangka waktu
lima (5) dekade terakhir hingga tahun 1980. Namun pada periode 1980-1990 reit
perkembangan penduduk Indonesia secara keseluruhan telah menurun menjadi
sekitar 2,0 persen per tahun. Reit perkembangan penduduk tahunan yang sedang
berlangsung dewasa ini lebih rendah di Jawa dibandingkan dengan kebanyakan
pulau-pulau lain di luar Jawa[i][i].
DISTRIBUSI PENDUDUK DUNIA
Penyebaran penduduk dapatlah diartikan pindahnya
penduduk dari satu tempat ke tempat lain oleh apapun sebabnya, yang akan
mengakibatkan terjadinya perubahan penduduk. Prosesnya dengan imigrasi atau
emigrasi dan transmigrasi.
Penyebaran penduduk juga tidak terlepas dari
konsep tentang kemajuan masyarakat atau kemajuan kebudayaan manusia yang dengan
lambat berkembang dari bentuk- bentuk bersahaja ke bentuk- bentuk yang
kompleks. Mulai dari tingkat masyarakat berburu atau tingkat liar (savage),
tingkat beternak atau tingkat barbar (barbarism), dan tingkat pertanian ketika
berkembang peradaban (civilization). Dengan perkembangan kebudayaan ini
otomatis akan terjadi penyebaran penduduk yang erat hubungannya dengan faktor
ekologis. Bilamana menemukan daerah subur, disitu peradaban akan berkembang dan
penduduk menetap. Contoh daerah Euphrat dan Tigris merupakan lembah yang pernah
dialami penduduk yang cukup padat.
Kalau dilihat secara umum, terjadinya
migrasi-migrasi itu ada yang lambat, otomatis, cepat dan mendadak. Hal ini
sejajar dengan perkembangan makhluk manusia yang selalu membanyak jumlahnya dan
menginginkan tempat-tempat yang baru di muka bumi.
Kalau melihat rekontruksi W. Howells Nampak
bahwa migrasi-migrasi besar penduduk dunia antara 80.000 sM sampai 1.000 sM
cenderung menyusuri pantai- pantai di setiap benua dan membuat garis spiral
dengan arah ke pedalaman.
Migrasi yang lambat terjadi pada kelompok
manusia yang pindah dari Benua Asia ke Benua Amerika pada akhir zaman Glasial
ke-4. Selama beribu- ribu tahun lamanya binatang maupun manusia mulai pindah ke
utara. Migrasi yang cepat dan mendadak diakibatkan oleh bermacam sebab,
misalnya karena bencana alam, wabah, perubahan mata pencaharian, dan
peperangan. Ada juga yang disebabkan oleh peristiwa khusus seperti pelayaran
bangsa cina di Asia Timur dan Asia Tenggara, pelayaran bangsa Arab, dari Asia
Barat ke Afrika Utara, pelayaran bangsa Eropa ke Benua Afrika, Asia, dan
Amerika.
Ada dua faktor yang mempengaruhi penyebaran
penduduk, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong dapat
disebabkan oleh alasan ekonomi, politis dan agama. Contohnya orang Vietnam yang
mengungsi, orang Yahudi yang kembali ke Cina setelah Perang Dunia II, orang
islam di India yang beremigrasi massal ke Pakistan. Faktor penarik sifatnya
umum, misal propaganda suatu Negara untuk menarik para imigran.
Selanjutnya, Petersen mengemukakan adanya
migrasi primitif, penyebaran yang tidak tentu seperti mencari makan
(food-gathering) dan berburu (barbar), berkelana (wandering) dan berkelompok
menjelajahi suatu wilayah (ranging). Semua migrasi ini disebabkan oleh dorongan
ekologis, sebagai hubungan antara alam dengan manusia. Pada zaman modern motif
migrasi adalah adanya revolusi industri, korban perang, atau membuka daerah
pertanian baru.
Menurut ahli demografi yang mengamati dinamika
penduduk Indonesia secara makro, penduduk Indonesia bersifat highly immobile,
tidak banyak berpindah-pindah untuk menetap di luar daerah kelahiran mereka
kalau tidak terpaksa atau dipaksa untuk pindah. Istilah berpindah ini disebut
migrasi, yaitu perpindahan ke luar dari batas daerah kebudayaan seseorang.
Pengertian ini lebih tepat untuk kondisi migrasi di Indonesia, yang pada
umumnya mobilitas penduduk Indonesia bersifat merantau dengan tujuan mencari
mata pencaharian yang lebih baik, bersifat sementara dan punya harapan kembali
ke kampung halaman. Migrasi yang tidak berdasarkan sikap serta harapan untuk
kembali ke kampung halaman asli, terjadi pada masyarakat batak toba akibat
terlalu padat penduduknya sekitar tahun 1930.
Migrasi juga terjadi karena adanya usaha transmigrasi
dan proses urbanisasi. Beberapa penyebab transmigrasi yaitu, adanya bencana
alam, daerahnya kritis, daerahnya terlalu padat, dan adanya proyek pembangunan
pemerintah. Urbanisasi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu alasan keamanan
(adanya pemberontakan), mencari nafkah, ikatan keluarga (pernikahan) dan
bersekolah.
Dari hasil penelitian Koentjaraningrat, pada
penduduk desa sekitar Jakarta (1972) diperoleh kenyataan bahwa ada mobilitas
penduduk desa dengan pola perpindahan migran tetap dan migran tidak tetap. Pola
perpindahan migran tetap terdiri dari angkatan muda, yaitu laki-laki untuk
kerja dan wanita yang selain untuk kerja juga karena pernikahan. Pola
perpindahan migran tidak tetap, yaitu berkaitan dengan aktivitas dalam mencari
pekerjaan, misalnya buruh tani yang bekerja di desa lain pada tahap produksi
pertanian, tukang buah, buruh yang bekerja pada proyek pembangunan, yang
semuanya itu mempunyai lokasi yang cukup jauh. Keadaan demikian disebut
temporary non-seasional migrants atau migran sewaktu-waktu.
Demikian halnya di daerah pedesaan sekitar kota,
gerak sosial atau mobilitas penduduk tersebut menimbulkan masalah sosial yang
berkepanjangan, sebagai akibat adanya interaksi desa-kota dengan segala atribut
sosial, ekonomi, dan budaya kota yang menarik perhatian penduduk desa.
Masalah yang dirasakan akibat mobilitas penduduk
adalah terhambatnya laju proses pembangunan yang menyangkut program
kesejahteraan sosial seperti pendidikan, perumahan, kesehatan dan lingkungan.
Untuk analisis fenomena penduduk, dapat
dianalisis secara makro dan mikro. Analisis tingkat makro adalah untuk
mengetahui volume dan arah- arah migrasi. Sedangkan analisis tingkat mikro dari
gerak penduduk berhubungan dengan motivasi dan proses pengambilan keputusan
(Mochtar Naim, 1973).
Hipotesis analisis tingkat mikro yang cukup penting tentang migrasi buruh dan pengangguran di negara berkembang menurut Koentjaraningrat (1982),yaitu keputusan untuk bermigrasi dari desa ke kota. Secara fungsional berhubungan dengan dua variabel pokok yaitu:
1. Perbedaan real pendapat antara desa dan kota
2. Peluang untuk memperoleh suatu pekerjaan di kota
Hipotesis analisis tingkat mikro yang cukup penting tentang migrasi buruh dan pengangguran di negara berkembang menurut Koentjaraningrat (1982),yaitu keputusan untuk bermigrasi dari desa ke kota. Secara fungsional berhubungan dengan dua variabel pokok yaitu:
1. Perbedaan real pendapat antara desa dan kota
2. Peluang untuk memperoleh suatu pekerjaan di kota
Indonesia khususnya Jakarta sedang mulai
industrialisasi, dalam status adanya difusi modernisasi. Volume gerak
penduduknya, ternyata desa yang luar (dekat dengan jalan raya) lebih jumlahnya,
bila dibandingkan dengan desa dalam atau jauh dari jalan raya. Mengenai arah
perpindahan dari kedua desa ini tidak hanya Jakarta sebagai arah perpindahan.
Tetapi mereka juga pergi ke desa lain dan kota lainnya. Orientasi mereka pergi
ke kota berkenaan dengan pekerjaan sebagai buruh dan pegawai.
Motivasi migrasi mereka adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup. Proses pengambilan keputusan tidak lain
karena adanya kerabat yang turut membantu penempatan kerja. Unsur kerabat ini,
merupakan peluang untuk memperoleh suatu pekerjaan di kota.
Para migran ini kebanyakan berasal dari lapisan
sosial menengah dalam masyarakat desa, yang memandang kehidupan di desa menjadi
lebih sulit dan di kota sebagai sumber kehidupan baru yang penuh harapan.
Banyak diantara mereka yang menikah pada usia muda sehingga beratnya tanggung
jawab mendorong mereka berubanisasi.
2.
SENSUS PENDUDUK
Sensus,
kadangkala juga disebut cacah jiwa adalah sebuah proses mendapatkan
informasi tentang anggota sebuah populasi (tidak hanya populasi manusia).
Sensus digunakan untuk demokrasi (pemilu),
pengumpulan pajak, juga digunakan dalam ekonomi.
Sensus adalah cara pengumpulan data
yang dilakukan melalui pencacahan semua unit populasi di seluruh wilayah Republik
Indonesia untuk memperoleh karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. Sensus
dilaksanakan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun sekali yang meliputi:
- Sensus Penduduk, yang dilaksanakan pada tahun berakhiran
angka 0 (nol);
- Sensus Pertanian, yang dilaksanakan pada tahun
berakhiran angka 3 (tiga);
- Sensus Ekonomi, yang dilaksanakan pada tahun
berakhiran angka 6 (enam).
JENIS SENSUS
Menurut pelaksanaannya ada 2 macam sensus, yaitu sensus de jure dan
sensus de facto.
a. Sensus de jure,
yaitu pencacahan yang
hanya dikenakan kepada setiap orang, yang benar-benar berdiam atau bertempat
tinggal di daerah negara yang bersangkutan.
b. Sensus de facto,
yaitu pencacahan yang
dikenakan kepada setiap orang, yang pada waktu diadakan sensus berada di dalam
negara yang bersangkutan.
SEBAB PELAKSANAAN
Pencacahan dalam sensus penduduk
dilaksanakan untuk mengumpulkan karakteristik pokok dan rinci terhadap seluruh
penduduk baik yang bertempat tinggal tetap maupun yang tidak mempunyai tempat
tinggal tetap (tuna wisma, anak buah kapal Indonesia, manusia/ orang perahu,
dan suku terasing). Karakteristik pokok dan rinci tersebut mencakup
karakteristik tentang penduduk, perumahan dan lingkungannya, dan karakteristik
lain yang termasuk dalam lingkup standar bidang kependudukan. Sensus penduduk
terakhir dilaksanakan pada tahun 2000, dengan desain untuk pencacahan lengkap
terhadap perumahan (12 karakteristik) dan penduduk (15 karakteristik).
Pencacahan dalam sensus pertanian
dilaksanakan untuk mengumpulkan karakteristik pokok dan rinci terhadap seluruh
petani, perusahaan pertanian, dan pengukuran obyek kegiatan statistik
pertanian. Karakteristik pokok dan rinci tersebut mencakup karakteristik
petani, tanah, tanaman, kegiatan usaha di bidang pertanian, serta karakteristik
lain yang termasuk dalam lingkup statistik dasar bidang pertanian.
Pencacahan dalam sensus ekonomi
dilaksanakan untuk mengumpulkan karakteristik pokok dan rinci terhadap seluruh
perusahaan dan kegiatan usaha di bidang ekonomi (kecuali pertanian) di seluruh
wilayah Indonesia baik yang diusahakan secara permanen maupun tidak permanen
termasuk pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air
bersih, bangunan dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan industri
jasa. Karakteristik produksi, pemakaian bahan
baku, serta karakteristik lain yang termasuk dalam lingkup statistik dasar
bidang ekonomi.
KEGUNAAN
Manfaat diadakannya
sensus penduduk menurut Wardiyatmoko
dan Bintarto sebagai berikut.
1) Mengetahui jumlah penduduk seluruhnya.
2) Mengetahui golongan penduduk menurut jenis
kelamin, umur, dan banyaknya kesempatan kerja.
3) Mengetahui keadaan pertumbuhan penduduk.
4) Mengetahui susunan penduduk menurut mata
pencaharian agar diketahui struktur perekonomiannya.
5) Mengetahui persebaran penduduk, daerah
yang terlalu padat, dan daerah yang masih jarang penduduknya.
6) Mengetahui keadaan penduduk suatu kota dan
mengetahui akibat perpindahan.
7) Merencanakan pembangunan bidang
kependudukan.
3.
KOMPOSISI
PENDUDUK
SEX
RATIO
Rasio Jenis Kelamin (RJK) / Sex Ratio merupakan indikator
yang digunakan untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin. Angka
ini dinyatakan dengan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan
jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu. Rasio jenis
kelamin dapat pula dihitung untuk masing-masing kelompok umur.
Tujuan Umum
Tujuab umum angka rasio jenis kelamin (RJK) / sex ratio adalah untuk mempelajari pola atau perubahan rasio jenis kelamin menurut golongan umur.
Tujuab umum angka rasio jenis kelamin (RJK) / sex ratio adalah untuk mempelajari pola atau perubahan rasio jenis kelamin menurut golongan umur.
Tujuan Khusus
- Untuk
mempelajari konsistensi rasio jenis kelain menurut golongan umur, yaitu
menurunnya rasio jenis kelamin sejalan dengan meningkatnya golongan umur.
Dengan kata lain , rasio jenis kelamin semakin kecil jika golongan umur
semakin tua.
- Mempelajari
tentang adanya pengaruh migrasi, atau wilayah pemukiman dengan
karakteristik khusus.
Konsep dan Definisi
Rasio jenis kelamin saat lahir
Rasio jenis kelamin saat lahir dinyatakan sebagai perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi perempuan yang lahir dalam setahun. Rasio jenis kelamin pada saat lahir (atau rasio jenis kelamin kelahiran) pada umumnya mempunyai nilai di sekitar angka 105, dengan pengertian untuk setiap 100 kelahiran bayi perempuan terdapat 105 kelahiran bayi laki-laki dalam setahun.
Rasio jenis kelamin saat lahir dinyatakan sebagai perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi perempuan yang lahir dalam setahun. Rasio jenis kelamin pada saat lahir (atau rasio jenis kelamin kelahiran) pada umumnya mempunyai nilai di sekitar angka 105, dengan pengertian untuk setiap 100 kelahiran bayi perempuan terdapat 105 kelahiran bayi laki-laki dalam setahun.
Rasio jenis kelamin menurut golongan umur
Rasio jenis kelamin untuk golongan umur ke-i atau penduduk yang berumur x sampai (x+4) merupakan perbandingan antara penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan dalam golongan umur tersebut.
Menurunnya rasio jenis kelamin sejalan dengan meningkatnnya golongan umur yang merupakan akibat dari rasio jenis kelamin kematian yang berkisar antara angka 105 – 125, yang menyatakan lebih banyak laki-laki yang meninggal setiap tahun dibandingkan dengan perempuan. Sehingga pada usia dewasa (40 – 54 tahun), usia tua (55 – 64 tahun), dan usia lanjut (65 tahun ke atas) jumlah perempuan cenderung lebih banyak dari pada laki-laki.
Rasio jenis kelamin untuk golongan umur ke-i atau penduduk yang berumur x sampai (x+4) merupakan perbandingan antara penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan dalam golongan umur tersebut.
Menurunnya rasio jenis kelamin sejalan dengan meningkatnnya golongan umur yang merupakan akibat dari rasio jenis kelamin kematian yang berkisar antara angka 105 – 125, yang menyatakan lebih banyak laki-laki yang meninggal setiap tahun dibandingkan dengan perempuan. Sehingga pada usia dewasa (40 – 54 tahun), usia tua (55 – 64 tahun), dan usia lanjut (65 tahun ke atas) jumlah perempuan cenderung lebih banyak dari pada laki-laki.
Perhitungan
Rasio jenis kelamin penduduk golongan umur lima tahunan dari x sampai (x+4) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rasio jenis kelamin penduduk golongan umur lima tahunan dari x sampai (x+4) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
di mana Plkx, x+4 menyatakan penduduk laki-laki berusia x
tahun sampai x+4 tahun. Pprx,x+4 menyatakan penduduk perempuan berusia x tahun
sampai x+4 tahun.
Sebenarnya rasio jenis kelamin dapat dihitung untuk setiap golongan umur yang dipandang perlu. Sebagai contoh jika di daerah A terdapat 114.000 pendudk laki-laki berusia 20 – 34 dan 100.000 penduduk perempuan dengan usia sama, maka rasio jenis kelamin di daerah A untuk pwnduduk berusia 20 – 34 tahun sama dengan (114.000 / 100.000) x 100 = 114. Rasio jenis kelamin sebesar ini menunjukkan kemungkinan adannya migrasi tenaga kerja, khususnya laki-laki yang produktif ke daerah tersebut.
Sebenarnya rasio jenis kelamin dapat dihitung untuk setiap golongan umur yang dipandang perlu. Sebagai contoh jika di daerah A terdapat 114.000 pendudk laki-laki berusia 20 – 34 dan 100.000 penduduk perempuan dengan usia sama, maka rasio jenis kelamin di daerah A untuk pwnduduk berusia 20 – 34 tahun sama dengan (114.000 / 100.000) x 100 = 114. Rasio jenis kelamin sebesar ini menunjukkan kemungkinan adannya migrasi tenaga kerja, khususnya laki-laki yang produktif ke daerah tersebut.
RASIO
KETERGANTUNGAN
Gabungan indikator rka dan rkl menunjukkan total
rasio ketergantungan penduduk usia tidak produktif pada penduduk usia
produktif. Indikator ini lebih dikenal dengan istilah rasio ketergantungan
(beban tanggungan)
rumus
Sumber Data yang dapat digunakan :
- Sensus Penduduk (SP)
- Supas (Survei Penduduk Antar Sensus)
- Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
- Sensus Penduduk (SP)
- Supas (Survei Penduduk Antar Sensus)
- Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
PIRAMIDA
PENDUDUK
Piramida penduduk adalah
dua buah diagram batang, pada satu sisi menunjukkan jumlah penduduk laki-laki
(kiri) dan pada sisi lainnya menunjukkan jumlah penduduk perempuan (kanan)
dalam kelompok interval usia penduduk lima tahunan. Penduduk laki-laki biasanya
digambarkan di sebelah kiri dan penduduk wanita di sebelah kanan. Grafik dapat
menunjukkan jumlah penduduk atau prosentase jumlah penduduk terhadap jumlah
penduduk total
jadi piramida penduduk adalah grafik yang menggambarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
Jenis-jenis piramida penduduk dibedakan menjadi 3, yaitu piramida penduduk muda (ekspansive), piramida penduduk stasioner, dan piramida penduduk tua (konstruktif).
jadi piramida penduduk adalah grafik yang menggambarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
Jenis-jenis piramida penduduk dibedakan menjadi 3, yaitu piramida penduduk muda (ekspansive), piramida penduduk stasioner, dan piramida penduduk tua (konstruktif).
1. Piramida Penduduk
Muda (Expansive)
Jika suatu wilayah yang memiliki angka kelahiran yang tinggi dan angka kematian
yang rendah sehingga daerah ini mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat.
Piramida ini dicirikan sebagian besar penduduk masuk dalam kelompok umur muda.
Contohnya adalah negara-negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia,
Malaysia, Filipina, dan India.
Piramida Penduduk Expansif memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi
2. Piramida Penduduk Stasioner
Jika suatu wilayah memiliki angka kelahiran dan angka kematian yang sama-sama rendah (seimbang). Contohnya adalah negara-negara Eropa Barat misalnya Swedia.
Jika suatu wilayah memiliki angka kelahiran dan angka kematian yang sama-sama rendah (seimbang). Contohnya adalah negara-negara Eropa Barat misalnya Swedia.
Piramida Penduduk Stasioner memiliki ciri-ciri :
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama
b. Tingkat kelahiran rendah
c. Tingkat kematian rendah
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama
b. Tingkat kelahiran rendah
c. Tingkat kematian rendah
d. Pertumbuhan penduduk mendekati nol atau lambat
3. Piramida Penduduk Tua (Constructive)
Jika suatu wilayah memiliki angka kelahiran yang menurun dengan cepat dan tingkat kematian yang rendah. Piramida ini juga dicirikan dengan jumlah kelompok umur muda lebih sedikit dibanding kelompok umur tua. Contohnya adalah negara-negara yang sudah maju, misalnya Amerika Serikat.
Piramida Penduduk Constructive memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua
b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit
c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian
d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang
Jika suatu wilayah memiliki angka kelahiran yang menurun dengan cepat dan tingkat kematian yang rendah. Piramida ini juga dicirikan dengan jumlah kelompok umur muda lebih sedikit dibanding kelompok umur tua. Contohnya adalah negara-negara yang sudah maju, misalnya Amerika Serikat.
Piramida Penduduk Constructive memiliki ciri-ciri :
a. Sebagian besar penduduk berada kelompok usia dewasa atau tua
b. Jumlah penduduk usia muda sangat sedikit
c. Tingkat kelahiran lebih rendah dibanding dengan tingkat kematian
d. Pertumbuhan penduduk terus berkurang
Secara umum bentuk piramida penduduk Indonesia termasuk piramida penduduk ekspansip Atau piramida bentuk limas, karena angka kelahiran cukup tinggi daripada angka kematian.
4. PERSPEKTIF
DEMOGRAFI
1. Teori Malthus (Thomas Robert Malthus)
Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu :
a. Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia
b. Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Malthus juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup.
Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi kegoncangan dan kepincangan terhadap perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan jalan :
a. Preventive checks
Yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk didalamnya antara lain :
1) Penundaan masa perkawinan
2) Mengendalikan hawa nafsu
3) Pantangan kawin
b. Positive checks
Yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain :
1) Bencana Alam
2) Wabah penyakit
3) Kejahatan
4) Peperangan
Positive checks biasanya dapat menurunkan kelahiran pada negara-negara yang belum maju.
Teori yang dikemukakan Malthus terdapat beberapa kelemahan antara lain :
a. Malthus tidak yakin akan hasil preventive cheks.
b. Ia tak yakin bahwa ilmu pengetahan dapat mempertinggi produksi bahan makanan dengan cepat.
c. Ia tak menyukai adanya orang-orang miskin menjadi beban orang-orang kaya
d. Ia tak membenarkan bahwa perkembangan kota-kota merugikan bagi kesehatan dan moral dari orang-orang dan mengurangi kekuatan dari negara
Akan tetapi bagaimanapun juga teorinya menarik perhatian dunia, karena dialah yang mula-mula membahas persoalan penduduk secara ilmiah. Disamping itu essaynya merupakan methode untuk menyelesaikan atau perbaikan persoalan penduduk dan merupakan dasar bagi ilmu-ilmu kependudukan sekarang ini.
Beberapa Pandangan Terhadap Teori Malthus
Bermacam-macam reaksi timbul terhadap teori Malthus, baik dari golongan ahli ekonomi, sosial dan agama. Hingga saat ini teori Malthus masih dipersoalkan. Pada dasarnya pendapat-pendapat terhadap teori Malthus dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. Teori Malthus salah sama sekali
Golongan ini menganggap Malthus mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal, perencanaan produksi. Terhadap golongan yang tidak setuju, Malthus menjawab bahwa :
1) Tingkat pengembangan teknologi tidak sama diseluruh negara
2) Kemampuan yang berbeda-beda untuk mengadakan penanaman modal.
3) Faktor kesehatan rakyat dan pengaruhnya terhadap penghidupan sosio ekonomi kultural.
4) Masalah urbanisasi yang terdapat dimana-mana
5) Taraf pendidikan rakyat tidak sama
6) Proses-proses sosial yang menghambat kemajuan
7) Faktor komunikasi dan infrastruktur yang belum sama peningkatannya
8) Faktor-faktor sosial ekonomi serta pelaksanaan distribusinya
9) Kemampuan sumber alam tidak akan mampu terus menerus ditingkatkan menurut kemampuan manusia tanpa batas, melainkan akhirnya akan sampai pada suatu titik, dimana tidak dapat ditingkatkan lagi.
10) Masih banyak faktor lagi yang selalu tidak menguntungkan bagi keseimbangan peningkatan penduduk dengan produksi bahan-bahan sandang pangan
Teori Malthus tidak berlaku lagi bagi negara-negara barat, tetapi masih berlaku bagi negara-negara Asia.
b. Teori Malthus memang benar dan berlaku sepanjang masa.
Penganut golongan ini setuju dengan Teori Malthus, meskipun ada beberapa tambahan /revisi. Pengikut Malthus ini disebut Neo Malthusionism. Mereka beranggapan bahwa untuk mencapai tujuan hanya dengan moral restraint (berpuasa, menunda – perkawinan) adalah tidak mungkin. Mereka berpendapat bahwa untuk mencegah laju cepatnya peningkatan cacah jiwa penduduk harus dengan methode birth control dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Pengikut-pengikut teori Malthus antara lain :
1) Francis Flace (1771 – 1854)
Pada tahun 1882 menulis buku yang berjudul Illustration and Proofs of the population atau penjelasan dari bukti mengenai asas penduduk. Ia berpendapat bahwa pemakaian alat kontrasepsi tidak menurunkan martabat keluarga, tetapi manjur untuk kesehatan. Kemiskinan dan penyakit dapat dicegah.
2) Richard Callihie (1790 – 1843)
Ia menulis buku yang berjudul “What Is Love”, apakah cinta itu menurut dia - Mereka yang berkeluarga tidak perlu mempunyai jumlah anak yang lebih banyak dari pada yang dapat dipelihara dengan baik.
- Wanita yang kurang sehat tidak perlu menghadapi bahaya maut karena kehamilan
- Senggama dapat dipisahkan dari ketakutan akan kehamilan
3) Pengikut yang lain antara lain Any C. Besant (1847-1933)
Ia menulis buku yang berjudul “Hukum Penduduk, akibatnya dan artinya terhadap tingkah laku dan moral manusia”
4) Pengikut yang tidak dapat dilupakan lagi ialah dr. George Drysdale yang hidup tahun 1825 – 1904. Ia berpendapat bahwa keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan kesehatan dan moral. Menurut anggapannya kontrasepsi adalah untuk menegakkan moral masyarakat.
2. Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist
a. Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
b. Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
c. Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
3. Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi.
Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion” yg berisi:
a. Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
c. Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
Analisis ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu, melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik.
Kritikan terhadap Meadow umumnya dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena tidak mencantumkan variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu Mesarovic dan Pestel (1974) merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan lingkungan antar kawasan.
4. Teori Kependudukan Kontemporer
1). Teori Fisiologi dan sosial ekonomi
a. John Stuart Mill
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas. Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis (seperti pendapat Marx) dengan mengatakan “The niggardline of nature, not the injustice of society is the cause of the penalty attached to everpopulation (Week, 1992).
Kalau suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini hanyalah bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua kemungkinan yaitu : mengimpor bahan makanan, atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain.
Memperhatikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kelahirann ditentukan oleh manusia itu sendiri, maka Mill menyarankan untuk meningkatkan tingkat golongan yang tidak mampu. Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional maka mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan karier dan usaha yang ada. Di sampan itu Mill berpendapat bahwa umumnya perempuan tidak menghendaki anak yang banya, dan apabila kehendak mereka diperhatikan maka tingkat kelahiran akan rendah.
b. Arsene Dumont
Arsene Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1980 dia menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et Civilization. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori kapilaritas sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, misalnya: seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa yang dia sendiri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler.
Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara demokrasi, dimana tiap-tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Di negara Perancis pada abad ke-19 misalnya, dimana system demokrasi sangat baik, tiap-tiap orang berlomba mencapai kedudukan yang tinggi dan sebagai akibatnya angka kelahiran turun dengan cepat. Di negara sosialis dimana tidak ada kebebasanuntuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, system kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.
c. Emili Durkheim
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan persaingan tiap-tiap tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini jelas terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
Apabila dibandingkan antara kehidupan masyarakat tradisional dan masyarakat perkotaan, akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan ada masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduknya tinggi. Tesis dari Durkheim ini didasarkan atas teori evolusi dari Darwin dan juga pemikiran dari Ibn Khaldun.
d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday
Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan, bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu wilyah atau negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan menungkat.
Thomson (1953) meragukan kebenaran teori ini setelah melihat keadaan di Jawa, India dan Cina dimana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini Malthus lebih konkret argumentasinya dari pada Sadler. Malthus mengatakan bahwa penduduk disuatu daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, tetapi dalam pertumbuhan alaminya rendah karena tingginya tingkat kematian. Namun demikian, penduduk tidak dapat mempunyai fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan (fecunditas) yang tinggi, tetapi penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat fertilitasnya rendah.
Teori Doubleday hamper sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau Sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan penduduk, maka Doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Jika suatu jenis makhluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri dengan segala daya yang mereka miliki. Mereka akan mengimbanginya dengan daya reproduksi yang lebih besar (Iskandar, 1980).
Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan akan merupakan perangsang bagiu daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru merupakan faktor penegkang perkembangan penduduk. Dalam golongan masyarakat yang berpendapatan rendah, seringkali terdiri dari penduduk dengan keluarga besar, sebaliknya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih baik biasanya jumlah keluarganya kecil.
Rupa-rupanya teori fisiologis ini banyak diilhami dari teori aksi an reaksi dalam meninjau perkembangan penduduk suatu negara atau wilayah. Teori ini dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk semakin tinggi pula tingkat produksi manusia.
e. Herman Khan
Pandangan yang suram dan pesimis dari Mlthus beserta penganut-penganutnya ditentang keras oleh kelompok teknologi. Mereka beranggapan manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi pertanian. Mereka mampu mengubah kembali (recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai, sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masa transisi demografinya.
Ahli futurology Herman Kahn (1976) mengatakan bahwa negara-negara kaya akan membantu negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu akan jatuh kepada orang-orang miskin. Dalam beberapa decade tidak akan terjadi lagi perbedaan yang mencolok antara umat manusia di dunia ini.
Dengan tingkat teknologi yang ada sekarang ini mereka memperkirakan bahwa dunia ini mampu menampung 15 milliun orang dengan pendapatan melebihi Amerika Serikat dewasa ini. Dunia tidak akan kehabisan sumber daya alam, karen seluruh bumi ini terdiri dari mineral-mineral. Proses pengertian dan recycling akan terus terjadi dan era ini disebut dengan era substitusi. Mereka mengkritik bahwa The Limit to Growth bukan memcahkan masalah tetapi memperbesar permasalahan tersebut.
Kelompok Malthus dan kelompok teknologi mendapat kritik dari kelompok ekonomi, karena kedua-duanya tidak memperhatikan masalah-masalah organisasi sosial dimana distribusi pendapatan tidak merata. Orang-orang miskin yang kelaparan, karena tidak meratanya distribusi pendapatan di negara-negara tersebut. Kejadian seperti ini di Brasilia, dimana Pendapatan Nasional (GNP) tidak dinikmati oleh rakyat banyak adalahsalah satu contoh dari ketimpangan organisasi sosial tersebut.
2). Teori Teknologi
Kelompok ini muncul untuk menolak pandangan Malthus yang pesimis dalam melihat perkembangan dunia.Teori ini dimotori oleh Herman Khan, ia berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di negara berkembang akan dapat diatasi jika negara maju dapat membantu daerah miskin, sehingga kekayaan dan kemampuan daerah hidup itu akan didapatkan oleh orang-orang miskin.Ia beranggapan bahwa teknologi maju akan mampu melakukan pemutaran ulang terhadap nasib manusia pada suatu masa yang disebut ‘Era Substitusi’.
5. Teori Transisi Kependudukan
Tahap Peralihan keadaan demografis:
1. Tingkat kelahiran dan kematian tinggi. Penduduk tetap/naik sedikit. anggaran kesehatan meningkat. Penemuan obat obatan semakin maju. Angka kelahiran tetap tinggi.
2. Angka kematian menurun,tingkat kelahiran masih tinggi—pertumbuhan penduduk meningkat. Adanya Urbanisasi., usia kawin meningkat. ,Pelayanan KB > Luas., pendidikan meningkat.
3. Angka kematian terus menurun, angka kelahiran menurun - laju pertumbuhan penduduk menurun.
4. Kelahiran dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk kembali seperti kategori I - mendekati nol. Keempat kategori ini akan didialami oleh negara yang sedang melaksanakan pembangunan ekonomi.
Struktur & persebaran penduduk Membahas :
- komposisi penduduk
- Persebaran penduduk.
kegunaan pengelompokan penduduk:
1. Mengetahui human resources yg ada menurut umur & jenis.
2. Mengambil suatu kebijakan yg berhub dengan penduduk.
3. Membandingkan kead satu penduduk dengan penduduk lain
4. Melalui gambaran piramid pddk dapat diket proses demografi yg telah terjadi pada penduduk
Penerapan Transisi kependudukan Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:
Tahap 1: Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;
Tahap 2: Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah penduduk naik.
Tahap 3: Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun;
Tahap 4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat rendah atau bahkan mendekati nol
5. FERTILITAS
Faktor yang menunjang dan menghambat kelahiran (natalitas) di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Penunjang Kelahiran (Pro Natalitas) antara lain :
1. Kawin usia muda
2. Pandangan “banyak anak banyak rezeki”
3. Anak menjadi harapan bagi orang tua sebagai pencari nafkah
4. Anak merupakan penentu status social
5. Anak merupakan penerus keturunan terutama anak laki-laki.
b. Penghambat Kelahiran (Anti Natalitas) antara lain :
1. Pelaksanan Program Keluarga Berencana (KB)
2. Penundaan usia perkawinan dengan alasan menyelesaikan pendidikan
3. Semakin banyak wanita karir.
Penggolongan angka kelahiran kasar (CBR) :
1. angka kelahiran rendah apabila kurang dari 30 per 1000 penduduk
2. angka kelahiran sedang, apabila antara 30 – 40 per 1000 penduduk
3. angka kelahiran tinggi, apabila lebih dari 40 per 1000 penduduk
6.
MORTALITAS
Faktor yang menunjang dan menghambat kematian (mortalitas)
di Indonesia, adalah sebagai berikut :
a. Penunjang Kematian (Pro Mortalitas) antara lain :
1. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
2. Fasilitas kesehatan yang belum memadai
3. Keadaan gizi penduduk yang rendah
4. Terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir
5. Peparangan, wabah penyakit, pembunuhan
b. Penghambat Kematian (Anti Mortalitas) antara lain :
1. Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan
2. Fasilitas kesehatan yang memadai
3. Meningkatnya keadaan gizi penduduk
4. Memperbanyak tenaga medis seperti dokter, dan bidan
Penggolongan angka kelahiran kasar :
1. angka kematian rendah apabila kurang dari 10 per 1000 penduduk
2. angka kematian sedang, apabila antara 10 – 20 per 1000 penduduk
3. angka kematian tinggi, apabila lebih dari 20 per 1000 penduduk
7. MIGRASI
a. Penunjang Kematian (Pro Mortalitas) antara lain :
1. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
2. Fasilitas kesehatan yang belum memadai
3. Keadaan gizi penduduk yang rendah
4. Terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir
5. Peparangan, wabah penyakit, pembunuhan
b. Penghambat Kematian (Anti Mortalitas) antara lain :
1. Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan
2. Fasilitas kesehatan yang memadai
3. Meningkatnya keadaan gizi penduduk
4. Memperbanyak tenaga medis seperti dokter, dan bidan
Penggolongan angka kelahiran kasar :
1. angka kematian rendah apabila kurang dari 10 per 1000 penduduk
2. angka kematian sedang, apabila antara 10 – 20 per 1000 penduduk
3. angka kematian tinggi, apabila lebih dari 20 per 1000 penduduk
7. MIGRASI
Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.
1. Jenis-jenis Migrasi
Migrasi dapat terjadi di dalam satu negara maupun antarnegara. Berdasarkan hal tersebut, migrasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
a. Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainnya. Migrasi internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
1) Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran
2) Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigrant
3) Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara asalnya
b. Migrasi Nasional atau Internal, yaitu perpindahan penduduk di dalam satu negara. Migrasi nasional /internal terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Urbanisasi, yaitu perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan menetap. Terjadinya urbanisasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
1. Ingin mencari pekerjaan, karena di kota lebih banyak lapangan kerja dan upahnya tinggi
2. Ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
3. Ingin mencari pengalaman di kota
4. Ingin lebih banyak mendapatkan hiburan dan sebagainya
2) Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduk ke pulau yang jarang penduduknya di dalam wilayah republik Indonesia. Transmigrasi pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda yang dikenal dengan nama kolonisasi. Berdasarkan pelaksanaannya, transmigrasi di Indonesia dapat dibedakan atas :
1. Transmigrasi Khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan degan tujuan tertentu, seperti penduduk yang terkena bencana alam dan daerah yang terkena pembangunan proyek
2. Transmigrasi Spontan (swakarsa), yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seseorang atas kemauan dan biaya sendiri
3. Transmigrasi Lokal, yaitu transmigrasi dari suatu daerah ke daerah yang lain dalam propinsi atau pulau yang sama
4. Transmigrasi Umum, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan dan dibiayai oleh pemerintah
3) Ruralisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa dengan tujuan menetap. Ruralisasi merupakan kebalikan dari urbanisasi.
Selain jenis migrasi yang disebutkan di atas, terdapat jenis migrasi yang disebut evakuasi. Evakuasi adalah perpindahan penduduk yang yang terjadi karena adanya ancaman akibat bahaya perang, bencana alam dan sebagainya. Evakuasi dapat bersifat nasional maupun internasional.
2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya
Migrasi
Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi, adalah sebagai berikut :
a. Faktor ekonomi, yaitu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di tempat yang baru
b. Faktor keselamatan, yaitu ingin menyelamatkan diri dari bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir, gunung meletus dan bencana alam lainnya
c. Faktor keamanan, yaitu migrasi yang terjadi akibat adanya gangguan keamanan seperti peperangan, dan konflik antar kelompok
d. Faktor politik, yaitu migrasi yang terjadi oleh adanya perbedaan politik di antara warga masyarakat seperti RRC dan Uni Soviet (Rusia) yang berfaham komunis
e. Faktor agama, yaitu migrasi yang terjadi karena perbedaan agama, misalnya terjadi antara Pakistan dan India setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris
f. Faktor kepentingan pembangunan, yaitu migrasi yang terjadi karena daerahnya terkena proyek pembangunan seperti pembangunan bendungan untuk irigasi dan PLTA
g. Faktor pendidikan, yaitu migrasi yang terjadi karena ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi, adalah sebagai berikut :
a. Faktor ekonomi, yaitu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di tempat yang baru
b. Faktor keselamatan, yaitu ingin menyelamatkan diri dari bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir, gunung meletus dan bencana alam lainnya
c. Faktor keamanan, yaitu migrasi yang terjadi akibat adanya gangguan keamanan seperti peperangan, dan konflik antar kelompok
d. Faktor politik, yaitu migrasi yang terjadi oleh adanya perbedaan politik di antara warga masyarakat seperti RRC dan Uni Soviet (Rusia) yang berfaham komunis
e. Faktor agama, yaitu migrasi yang terjadi karena perbedaan agama, misalnya terjadi antara Pakistan dan India setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris
f. Faktor kepentingan pembangunan, yaitu migrasi yang terjadi karena daerahnya terkena proyek pembangunan seperti pembangunan bendungan untuk irigasi dan PLTA
g. Faktor pendidikan, yaitu migrasi yang terjadi karena ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Dampak Migrasi Penduduk
Migrasi penduduk baik internal atau nasional maupun eksternal atau internasional masing-masing memiliki dampak positif dan negatif terhadap daerah asal maupun daerah tujuan.
a. Dampak Positif Migrasi Internasional antara lain :
- Dampak Positif Imigrasi
1. Adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat pembangunan
2. Adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat mempercepat alih teknologi
3. Dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa
4. Dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli
Migrasi penduduk baik internal atau nasional maupun eksternal atau internasional masing-masing memiliki dampak positif dan negatif terhadap daerah asal maupun daerah tujuan.
a. Dampak Positif Migrasi Internasional antara lain :
- Dampak Positif Imigrasi
1. Adanya penanaman modal asing yang dapat mempercepat pembangunan
2. Adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat mempercepat alih teknologi
3. Dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa
4. Dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli
- Dampak Positif Emigrasi
1. Dapat mengurangi ketergantungan tenaga ahli dari luar negeri, terutama orang yang belajar ke luar negeri dan kembali ke negara asalnya
2. Dapat memeperkenalkan kebudayaan ke bangsa lain
3. Dapat menambah devisa bagi negara terutama dari penukaran mata uang asing
b. Dampak Positif Migrasi Nasional antara lain :
- Dampak Positif Transmigrasi
1. Dapat mempercepat pemerataan persebaran penduduk
2. Dapat meningkatkan produksi pertanian seperti perluasan perkebunan kelapa sawit, karet, coklat dan lain-lain
3. Dapat mengurangi pengangguran bagi daerah yang padat penduduknya
4. Dapat memenuhi kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan transmigrasi
5. Dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama transmigran
- Dampak Positif Urbanisasi
1. Dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota
2. Mengurangi jumlah pengangguran di desa
3. Meningkatkan taraf hidup penduduk desa
4. Kesempatan membuka usaha-usaha baru di kota semakin luas
5. Perekonomian di kota semakin berkembang
C. Dampak Negatif Migrasi Internasional antara lain :
- Dampak Negatif Imigrasi
1. Imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan yang kurang baik seperti pengedar narkoba, bertujuan politik, dan lain-lain.
2.Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
- Dampak Negatif Emigrasi
1. Emigran tidak resmi dapat memperburuk citra negaranya.
2.Kekurangan tenaga terampil dan ahli bagi negara yang ditinggalkan
d. Dampak Negatif Migrasi Nasional antara lain :
- Dampak Negatif Transmigrasi
1. Terbengkalainya tanah pertanian di daerah trasmigrasi karena transmigran tidak betah dan kembali ke daerah asalnya
2. Adanya kecemburuan sosial antara masyarakat setempat dengan para transmigran
Dampak Negatif Urbanisasi
1. Produktivitas pertanian di desa menurun
2. Meningkatnya tindak kriminalitas di kota
3. Meningkatnya pengangguran di kota
4. Timbulnya pemukiman kumuh akibat sulitnya mencari perumahan
5. Lalu lintas di kota sangat padat, sehingga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas.
6. Berkurangnya tenaga terampil dan terdidik di desa
e. Usaha-usaha untuk Menanggulangi Permasalahan Migrasi
Beberapa usaha pemerintah untuk menanggulangi permasalahan migrasi, adalah sebagai berikut 1. Persebaran pembangunan industri sampai ke daerah-daerah
2. Peningkatan pendapatan masyarakat desa melalui intensifikasi dan Koperasi Unit Desa
3. Pembangunan fasilitas yang lebih lengkap seperti pendidikan dan kesehatan
4. Pembangunan jaringan jalan sampai ke desa-desa sehingga hubungan antara desa dan kota menjadi lancar
5. Meningkatkan penyuluhan program Keluarga Berencana untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk di pedesaan
Faktor Pendorong & Penarik
Migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor).
Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
• Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
• Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
• Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
• Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
• Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
• Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.
• Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
• Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
• Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor).
Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
• Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
• Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
• Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
• Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
• Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
• Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.
• Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
• Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
• Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.
8.
ISU KEPENDUDUKAN
Ledakan Penduduk
Ledakan penduduk adalah suatu peristiwa kependudukan yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk secara drastic dan pesat.Pertumbuhan penduduk di setiap negara akan berdampak pula terhadap pertumbuhan penduduk dunia secara keseluruhan. Menurut Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) yang menangani masalah kependudukan melaporkan bahwa pada tahun 2003 jumlah penduduk dunia 6,3 milyar.
Menurut Thomas Robert Malthus dalam Essay on the Principle of Population (1798), dikatakan bahwa “ penduduk bertambah menurut deret ukur dan bahan makanan bertambah menurut deret hitung ”. Dengan demikian pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada produksi makanan yang dibutuhkan. Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka akan terjadi ledakan penduduk. Ledakan penduduk sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang cepat seperti itu memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan hal inipun membuat pemerintah berusaha untuk mengatasinya ledakan penduduk tersebut.
Ledakan penduduk adalah suatu peristiwa kependudukan yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk secara drastic dan pesat.Pertumbuhan penduduk di setiap negara akan berdampak pula terhadap pertumbuhan penduduk dunia secara keseluruhan. Menurut Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) yang menangani masalah kependudukan melaporkan bahwa pada tahun 2003 jumlah penduduk dunia 6,3 milyar.
Menurut Thomas Robert Malthus dalam Essay on the Principle of Population (1798), dikatakan bahwa “ penduduk bertambah menurut deret ukur dan bahan makanan bertambah menurut deret hitung ”. Dengan demikian pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada produksi makanan yang dibutuhkan. Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka akan terjadi ledakan penduduk. Ledakan penduduk sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang cepat seperti itu memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat dan hal inipun membuat pemerintah berusaha untuk mengatasinya ledakan penduduk tersebut.
a. Dampak Ledakan Penduduk antara lain :
1. Jumlah pengangguran semakin meningkat
2. Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah
3. Kebutuhan pendidik, kesehatan dan perumahan sukar diperoleh
4. Terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan
5. Tingkat kemiskinan semakin meningkat
b. Usaha mengatasi Ledakan Penduduk antara lain :
1. Memperluas lapangan kerja melalui industrialisasi
2. Melaksanakan program Keluarga Berencana (KB)
3. Meningkatkan produksi pangan sesuai kebutuhan penduduk
4. Melaksanakan program transmigrasi
5. Menambah sarana pendidikan dan perumahan sederhana
ISU LAINNYA
Sebuah pandangan imajinatif
kiranya bisa mengawali pembicaraan kita tentang isu kependudukan di tingkat
global ini : yaitu bahwa bumi kita ini alamiah dan teratur, bahwa manusia yang
tinggal di atasnya hanya diwarisi sebuah bumi yang “serba terbatas” dan
oleh karenanya manusia perlu menyadari akan adanya “batas-batas pertumbuhan”
sehingga mereka pun perlu menumbuhkan “lifeboat ethics”. Adanya kaitan
erat antara pertumbuhan penduduk yang cepat dengan sejumlah permasalahan sosial
dan lingkungan menjadi persoalan kependudukan penting untuk dibicarakan sebagai
sebuah isu global.
Beberapa permasalahan kependudukan,
yang bertalian dengan pertumbuhan penduduk yang cepat dan tanpa henti, adalah
pencemaran lingkungan, perubahan iklim, pengrusakan hutan, urbanisasi,
penurunan pendapatan, inflasi, pengangguran, perumahan , tingkat melek huruf,
kelaparan, kekurangan air bersih, keterbatasan pelayanan kesehatan, energi dan
sumber daya alam, dan konflik politik.
Pertambahan jumlah penduduk tidak
bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah masalah, kecuali jika dihubungkan dengan
variable-variabel lain.
Dewasa ini pertumbuhan penduduk yang
fantastis dipandang sebagai sebuah masalah, bukan karena percepatan pertambahan
penduduk yang disadari semakin tinggi, tetapi lebih karena orang baru sadar,
bahwa batas-batas pertumbuhan telah semakin mendekat atau bahkan telah
terlewati oleh pertumbuhan penduduk dunia.
Disamping isu pertumbuhan penduduk
yang cepat, terdapat pula beberapa isu kependudukan, yang mungkin disatu disisi
bisa menjadi jalan keluar bagi daerah tertentu, tetapi menjadi masalah baru
bagi daerah lain, diantaranya mengenai: masalah migrasi penduduk, migrasi
merupakan perpindahan penduduk dari suatu tempa ketempat lain. Migrasi senangtiasa
terjadi sepanjang masa sejak dahulu sampai sekarang. Beberapa hal yang
memotivasi seseorang hendak melakukan migrasi diantaranya, karena kesulitan
hidup didaerah asal misalnya penghasilan yang sangat kecil, keamanan yang tidak
terjamin keselamatannya, Pengaruh- pengaruh dari luar yang menjadi tujuan yang
dipandang lebih baik, transportasi yang baik mempermudah terjadinya imigrasi
yang baik.
Isu lain yaitu urbanisasi yang
merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Proses urbanisasi tidak hanya
terjadi di Indonesia, melainkan banyak kota diseluruh Dunia. Di Indonesia
urbanisasi terjadi dimana-mana. Proses itu umumnya masih kuat dan menyebabkan
makin besar suatu kota. Urbanisasi sering disebutkan sebagai hasil dua kekuatan
yang besar yaitu pada suatu pihak dorongan dari desa dan pada pihak lain
yaitu tarikan dari kota. Dorongan dari desa untuk meninggalkan desa menuju kota
dipengaruhi oleh adanya tekanan penduduk yaitu kepadatan penduduk yang
melampaui daya dukung lingkungan, sehingga pangan tidak mencukupi dan
lingkungan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan mereka merantau ke kota
mencari kesempatan yang baru menjadi lebih baik, bencana alam dan faktor
keamanan. Sedangkan faktor penarik dari kota diantaranya mutu lingkungan di
kota lebih baik dari desa., dan tersedianya lapangan pekerjaan.
Salah satu masalah yang terjadi di
negara ketiga khususnya Indonesia yaitu masalah kualitas sumber daya manusia.
Manusia merupakan sumber daya yang utama dalam pembangunan, baik kemampuan,
maupun kemauan manusia itu. Dari segi teknologi kemampuan kita masihlah rendah.
Kita perlu menguasai teknologi moderen misalnya untuk membuat ata menciptakan
sendiri mobil, TV dan jenis-jenis teknologi lainnya. Namun yang kita lakukan
baru merakitnya, tetapi yang lebih mengkhawatirkan bukanlah teknologi
yang rendah itu, melainkan kurangnya kemauan kita untuk menguasai teknologi.
Kemauan kita lebih tertuju untuk menikmati hasil teknologi sekalipun dengan
mengimpornya.
Ada perbedaan dalam kemampuan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan teknologi pada khususnya antara negara kita dan
negara maju adalah Arus informasi yang dikuasai negara maju dan Kemampuan
negara maju menguasai informasi melaju pesat dengan menggunakan teknologi yang
sangat modern. Pengalaman menunjukkan ketinggalan kita dari negara maju makin
besar. Untuk mengejar ketinggalan itu kita harus merebut teknologi itu bahkan
dalam bidang tertentu teknologi kita curi. Contohnya para ilmuan kita
disekolahkan kenegara- negara maju sehingga pada akhirnya mereka selesai ditarik
kembali ke negara kita dengan memperhatikan masa depan mereka dengan baik
Kemiskinan penduduk juga merupakan
masalah sosial yang tak kunjung selesai dinegara Indonesia tercinta ini,
kemiskinan terjadi disebabkan oleh produktivitas tenaga kerja yang rendah atau
lapangan pekerjaan yang kurang, kesehatan yang buruk serta pendidikan rendah.
Lapangan kerja yang dikembangkan
sekarang ini masih sangat terbatas sedangkan keperluan perluasan sudah amat
mendesak. Tenaga kerja yang ada sebagian besar belum dapat di mobilisasikan
bahkan sebagian dari tenaga kerja tersebut belum memiliki suatu keterampilan
yang tertentu.
Kurangnya pembangunan bidang
kesehatan, melainkan karena perpacuan jumlah penduduk dengan jumlah
pembangunan di bidang kesehatan tersebut belum seimbang. Jumlah penduduk yang
memerlukan pelayanan kesehatan masih jauh lebih besar persentasenya daripada
jumlah sarana dibidang kesehatan tesebut. Daerah-daerah kota yang tergolong
daerah kumuh, pada umunya kesehatan penduduknyan masih sangat rendah sehingga
penyakit-penyakit tertentu seperti diare, penyakit kulit, makanan-makanan
penduduk yang kurang bergizi, air minum yang kurang bersih, lingkungan fisik
yang amat kotor telah mempercepat tingkat kesehatan masyarakat yang menurun.
Pendidikan dinegara-negara
berkembang pada umumnya belum memadai untuk mejadi daya pendorong secara
kreatif dengan mengadakan terobosan-terobosan dalam pembangunan bahkan untuk
mencapai suatu kemajuan. Betapa pun kecilnya, pendidikan tetap penting.
Tindakan cepat untuk memecahkan
persoalan ini tampaknya mendesak untuk dilaksanakan, mengingat luas dan
seriusnya persoalan kependudukan di tingkat global ini. Pendapat umum
mengatakan bahwa pemecahan atas berbagai permasalahan sosial dan lingkungan
yang dihadapi sebagian besar umat manusia itu terletak pada isu “pertumbuhan
penduduk yang cepat” tadi. Meskipun demikian, pendapat umum itu memerlukan
klarifikasi lebih jauh terutama karena adanya keragaman definisi dan penjelasan
mengenai permasalahan kependudukan ini. Keragaman ini antara lain disebabkan
oleh perbedaan pendekatan politik yang sering terabaikan dalam proses
pencapaian konsensus mengenai apa dan bagaimana memecahkan permasalahan ini.
Untuk memahami keadaan kependudukan
dewasa ini yang antara lain ditandai dengan pertumbuhan cepat itu, kita perlu
memahami pula sejarah trend kependudukan dunia. Pada kenyataannya
pertumbuhan penduduk secara cepat tadi adalah fenomena baru. Selama 8000 tahun
sejarah demografi memperlihatkan pertumbuhan penduduk dunia yang relatif stabil
dan lambat. Barulah kemudian mulai dua atau tiga abad yang lalu isu penditng
demografi dan sosial berbeser kearah “bagaimana mempertahankan kelestarian
hidup (survival)”. Sebenarnya, masa inipun terdapat tingkat kelahiran
(fertilitas) yang tinggi dihampir semua kelompok, hanya saja saat itu fenomena
itu diiringi dengan tingkat kematian (mortalitas) yang juga tinggi sebagai
akibat rendahnya mutu pelayanan kesehatan. Bahkan, dibeberapa tempat dulu angka
kematian bisa lebih tinggi dari pada angka kelahiran.
Penyebab peningkatan populasi yang
cepat bukan terletak pada antusiasme tiba-tiba untuk mendapatkan lebih banyak
anak, melainkan pada perbaikan kondisi hidup yang sebelumnya disebabkan
tingginya tingkat kematian. Sejalan dengan itu sejarah demografi dapat dibagi
dalam 2 periode, yaitu: pertama periode panjang dengan tingkat populasi
lambat, antara 8000 SM s/d 1650 dan kedua periode yang ditandai dengan
pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan dramatis sejak tahun 1650- hingga
sekarang. Perbandingan rata-ratanya adalah bahwa pada periode pertama penduduk
bertambah 50.000 jiwa/ tahun, namun periode kedua, jumlah ini bertambah setiap
6 jam.
Pertanyaan yang timbul kemudian
adalah : kenapa populasi penduduk dunia bertambah dengan cepat dalam waktu yang
sedemikian singkat ? Salah satu model yang mencoba menjelaskan kecenderungan
ini adalah model transisi demografi. Model ini akan membantu kita
memahami mekanisme pertumbuhan penduduk dimasa lalu dan saat ini serta
kemungkinan – kemungkinan di masa mendatang.
Menurut gambar model transisi
demografis di atas terdapat 3 periode utama yang ditunjukkan. Periode A (high
growth potential) ditandai dengan fertilitas dan mortalitas yang sama-sama
tinggi, sehingga ada keseimbangan relatif. Periode B (transitional growth)
merupakan periode peralihan yang problematik, ada ketidakseimbangan antara
fertilitas dan mortalitas, dimana mortalitas turun tetapi fertilitas cenderung
tetap tinggi. Dan periode C (incipient decline) ditandai keseimbangan
relatif, yaitu sebagai akibat angka fertilitas dan mortalitas yang sama-sama
rendah.
Pertumbuhan penduduk dunia secara
cepat muncul pertama kali sebagai isu kependudukan karena adanya aktor-aktor
tertentu yang melihatnya sebagai ancaman. Salah satunya berdasarkan teori
Malthus bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangkan pertumbuhan
sumber daya alam menurut deret hitung. Sesuatu hal yang ironis apabila jumlah
penduduk yang semakin banyak tidak diimbangi oleh peningkatan sumber daya alam
yang nantinya menjadi masalah didalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Lebih lanjut Karl Sax (1992 : 167),
menyatakan : “Selama dasawarsa yang lalu, penduduk dunia bertambah dengan
tingkat yang mencengangkan. Peningkaatan angka pertambahan penduduk ini
sedemikian kritis sehingga banyak orang mengakui bahwa peledakan penduduk
dewasa ini merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia.”
Kemudian The Club of Rome (1992 :
167), juga menyimpulkan bahwa : Jika kecenderungan dalam pertumbuhan penduduk
dunia, industrialisasi, polusi, produksi pangan, dan eksploitasi sumber daya
alam yang ada saat ini tetap tidak berubah, dunia akan semakin mendekati titik
kritisnya dan selama kira-kira seratus tahun lagi akan mencapai tingkat di mana
ia tidak mampu lagi menampung pertumbuhan penduduknya. Yang paling mungkin kita
hadapi kemudian adalah menurunnya populasi dan kapasitas industri.
Pemecahan masalah isu kependudukan
ini sudah sudah banyak cara yang ditawarkan diantaranya pengendalian fertilitas
dengan penggunaan alat kontrasepsi KB, penundaan perkawinan, bahkan menurut
teori malthus memberikan 2 jenis solusi yaitu preventive checks (pengurangan
penduduk melalui penekanan kelahiran) dan positive checks (pengurangan penduduk
melalui proses kematian).
Kegiatan antianatalis seakan-akan
menjadi program unggulan untuk mengatasi permasalahan ledakan penduduk
tersebut, terkhusus negara china menerapkan model yang berbeda dalam penyelesai
ini, yaitu mencanangkan sasaran “pertumbuhan penduduk” dalam kebijakan
kependu69dukannya melalui beragam cara : mulai dari pemberian imbalan bagi
keluarga dengan satu anak, dan sanksi bagi mereka yang tidak sungguh-sungguh
menjalankan kebijakan ini, wajib militer bagi para pemuda, penundaan usia
kawin, sampai pada komitmen pemimpinnya yang memberi pembenaran pada program
ini sebagai bagian dari ajaran sosialisme. (1992 : 168)
Berbeda dengan aliran moderat yang
berpendapat bahwa solusi atas persoalan pertumbuhan penduduk yang cepat adalah pembangunan
nasional : Tingkat kelahiran akan turun dengan sendirinya, bukan melalui
intervensi “buatan” semacam kebijakan dan program kependudukan etapi
lewat proses “alamiah” yang dihasilkan dari pembangunan ekonomi dan
sosial yang sungguh-sungguh. (1992 : 169).
Isu-isu Lingkungan Hidup
Terdapat tidak kurang 25 juta
pengungsi akibat krisis lingkungan hidup di seluruh dunia. Dalam konferensi
perubahan iklim dunia pada tahun 2002 di Maroko disebutkan bahwa keadaan
genting dari planet Bumi sekarang ini disebabkan oleh konsumsi berlebihan,
bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 belahan bumi, tetapi oleh 20% penduduk
kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber alam dunia.
Semakin banyaknya jumlah nyawa
manusia yang hilang akibat bencana ekologis yang terjadi di negeri ini. Sejak
1998 hingga 2003, tak kurang dari 600 kejadian bencana akibat kerusakan lingkungan
hidup terjadi di Indonesia yang menewaskan lebih dari 2.500 orang dan kerugian
material mencapai 300 miliar rupiah. Dalam dua tahun terakhir saja, terjadi
tidak kurang tiga kali kejadian bencana banjir setiap tahunnya di berbagai
wilayah di Indonesia. Banjir di Sinjai, Barito Utara hingga Kutai Barat dan
Kutai Timur semakin menjadikan rakyat harus menikmati bencana. Ironisnya,
berbagai kejadian bencana di negeri yang terlimpahi kekayaan alam ini,
sepertinya masih belum menjadikan permasalahan kerusakan lingkungan hidup
(ekologi) menjadi agenda yang penting dalam proses pembangunan yang
dilaksanakan oleh pemerintah.
Di sisi lain, teknologi dan ilmu
pengetahuan dipandang masih mampu untuk mencegah terjadinya kematian akibat
bencana ekologi yang terjadi. Teknologi dan pengetahuan lokal mengalami
penghilangan secara sistematis dengan tidak diakuinya hukum adat, serta
pengetahuan dan kebudayaan lokal dalam setiap ruang kehidupan bernegara. Edward
Goldsmith mengungkapkan pengrusakan lingkungan alam di negara-negara dunia
ketiga berjalan beriringan dengan pengrusakan cara hidup pedesaan tradisional
yang umumnya mencukupi diri sendiri.
Beberapa isu lingkungan hidup yang
menjadi fokus saat ini diantaranya : Perubahan iklim global, perubahan
suhu global, penurunan signifikan suhu global akan mengakibatkan masyarakat
dunia khususnya yang berada dibelahan bumi utara, menghadapi zaman es baru.
Akibatnya terjadi perubahan dalam sistem pertanian, perumahan, bahkan pekerjaan
di negara-negara kawasan utara. Sedangkan kenaikan suhu global yang drastis,
sebaliknya, mengakibatkan mencairnya es di kutub-kutub bumi sehingga menaikkan
permukaan airl aut. Ini secara langsung mengancam keberadaa kota-kota dan
daerah-daerah pesisir.
Meningkatnya kadar dan konsentrasi
karbondioksida di atmosfir akibat kenaikan suhu bumi. Peningkatan unsur
karbondioksida ini akan menciptakan terjadinya efek rumah kaca, yang
menyebabkan radiasi sinar matahari yang masuk dalam atmosfer terperangkap dan
menimbulkan efek panas di sekitar permukaan bumi. Seakin banyak kandungan
karbondioksida di atmosfir, semakin tinggi suhu bumi.
Terjadinya hujan asam yang
diakibatkan adanya pencemaran air yang langsung berhubungan dengan iklim. Hujan
ini antara lain berasal dari sumber-sumber air seperti dana dan sungai yang
tercemar oleh sulfur-diaoksida (SO2). Kandungan sulfurdioksida
berlebihan akan menaikan keasaman air hujan, dan seringkali korban yang terkena
dampak hujan asam berada sangat jauh dari sumber pencemaran.
Ridha Saleh, Deputi Direktur WALHI,
dalam bukunya ? Ecocide: Politik Kejahatan lingkungan dan Pelanggaran Hak Asasi
Manusia ? menyatakan bahwa gejala eksploitasi yang massif terhadap sumberdaya
alam secara terbuka, menurut kenyataannya telah mengarah pada tindakan pengrusakan
dan pemusnahan atas ekosistem sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup
akibat dari ecocide. Depresi ekologi saat ini lebih disebabkan oleh pengarahan
pembangunan yang tidak memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup dan masa
depan generasi.
Setiap tahunnya tak kurang dari 4,1
juta hektar hutan di Indonesia berganti menjadi areal pertambangan, perkebunan
besar dan kawasan industri lainnya. Hutan yang selama ini menjadi tempat
berburu, sumber obat-obatan dan sumber kehidupan bagi komunitas lokal semakin
banyak yang dikuasai oleh kepentingan sekelompok orang. Sungai-sungai yang
selama ini menjadi pemasok air bagi pertanian dan kebutuhan hidup harian rakyat
sudah semakin banyak yang tercemar, bahkan beberapa telah mengering. Udara
negeri ini semakin tak sehat untuk dihirup, sehingga tak salah ketika Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jakarta membuat baliho ? Selamat Datang di
Kota Polusi ?. (http : www.timpakul-hijaubiru.org/hak/).
Disamping itu perkembangan era
industrialisasi yang harus memenuhi permintaan keperluan akan barang dan jasa,
akhirnya menciptakan mental manusia yang pembuka dan pendobrak lahan baru
(frontier). Manusia dengan mental “frontier” ini menurut Chiras
adalah manusia yang pandangan hidupnya berpusat pada manusia (anthroposentris)
dan memiliki tiga persepsi sebagai ciri khasnya, ialah :
- Memandang
alam dan bumi sebagai pemberi sumber bahan kehidupan manusia yang tidak
terbatas, dengan keyakinan bahwa selalu ada sesuatu lagi.
- Memandang
manusia sebagai makhluk hidup di luar alam, bukan bagian dari alam.
- Memandang
alam sebagai sesuatu yang perlu di kuasai. (Maftuchah Yusuf : 2000, hal.
110).
Mentalitas frontier ini selama
beribu-ribu tahun mendasari pandangan hidup dan tingkah laku manusia, yang
berpegang pada “selalu akan ada yang lebih baik”, dan keinginan untuk
mendapatkan hasil sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang sependek mungkin
tanpa memperhitungkan dampak dari pengelolaan tersebut khususnya pencemaran
lingkungan.
Keserakahan pada materi ini pula
yang turut mempengaruhi keinginan manusia untuk hidup mewah dan mengejar
materi. Akibatnya adalah pertumbuhan industri, pembuat barang konsumtif dengan
segala akibatnya : kerusakan alam dan pencemaran lingkungan yang semakin
menjadi-jadi.
Manusia perlu diyakinkan untuk segera
mengubah mentalitas frontier menjadi mentalitas pembangunan yang
berkelanjutan. Pandangan hidup, sikap dan tingkah laku manusia diseluruh
dunia perlu diubah atas dasar keyakinan bahwa :
- Persediaan
sumber daya alam yang dimiliki planet bumi terbatas
- Manusia
merupakan bagian dari alam
- Manusia
tidak superior dari alam.
Mengubah pandangan hidup, sikap dan
tingkah laku manusia dari yang sudah diterapkan dalam kehidupannya selama
beribu-ribu tahun kepandangan hidup hidup, sikap serta tingkah laku yang baru,
jelas akan mengurangi kenyamanan hidupnya sangat sukar. Hal ini akan dipermudah
jika perkembangan semua segi kehidupan manusia, politik, ekonomi , sosial
budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dasarkan pada etika “pembangunan
yang berkelanjutan” . Misalnya dengan :
- Perkembangan
industri yang menggunakan mesi-msin besar perlu mengadakan reorientasi dan
emmbatasi dengan perkembangan industri yang menggunakan mesin yang kecil
dan mengurangi pencemaran yang ditimbulkan.
- Penggalakan
keinginan di seluruh dunia untuk konservasikan sumber daya alam yang ada,
mengatur dan mengurangi pemakaian sumber daya alam, menggunakan kembali
melalui recycling (daur ulang) dan menggantikan penggunaan bahan
yang tidak dapat diperbaharui, seperti energi dari minyak bumi dengan
panas sinar matahari.
- Penanaman
sikap pada setiap orang bahwa dia harus memperhatikan dan bertindak sesuai
dengan kepentingan generasi yang akan datang. Dia harus siap dan bersedia
berkorban, kalau dia (atau sebuah negara maju) hanya memikirkan kepentingan
dan keuntungan diri sendiri, krisis akan tetap bertambah besar dan
akhirnya menghancurkan diri sendiri.